Kasim Bo menunggangi kudanya dengan cepat bagaikan deru angin kencang yang menerpa tiap rumput yang di injak oleh kaki-kaki kudanya yang dipacunya dengan penuh semangat untuk gapai cita-citanya yang sampai detik ini belum bisa di gapainya sepenuhnya.
"Tuan Bo, di depan sana ada penginapan untuk kita beristirahat dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke kota kecil di tengah-tengah daerah pegunungan Lu. " kata Chou Cie temannya dan juga pengikutnya yang setia sejak awal mereka berjumpa dahulu ketika Kasim Bo pertama kali terjun ke dunia persilatan daratan besar.
"Chou Cie, penginapan yang kamu tunjuk dengan cemeti kudamu itu sangat mahal. " kata Kasim Bo yang terkenal pelit dalam mengeluarkan uang sepersen pun.
"Tuan Bo, kau kan seorang Kasim senior yang cukup besar pengaruhnya di istana Kerajaan Yun kenapa kamu masih saja pelit untuk keluarkan uang keperluanmu sendiri? " tanya Chou Cie yang tak percaya kalau Kasim Bo itu miskin.
"Mmm, aku bukan pelit melainkan menghemat biaya hidup untuk keperluan yang lainnya dan apa hubungannya antara aku yang menjadi Kasim senior di istana Kerajaan Yun dengan kita menginap di hutan ini." jawab Kasim Bo yang telah meringkuk di dahan pohon di tengah hutan di jalan menuju ke pegunungan Lu.
"Ada, jika kamu seorang Kasim senior maka gaji mu lumayan besar untuk biaya hidup mewah mu sendiri ya meskipun kamu takkan pernah bisa bersenang-senang dengan wanita cantik sampai kapanpun karena kamu seorang Kasim yang tak pernah bisa mempunyai itu yang dapat wanita bahagia. " kata Chou Cie yang menilai Kasim Bo seorang laki-laki yang cacat dalamnya.
"Ouh, aku juga tidak pernah tertarik pada wanita cantik manapun juga, dan aku bukannya tidak bisa membahagiakan wanita cantik, eh enak saja kamu bicara, namun karena aku tipe pria mahal harganya... " kata Kasim Bo dalam hatinya sendiri.
Semilir angin kencang di tengah hutan di tengah malam hari apalagi di musim gugur tentu sangat dingin namun tidak mengganggu ketenangan Kasim Bo dalam hal tidur dimanapun juga.Suara pepohonan saling mengadu membuat Chou Cie terjaga dari tidurnya. Laki-laki usia dua puluh satu tahun ini lekas membuka matanya lalu ia menengok ke segala arah tempatnya berada. Ia menahan napas ketika melihat adanya seekor ular piton merayap di atas rumput dan di angkat oleh seorang pria tua dengan penampilan ala pendeta Dao telah berdiri di bawah pohon-pohon yang mereka jadikan tempat menginap mereka.
"Du Ling, apa kamu yakin bahwa orang yang kita cari berada di hutan ini? " tanya Pria tua itu yang membelai lembut ular piton peliharaannya.
Lalu sekelebatan bayangan putih melesat cepat di antara pepohonan di sebrang mereka dengan menampakkan seorang gadis muda berpakaian putih dan indah telah duduk di salah satu dahan pohon di seberang.
"Kakek Chu, aku bukan meminta mu untuk cari orang yang ingin kamu cari melainkan aku mau kamu mati di tanganku pada malam hari ini.. " jawab gadis baju putih yang telah melontarkan pedang ke arah kakek yang bermarga Chu.
Wuttzzzz!
Kakek Chu menggunakan ekor ularnya dengan lihai membuat pedang kembali ke arah gadis itu yang cepat menangkap gagang pedang lalu ia meluncur ke arah Kakek Chu dengan pedangnya terhunus ke dada Kakek Chu.
Wushhh!
Kakek Chu mengibaskan moncong ularnya ke arah pedang di tangan gadis baju putih yang kini harus di genggam erat oleh gadis baju putih agar pedangnya tidak patah.
Bettzzz!
Gadis baju putih meliuk-liuk di udara untuk gadis itu dapat terhindar dari patukan ular piton milik si kakek Chu yang telah menggunakan tinjunya menyerang tengkuk gadis baju putih.
Wuttzzzz!
Gadis baju putih itu bergerak mundur hingga ia menabrak dahan pohon yang menjadi tempat tidur Kasim Bo yang membuat Kasim Bo telah mendorongnya dengan guci arak di tangan kiri Kasim Bo sehingga gadis itu meluncur ke arah mulut ular piton yang telah terbuka lebar- lebar oleh Kakek Chu.
"Arghhhh! " pekik Gadis baju putih itu yang luar biasa pucat melihat dirinya nyaris di makan ular piton milik Kakek Chu jika tak ada batang pohon tumbang yang dilontarkan oleh Kasim Bo yang langsung menusuk mulut hingga tubuh ular piton itu.
Wunggg!
Jlebb!
"Kurang ajar...! " bentak Kakek Chu yang melihat adanya seorang pemuda sangat tampan duduk anteng di atas dahan pohon sambil minum arak langsung dari gucinya sendiri.
"Bukankah kamu Raja Dewa Naga Timur Bo Hai? " tanya Gadis baju putih dari atas rumput di bawah pohon yang diduduki oleh Kasim Bo.
"Persetan dengan nama mu yang menakut- nakuti semua orang di dunia ini namun aku Chu Ting sama sekali tidak pernah takut kepadamu.. apalagi kamu sudah membunuh ularku tanpa sebab..! " hardik Kakek Chu yang melontarkan pukulan telak ke arah Kasim Bo dengan tubuh keringnya itu meluncur dengan cepat sekali bak sinar kilat saja.
Wuzzzz!
Kasim Bo dengan sikap tenang melemparkan guci arak ke udara namun akibatnya adalah Kakek Chu memekik kaget lalu roboh ke bawah pohon dengan wajahnya telah mengeluarkan nanah.
"Ahhhh! Ilmu racun arak Naga timur?? " Gadis baju putih bergidik melihat Kasim Bo telah bunuh Kakek Chu dengan keji.
"Kau gadis bau kenapa menganggu ketenangan aku tidur dengan menantang kakek jelek? " tanya Kasim Bo nada mencemooh gadis baju putih.
"Maaf, karena dia sudah membunuh keluargaku sejak aku kecil dengan menipuku dengan sikap seorang kakek yang baik hati. " jawab gadis baju putih itu yang ingin mencari perhatian dari Kasim Bo yang sangat terkenal dengan kepandaian ilmu silatnya.
"Aku tak perduli dengan urusanmu, gadis bau. Aku peduli karena kau dan dia menggangguku.. maka kau pun harus mati di tanganku.." kata Kasim Bo yang ingin melontarkan pukulan telak ke kepala gadis baju putih itu namun Chou Cie segera mencegahnya dengan berteriak kepada nya.
"Tuan Bo, jangan membunuhnya..! " teriak Chou Cie dengan tangan terulur kepada Kasim Bo.
"Kenapa aku tak boleh membunuhnya, Chou Cie manis? " tanya Kasim Bo tanpa memandang ke arah Chou Cie yang telah turun ke bawah pohon di atas kedua kakinya.
"Karena dia adalah Putri dari Ketua Sekte Merak Lu yang terkenal dengan julukan Penguasa di wilayah ini. " jawab Chou Cie yang sujud di dekat Nona Lu di bawah pohon tempat Kasim Bo Hai duduk dengan tenang sekali.
"Mmmmm, Si tua Lu Yang mempunyai seorang anak perempuan yang tak boleh aku bunuh? Ah, kau ini Chou Cie, aku paling tak suka kalau ada yang mengganggu ketenangan aku tidur, maka siapapun itu harus menerima hukumannya dari ku.. " kata Kasim Bo yang tetap memukul hancur kepala Nona Lu begitu saja dengan ilmu sinkang murai api miliknya yang menakutkan itu.
Desss!
Bruakkk!
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Shiiiiiip
2024-03-24
0
herry bjb
mentangan punya kekuatan lalu bersikap arogan.kesalahan kecil sampai membunuh...karakter yg spt ini pastinya kurang mendapat minat pembaca thor jadi kamu harus jeli melihat hasil translatemu dan ubah jalan ceritanya
2024-03-24
0
pendekar angin barat
kok arogan setiap org yg ganggu lgsg di bunuh
2023-08-30
0