Devan tiba di kantornya tepat pukul 8 pagi.
setibanya Devan hampir seluruh karyawan menyapanya.
namun hanya dibalas olehnya dengan anggukkan dan mimik wajah yang tak kalah dingin.
Sesampainya didalam ruangannya diatas meja kerjanya sudah tertata rapi dan sebelum dia masuk kedalam ruangannya sudah ada seorang wanita berpakaian blouse dengan rok span pendek yang sampingnya terbelah sampai atas lutut.
" Selamat pagi Pak." Sapa Karlina dengan suara lembut yang dibuatnya.
" Hmm.. " Balas Devan.
" Karlin , apa schedule ku hari ini ?" tanya Devan sambil memeriksa file yang ada diatas meja kerjanya.
" Hari ini schedule Anda tidak begitu padat, hanya saja nanti siang akan ada meeting di luar serta makan siang bersama kolega kita, Pak William, " jelas Karlina
" Baiklah, apakah tadi ada yang menelepon atau menitipkan pesan? " Devan memberikan file pada Karlina.
" Tidak ada Pak. "jawab Karlina
" Kau boleh keluar. " ucap Devan.
Karlina pun berjalan keluar dari ruangan Devan dengan wajah yang ditekuk.
sia-sia ia selalu tampil cantik dan berpakaian menarik di depan boss agar bisa menggoyahkan hatinya.
" Sebenarnya dia itu normal tidak sih. " cibir Karlina setelah menutup pintu ruangan Devan.
Beberapa anak sekolah berlari menghampiri orang tua mereka, ada yang berjalan santai.
Rinni yang melihat beberapa murid sekolah telah keluar membuatnya bangkit dari duduknya dan mencari Jeje.
dilihatnya Jeje yang sedang duduk di kursi roda sambil didorong oleh seorang wanita berpakaian rapi yang terlihat seperti seorang guru.
" Jess, Dimana Papah kamu kok belum jemput? ' tanya Tasya seorang guru yang mengajar di ruang kelas jessy.
" Hari ini Papah tidak datang, hari Kak Rinni yang datang jemput" Jawab Jessy.
" Kak Rinni? , " Tasya bingung , pasalnya hampir semua anggota keluarga Wijaya ia kenal.
" Itu miss Kak Rinni. " tunjuk Jessy sambil berteriak memanggil Rinni.
" Selamat siang, kalau boleh tahu ini dengan siapanya Jessy ? " tanya Tasya yang saat ini sudah berdiri berhadapan dengan Rinni.
" Oh saya Anaknya asisten...
" Anaknya Mbok Atih Miss. " sela Jessy
Tasya tersenyum padanya lalu kembali lanjut bertanya pada Rinni.
" Maaf kalau boleh tunggu sebentar , biar saya telepon orang tua murid dulu karena ini sudah peraturan dari pihak sekolah. "
Tasya pun menghubungi Indri dan bertanya siapa orang yang menjemput Jessy.
mendengar penjelasan darin Indri , Tasya pun menutup teleponnya.
" Maaf atas ketidaknyamanannya, baiklah sekarang anda diperbolehkan untuk membawa Jessy., " ucap Tasya
" Tidak apa-apa Bu guru kalau begitu kami pamit pulang dulu, selamat siang." Rinni pun mendorong kursi roda Jessy pergi.
" Andaikan Miss bisa menikah dengan papah mu pasti kamu pulangnya miss anter. " gumamnya sambil menatap Jessy.
Tidak terasa pukul 4 sore pun tiba, Rinni yang sudah selesai mengurus Jeje pun menghampiri Indri yang berada di teras rumah sedang menyiram tanamannya.
" Nyonya, saya mau pamit pulang dulu. " ucap Rinni
" Oh ya, tunggu sebentar disini " Indri bejalan masuk kedalam rumah.
Sebuah mobil hitam tiba di depan rumah yang sepertinya menunggu dibukakan pintu gerbang Rinni melihat di pos satpam yang tidak ada siapa-siapa , Rinni pun berjalan cepat-cepat untuk membuka pintu gerbang.
" Kemana anak itu? " gumam Indri mencari keberadaan Rinni.
" Loh Dev, kok cepat sekali kamu pulang, katanya hari ini kamu ada meeting? " tanya Indri.
" Iya Mih meetingnya dibatalkan , Mendadak orang itu ada hal mendadak jadi meeting dibatalkan. " Jelas Devan sambil melirik Rinni yang berjalan ke arahnya dengan tertunduk.
" Rinn.. ini buat Ibu kamu ya dan titip salam Semoga lekas sembuh ya. " ucap Indri
" Terimakasih Nyonya, saya pamit pulang dulu kalau begitu permisi Den " Rinni menerima sekeranjang buah-buahan yang diberikan Indri padanya.
Rinni tampak kesusahan membuka pintu gerbang, ia pun meletakkan buahnya di pos satpam lalu membuka gerbangnya dan mendorong sepedanya keluar.
saat ia akan mengambil sekeranjang buah yang tadi diletakkan di pos satpam dengan seketika seseorang telah mengambil lebih dulu.
" Aku anterin . " ucap Davan
" Tidak perlu Den... "
" Tidak ada penolakan, aku ambil motor ku dulu." Davan masuk kedalam garasi sambil membawa parcel buah.
Indri menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan putra bungsunya.
Devan yang tadi masih berdiri dengan maminya sudah lebih dulu masuk kedalam rumah.
Tok... tok...
" Boleh Papa masuk? " tnya Devan
" Masuk Pah. " jawab Jessy.
Devan pun membuka pintu kamar lalu masuk.
Jessy sedang duduk di tempat tidurnya dengan menyandarkan punggungnya ke divan.
tatapan matanya masih lurus ke layar televisi.
" Pantesan wanginya sampai keluar kamar, Papa kirain wangi apa ternyata anaknya Papa sudah selesai mandi. "
" Sedang nonton apa sih serius sekali. " tanya Devan.
" ini Pah lagi nonton kartun tentang 2 bakteri yang berwarna merah dan kuning.
" Oh... kamu sudah mengerjakan tugas sekolah sayang? "
" Sudah Pah. "
Devan memeriksa tugas sekolah Jessy lalu kembali memasukkan buku anaknya kedalam tas.
" Tadi Kak Rinni yang ajarin. " sambung Jessy.
" Baiklah, jangan terlalu lama menonton sebentar lagi makan malam. "
" Jeje sudah makan Pah, tadi sebelum Kak Rinni pulang Jeje sudah disuapin." ujar Jessy.
" Baiklah Papah mau mandi dulu."
Devan berjalan keluar dan langkah kakinya berhenti, kemudian dia berjalan ke arah jendela yang tepat mengarah ke pintu gerbang.
ternyata saat Devan masuk kedalam rumah dia merasa sedari tadi tidak mendengar suara motor Davan dan ternyata benar mereka belum berangkat.
terlihat dari atas Indri, Davan dan Rinni sedang berbicara tapi entah membicarakan apa tapi Devan terus menatap Rinni.
Devan tersenyum sendiri saat melihat Rinni.
entah apa yang dipikirkan hingga bisa membuatnya ketawa sendiri.
" Terimakasih Kak sudah mengantar ku, maaf membuat Kakak kerepotan." ucap Rinni yang sudah tiba di rumah.
" Tidak apa-apa jangan bicara seperti itu. "
" Baiklah aku pulang dulu ya , titip salam pada Mbok Atih. "
" Iya Kak " jawab Rinni.
Davan pun melajukan motornya dengan dengan pelan, karena dia sadar saat ini sedang dimana.
terlebih lagi suara knalpot motor racing nya yang berisik.
melihat Davan sudah pergi jauh Rinni pun masuk ke dalam rumah.
Diletakkan parcel buah yang diberikan Indri di atas meja , lalu ia langsung berjalan ke dapur mencuci tangan dan kaki.
saat hendak berjalan ke dapur ia terlebih dulu membuka pintu kamar dan mengintip Ibunya yang sedang beristirahat.
Rinni mengernyitkan keningnya saat melihat ada tudung saji di atas meja.
" Ibu masak? " gumam Rinni setelah membuka tudung saji.
ia pun menghampiri Ibunya tapi diurungkan karena ia berpapasan dengan bulek nya yang masuk kedalam rumah dengan membawa keranjang belanjaan.
" Bulek... " sapa Rinni
"Kamu sudah pulang Rin.. Bulek kirain belum karena tidak melihat sepeda mu. " ucap Bulek Irma.
" Iya, tadi Rinn pulangnya diantar, Bulek kapan datangnya? " tanya Rinni
" Tadi siang, Ibumu telepon Bulek nyuruh kesini jemput dia. "
" Jemput Ibu? "
"Iyo , Jarene pengen bali nang kampung halamane (katanya pengen balik kampung) makanya Bulek disuruh datang. "
" Kapan baliknya Bulek ? "
" Sesuk sore kowe bali, amarga Paklek sibuk ora ana sing nulingi (besok sore bulek balik, karena Paklek sibuk tidak ada yang bantuin.). "
" Jangan khawatir, disana juga Bulek mu lainnya biarkan ibu pulang dulu siapa tahu dia juga butuh ripresing"
" Refreshing Bulek. "
" Ha.. itulah pokoknya, kamu sudah makan?, kalau ayo barengan Bulek juga belum makan. "
Keesokan pagi harinya Rinni yang sudah selesai sarapan dan berpamitan pada Ibu juga Buleknya.
terdengar suara ketukan pintu.
Rinni dan ibunya serta Buleknya yang sedang berada di dapur saling melihat.
" Biar Rinn lihat. "
" Kak Davan? " ucap Rinni
" Siapa Rinn..." tanya ibunya
" I... ini Bu ada Den Davan, silahkan duduk Den "
Davan pun masuk, saat melihat Mbok Atih dan Buleknya Davan pun menghampiri keduanya dan menyalim tangan mereka.
" Apa Kabar Mbok.. sudah baikkan ? " tanya Davan.
" Baik Den, sudah baik kok Den sendiri apa kabar? " Mbok Atih dan pun duduk berhadapan dengan Davan.
" Ada apa Den kemari. " tanya Bulek Irma.
" Mau jemput Rinn, soalnya disuruh Mamih kesini katanya sepeda Rinni kan tinggal dirumah jadi gimana datangnya" jelas Davan.
" Oalah... tidak apa-apa nanti kan bisa naik ojek. " ucap Mbok Atih
" Tidak apa-apa Mbok, kalau begitu pamit dulu ya Mbok , ... " Davan berhenti bicara saat akan menyalim tangan Irma.
" Panggil saja Bulek. "
" Ya Bulek, pamit dulu ya." ucap Davan.
Rinni dan Davan pun pergi bersama setelah berpamitan pada Atih dan Bulek Irma.
...****************...
。・:*:・(✿◕3◕)❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments