#02

Tokk... tokk...

" Masuk Mbok " jawab Jessy.

" Permisi.. "

" Kakak siapa? " Sela Jessy sambil menatap Rinni

" Aa... Saya Anaknya Mbok Atih dan sementara saya yang akan membantu Non. " ucap Rinni

" Mbok Atih kenapa? , Sakit? " tanya Jessy.

" Iya dan butuh istirahat. " jawab Rinni

lama keduanya

" Kak.. boleh minta tolong ambilkan sepatu aku? "

" Ya Non " Rinni pun mengambil sepatu dan menghampiri Jessy yang sedang duduk di atas tempat tidur.

" Ini Non. " Rinni meletakkan sepatunya di lantai

Tokk... tokk...

" Sudah selesai sayang? " tanya Indri yang berpakaian rapi dan riasan yang natural.

" Oh.. kamu sudah datang Rinn.? " sapa Indri

" Iya ." ucap Rinni

" Kursi roda mu mana sayang? "tanya Indri

" Disana Omah " tunjuk Jessy ke sudut kamarnya.

Pupil mata Rinni membesar saat ia melihat kursi roda yang ada di sudut ruang kamar.

" Maaf, bisa tolong ambilkan kursi roda nya? " Indri memakaikan sepatu pada cucunya.

" Kok rambutnya belum diikat? " tanya Indri pada Cucunya

"Sini Omah ikat rambutnya" Indri menyisir rambut Jessy.

Indri terlihat kesusahan mengikat rambut Jessy.

Jessy sangat suka rambutnya dikepang dan hal itu sangat susah bagi Indri.

sebagian helai rambut jessy tergerai.

" Maaf Nyonya kalau boleh biar saya saja yang ikatkan rambutnya Non Jessy boleh?"

" Oh kamu bisa? " ujar Indri

" Bisa Nya"

Indri pun memberikan ruang pada Rinni.

seolah sudah terbiasa melakukan itu, Indri yang melihat pun tersenyum kala ia melihat cucunya tersenyum melihat rambutnya dikepang sesuai keinginannya.

" Sudah selesai, bilang apa sama Kak Rinn?. "

" Terimakasih Kak " ucap Jessy

" Sama-sama " balas Rinni.

Indri pun mendorong kursi roda Jessy keluar dari kamar.

sedangkan Rinni mengambil tas sekolahnya.

tepat saat saat akan menurunkan tangga seseorang menghampiri mereka.

" Hai.. cantik banget putrinya Papa hari ini. "Puji Devan.

" Cantik ya Pah? , kak Rinni yang ikat rambut Jeje Pah. " Jessy tersenyum

Devan melirik ke arah seorang wanita yang berdiri di belakang maminya.

lalu menatap maminya seolah minta penjelasan.

" Ini anaknya Mbok Atih Dev, karena Mbok sedang sakit dia yang mengantikan tugasnya." jelas Indri.

" Baiklah sekarang kita sarapan dulu , sebentar lagi Opah akan memanggil kita." ujar Devan lalu menggendong putrinya.

Seluruh anggota keluarga Wijaya sudah duduk berkumpul diruang makan.

semuanya sibuk dengan makannya masing masing.

" Dimana Davan ? " tanya Danny Wijaya

" Mungkin masih lari pagi dia Pih. " jawab Dina.

" Dia terlalu sibuk dengan hobbynya." cibir Danny.

" Hai Mbok.. bisa tolong tuangkan ini ke wadah? " Davan menyerah sebungkus jajanan

" Baik Den. " jawab Mbok Yuyun.

Davan pun duduk di samping Jeje , sesekali Davan terlihat menjahili ponakannya hingga berujung dengan pengaduan.

" Pah... lihat Om Dav. " adu Jessy.

" Dav... hentikan itu, nanti dia akan terlambat sekolah. "

" Bekal sekolah Jeje sudah siap Mbok? "Tanya Devan pada Mbok Yuyun.

" Sudah selesai Den, non Jeje sudah mau berangkat? , Sebentar aku akan memanggil Rinni. " ucap Mbok stelah meletakkan makanan yang di beli Davan.

"Rinni? ada asisten baru Mih? Mbok Atih kemana? " tanya Davan.

" Mbok sakit dan... "

" Mih, aku pergi dulu. " Devan cipika-cipiki pada Indri setelah dia pamit pada Danny.

" Omah, Jeje kesekolah dulu. " pamit Jessy.

" Hati-hati dijalan ya, belajar bagus ya sayang di sekolah " ucap Danny pda sang cucu.

" Rinni." panggil Davan saat melihat Rinni keluar dari dapur.

Rinni menoleh ke samping dan bola matanya membola saat melihat orang yang memanggilnya ternyata adalah orang yang dia idolakan saat masih sekolah hingga saat ini.

" Kamu ngapain disini? " tanya Davan yang sudah berdiri dihadapannya.

" Aku... kerja disni. " jawab Rinni

" Kerja? " Davan menoleh ke arah Mamihnya.

" Ehem.. " Devan memberi kode.

" Maaf, aku harus pergi. " pamit Rinni yang langsung berjalan cepat menghampiri Devan.

" Kamu kenal dengan Rinni dek? " tanya Dian.

" Rinni tuh adek kelas ku dulu di SMA xxxx " jawabnya.

" Rinni tuh anaknya Mbok Atih, karena Mbok sakit dan tidak ada yang bisa menggantikan tugasnya sementara Rinni lah yang melakukannya. " jelas Indri.

" Papih pergi dulu. " pamit Danny.

" Dav, penawaran untuk kerja di kantor Papih sudah kau putuskan? "tanya Danny.

" Pih, Dav tidak bisa berkerja di kantor Papih. " jawabnya.

" Dav.. " panggil Indri

" Dav tidak bisa, saat ini aku sedang mencari lokasi untuk buka restoran Mih. " ujar Davan.

" Cih... " Danny langsung melenggang pergi.

Indri pun langsung berjalan cepat untuk menyusul suaminya.

" kamu ini ya pagi-pagi sudah membangunkan harimau yang sedang tidur. " sindir Dina.

" Salah lagi. " gumamnya sambil menyuapkan sarapan ke mulutnya.

Davan menghela nafas dengan kasar, pasalnya ia keberatan dengan tawaran dari Papih.

sejak awal dia lulus sekolah Danny sudah mulai melibatkan dirinya dengan urusan perusahaan.

Di depan rumah Devan menggendong putrinya masuk kedalam mobil.

dan sebelum supir membawa mengantar Jejen kesekolah Devan pun memanggil Rinni untuk berbicara berdua.

" Berikan nomor ponsel mu. " ucap Devan dengan dingin.

" Untuk apa Den?. " tanya Rinni

" Ya untuk mengetahui apa yang dilakukan putriku selama kau jadi pengasuhnya." ucap Devan.

Rinni pun mengetikkan nomor ponselnya di ponsel Devan.

setelah mendapat nomor ponsel Rinni, Devan memberitahu apa yang tidak boleh Jeje lakukan dan yang boleh Jeje lakuka.

Rinni hanya menjawabnya dengan anggukkan kepala, karena apa yang dikatakan Devan sudah ia dengar dari Ibunya saat tadi pagi akan datang berkerja.

" Baiklah aku harap kau mengerti dan tidak melupakannya. " ucap Devan.

" Iya Den. "

" Sudah sekarang masuk lah ke mobil Jeje akan terlambat kesekolah. "ucap Devan

" Sayang, nanti pulangnya sama pak Amir ya hari ini Papah ada rapat, " jelas Devan.

" Ya sudah pak berangkat sekarang. " titah Devan.

" Baik Den, kami berangkat dulu kalau begitu. " pak Amir pun menjalankan mobilnya.

Devan menatap mobil yang membawa putrinya, hingga terdengar suara percakapan kedua orang tuanya Devan pun masuk kedalam mobilnya dan mulai melakukan mobilnya.

" Papih pagi-pagi jangan marah-marah, nanti aku akan coba membujuk Davan agar dia mau kerja diperusahaan Papih. " Indri coba meredam emosi suaminya.

" Mau bujuk seperti apa? , kenapa punya 3 anak tidak ada satupun yang bisa diatur . " ngeluh Danny lalu berpamitan pada istrinya.

" Hati-hati Papih , jangan marah marah terus. " pesan Indri sebelum suaminya masuk kedalam mobil.

Danny tersenyum pada sang istri sebelum masuk kedalam mobil.

di umur yang hampir 60 dia berharap Davan bisa menganti dirinya sebagai direktur perusahaan.

tapi apa daya, seberapa besar pun kemauannya tetap saja sang anak bungsu menolak.

Devan yang di umurnya 30 tahun sudah punya perusahaan sendiri walaupun saat ini sudah lumayan berkembang.

sejak awal Dev sudah mulai mendirikan perusahaannya sendiri, dan saat ia ditawarkan untuk berkerja di perusahaan Danny, Devan sudah lebih dulu mengumumkan kalau dia saat ini sudah memiliki perusahaan tersendiri hingga niatnya untuk meminta Devan berkerja di perushaannya harus dibatalkan.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!