Sihir

"Bisakah kita menyelesaikan masalah ini dengan cara damai...? Anak kecil seperti kalian harusnya bersikap baik apa lagi kepada teman kalian sendiri..." Elan sebagai orang dewasa mencoba melerai perkelahian anak-anak yang dirasa cukup tidak adil.

Apa yang dilakukan oleh Elan untuk menghentikan perkelahian anak-anak itu memang tidak salah. Tetapi dia tanpa sadar sudah membuat satu kesalahan dengan bertingkah layaknya seperti orang dewasa.

Tedy yang merasa direndahkan oleh Elan berdecak kesal. Anak itu lalu merapalkan sebuah mantra sihir dan seketika muncul sebuah bongkahan batu yang langsung diarahkan pada kakak-beradik itu.

Melihat seorang anak kecil mampu menciptakan sebuah bongkahan batu, langsung membuat Elan kembali tersadar jika dunia yang dia tempati sekarang sangat berbeda dengan dunia sebelumnya.

"Menunduk...!" Elan dengan sigap langsung mencoba untuk melindungi Aiden. Dia menjadikan tubuhnya sendiri sebagai perisai daging agar anak kecil tersebut tidak mendapatkan cidera serius.

Tetapi saat Elan mengibaskan tangannya, tanpa sengaja dia menciptakan sihir tipe api cukup besar yang langsung mengarah kepada Tedy dan lima orang temannya saat ini berada.

Tedy dan lima orang temannya tidak siap menerima sihir tipe api yang mengarah pada mereka karena Elan tidak menggunakan rapalan sihir. Anak-anak itu hanya bisa pasrah saat kobaran api dalam sesat akan membakar mereka semua.

Pada detik-detik terakhir sebelum kobaran api menyambar Tedy dan teman-temannya. Seorang pria misterius tiba-tiba muncul dihadapan mereka dan langsung membuat sihir perisai kubah pelindung.

Boommm!!!

Dentuman keras tercipta saat semburan air menabrak perisai sihir. Sesaat kemudian terlihat kawah sedalam satu meter dengan kobaran api kecil yang masih menyala disekitar perisai sihir milik pria misterius tersebut.

Dampak dari sihir api itu membuat warga desa yang ada disekitarnya sampai-sampai merasakan hawa panas. Para warga sama sekali tidak menyangka ada seorang anak kecil di desa mereka yang mampu menciptakan sihir tipe api sebesar itu.

Sementara itu Elan disisi lain terkejut saat melihat kerusakan yang terjadi di hadapannya. Pria itu sama sekali tidak tahu apa yang baru saja terjadi disana karena sebelumnya terlalu fokus untuk melindungi Aiden.

Aiden sendiri yang sempat melihat Elan mengeluarkan sihir tipe api sebesar itu seolah tidak percaya. Hal ini mengingat selama ini kakaknya tersebut hanya sesekali menggunakan sihir kecil untuk melakukan pertunjukan.

Perisai sihir tidak lama kemudian menghilang. Pria misterius yang sebelumnya tiba-tiba muncul langsung menatap tajam kearah Elan dan Aiden. Ekspresi wajah pria itu menunjukan jika dirinya saat ini sedang marah kepada kakak-beradik tersebut.

Pria itu lalu menghampiri mereka berdua dengan raut wajah menahan marah. "Tindakanmu sudah sangat kelewatan...! Apa kau ingin memanggang mereka hidup-hidup dengan api milikmu itu, hah?!"

Dengan suara lantang pria itu memarahi ke-dua anak itu khususnya Elan karena tindakannya hampir saja membuat nyawa Tedy dan teman-temannya melayang jika saja tidak dibantu.

Elan mengerutkan alisnya saat melihat seorang pria asing tiba-tiba saja memarahi dirinya. Sementara Aiden tampak ketakutan dan langsung bersembunyi dibelakang kakaknya karena mengenali identitas pria misterius tersebut.

"Kau siapa tiba-tiba datang dan berbicara lantang di hadapanku?!" Elan balik bertanya kepada pria itu sambil menatap lurus tanpa ada rasa takut sedikitpun dari sorot matanya.

Jack tertegun sejenak ketika melihat keberanian yang ditunjukkan oleh Elan. Sorot mata anak itu seakan-akan memberi peringatan kepada dirinya untuk tidak ikut campur dalam urusannya.

Sesaat kemudian Jack tertawa lalu membungkukkan badan melihat wajah Elan dari dekat. "Setelah hampir membunuh orang lain, kau tampaknya memiliki cukup keberanian untuk berpura-pura tidak mengenali pamanmu sendiri, Elan?"

Perkataan yang diucapkan oleh Jack membuat Elan merasa bingung. Tetapi sebelum sempat merespon, tiba-tiba pria itu langsung membawanya dipundak secara paksa seperti sekarung beras.

"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku sialan...!" Elan memberontak kepada Jack dan mencoba untuk melepaskan diri dari pria yang memiliki tubuh jauh lebih besar dari pada dirinya.

Jack menghiraukan ucapan Elan seperti angin lalu. Dia lalu membawa anak anak nakal itu secara paksa kembali pulang ke rumah dan tidak lupa mengajak keponakannya Aiden yang terlihat masih ketakutan.

Saat Aiden berjalan melewati Tedy dan lima orang temannya. Mereka tampak ketakutan setelah hampir dipanggang hidup-hidup oleh Elan. Anak-anak itu kemudian langsung pergi melarikan diri sebelum mendapatkan masalah lagi.

Langit sore perjalanan digantikan oleh langit malam. Beberapa saat kemudian Jack, Aiden, dan Elan sampai di depan sebuah rumah kayu. Terlihat seorang wanita berusia 34 tahun sudah menunggu mereka bertiga di depan rumah.

Melihat kedatangan kakak bersama ke-dua putranya, Adaline langsung bergegas menghampiri mereka apa lagi saat melihat Elan yang sedang memberontak karena dibawa paksa oleh Jack.

"Kakak... Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Adaline dengan raut wajah khawatir saat melihat ekspresi Jack seperti orang yang sedang marah.

Hanya dengan melihat ekspresi kesal di wajah Jack, Adaline langsung menyadari jika Elan pasti sudah membuat masalah yang cukup besar. Sebagai seorang adik tentu dirinya masih bisa membaca sedikit mimik wajah kakaknya.

"Enam anak hampir saja dia panggang hidup-hidup Adaline... Mulai sekarang sebaiknya kau mengawasi putramu atau aku sendiri yang akan melakukannya... Apa kau mengerti?" Ucap Jack sambil menurunkan Elan seperti karung tidak berguna ke tanah.

Adaline dengan enggan hanya bisa mengangguk pelan tidak berani membantah perkataan Jack. Meski belum sepenuhnya percaya jika putranya yang selalu menghindari masalah hampir membunuh anak lain.

"Dasar pria tua gila...! Apa maksudmu membawaku pergi dengan cara paksa lalu menjatuhkan ku seenaknya?!" Elan mengumpat atas tindakan yang Jack lakukan kepada dirinya.

Langkah kaki Jack seketika terhenti saat mendengar umpatan terlontar dari mulut Elan untuk kesekian kalinya. "Baru saja kau mengatakan apa? Coba ulangi lagi dan aku pastikan akan menuangkan timah panas ke dalam mulutmu, tikus kecil..."

"Pria tua... Sepertinya pendengaran-" Sebelum Elan melanjutkan perkataannya, tiba-tiba Aiden langsung membungkam mulutnya sebelum melontarkan kata-kata pedas yang bisa menyulut emosi Paman mereka.

"Berhentilah sebelum Paman benar-benar marah, Kak..." Bisik Aiden sambil membungkam erat mulut Elan yang mencoba memberontak.

Disisi lain Adaline terkejut saat pertama kali mendengar kata-kata kasar terlontar dari mulut Elan. Hari ini dia merasa sikap putranya benar-benar berbeda dari biasanya yang sangat sopan.

Tidak ingin putranya mendapatkan masalah. Adaline langsung mencoba menenangkan Jack dengan berbagai penjelasan yang masih bisa diterima oleh akal sehat mengenai perilaku aneh Elan hari ini.

"Dimana Tommy sekarang...?" Tanya Jack sambil berdecak kesal karena tidak bisa memberi pelajaran kepada Elan setelah mendengar penjelasan dari Adaline.

"Dia sedang bekerja di ruangannya..." Balas Adaline singkat yang membuat Jack langsung melenggang masuk ke dalam rumah untuk menemui adik iparnya.

Terpopuler

Comments

Arim 2

Arim 2

👍

2023-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!