Disebuah pedesaan yang berada jauh dipinggir perbatasan negara. Seorang bocah berusia 10 tahun terlihat sedang tidur siang di bawah pohon rindang alih-alih bermain bersama anak lain.
Anak kecil tersebut tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Wajahnya terlihat pucat pasi dan berkeringat dingin seperti baru saja mengalami sebuah mimpi buruk yang seolah membuat dirinya mengalami kematian secara tragis.
"Hah... Hah... Hah..." Anak kecil itu bernafas dengan tidak beraturan. Dia tampak masih terkejut dengan apa yang baru saja dirinya alami.
Setelah cukup tenang dan memeriksa kondisi tubuhnya, Anak kecil itu lalu melihat kearah sekelilingnya dan merasa sangat asing dengan tempat dirinya sekarang berada. Dia tampak kebingungan seakan-akan tidak mengenali wilayah tersebut.
"Dimana ini...?" Gumam Elan sambil melihat hamparan Padang rumput yang ada disekitarnya. Dia kemudian bangkit dan berjalan menuju sungai yang berada tidak jauh dari tempatnya sekarang berada.
Saat membasuh wajah ditepi sungai, alangkah terkejutnya Elan saat melihat wajah anak kecil berusia 10 tahun berada tepat dihadapannya. Sontak saja hal ini membuatnya terkejut dan langsung memeriksa kembali tubuhnya.
Elan tidak bisa berkata-kata lagi saat mendapati tangan mungil dan tubuhnya menjadi lebih pendek. Karena masih belum percaya bahwa dirinya masih hidup dengan tubuh kembali berusia 10 tahun, pria itu lalu memukul wajahnya sampai membuat bibirnya berdarah.
Rasa perih pada bagian bibir seketika menyerang Elan yang membuktikan bahwa fenomena aneh yang dia alami sekarang nyata dan bukan hanya sekedar imajinasi dalam mimpi saja.
"Bukankah aku seharusnya sudah mati...? Kenapa justru aku masih hidup dan kembali berusia 10 tahun...?" Elan masih mempertanyakan apa yang baru saja terjadi kepada dirinya.
Yang Elan ingat setelah dirinya dimasukan ke dalam peti batu, ribuan serangga langsung menggerogoti seluruh tubuhnya. Kejadian itu tentu sangat mengerikan dan membuat pria tersebut reflek mengusap tangannya.
Tiba-tiba dari arah belakang seorang bocah berusia 10 tahun mengejutkan Elan. "Kakak apa yang kau lakukan disini? Ibu meminta kepadaku untuk memanggilmu kembali ke rumah karena sudah menjelang petang...!"
Elan seketika jatuh tersungkur di atas tanah setelah dikejutkan oleh bocah tersebut. Melihat penampilan anak laki-laki itu yang berpakaian abad pertengahan membuat dirinya merasa heran.
"Kau siapa, Nak?" Tanya Elan yang masih merasa bingung setelah dipanggil Kakak oleh bocah dihadapannya.
Merasa aneh dengan bagaimana cara Kakaknya memanggil dirinya. Aiden mengernyit heran merasa sedikit kesal saat Elan bersikap waspada seolah-olah tidak mengenalinya.
"Berhentilah main-main, Kak... Cepatlah pulang atau Ibu akan memotong jatah makan malam milikmu...!" Aiden mendengus kesal lalu beranjak meninggalkan Elan yang masih belum mengetahui situasinya.
Elan seketika baru saja mengetahui jika bahasa yang mereka gunakan bukanlah bahasa Inggris pada umumnya. Melainkan campuran antara bahasa Inggris lama dan bahasa Latin yang biasa digunakan oleh bangsa Romawi Kuno.
Menyadari bahwa dirinya berada di tempat asing. Elan memutuskan untuk mengikuti anak kecil yang terlihat sangat mengenal dirinya. Langkah ini juga harus dia ambil agar bisa mengetahui kondisi tempat dirinya sekarang berada.
Selama perjalanan menyusuri padang rumput menuju desa. Aiden merasa ada hal yang janggal dengan Elan setelah melihatnya dari tadi hanya diam saja, tidak seperti biasanya yang selalu banyak bicara.
Aiden mencoba mengingat lagi kejadian hari ini yang berkaitan dengan Elan. Sampai akhirnya dia ingat jika tadi pagi Kakaknya mendapat hukuman menulis esai permintaan maaf sebanyak 1000 kali oleh orang tua mereka karena tidak sengaja sudah membunuh seekor angsa milik keluarga.
Pada akhirnya Aiden berpikir jika Elan masih merasa kesal setelah mendapat hukuman tadi pagi. Jadi dia memilih untuk tidak mengganggu Kakaknya yang masih kesal itu agar terhindar dari tinjunya.
Tidak lama berselang mereka mulai memasuki desa yang tampak cukup ramai. Pemandangan dan nuansa kental pada zaman pertengahan membuat Elan pada awalnya mengira jika dirinya sudah melakukan perjalanan waktu.
Tetapi sesaat kemudian pemikiran itu langsung terbantahkan saat Elan melihat semua orang disana menggunakan sihir tingkat rendah untuk membantu pekerjaan sehari-hari mereka.
"Wah... Wah... Wah... Lihat siapa yang akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya..."
Sekelompok anak kecil yang dipimpin oleh seorang bocah bertubuh gempal tiba-tiba menghadang perjalanan Aiden dan Elan. Dari raut wajah anak-anak itu sudah bisa ditebak jika mereka ingin membuat masalah dengan kakak-beradik itu.
"Berhentilah mengganggu dan menghalangi jalan kami Tedy...!" Aiden terlihat ketakutan saat melihat Tedy bersama teman-temannya muncul menghadang jalan mereka tanpa alasan yang jelas.
Orang dewasa yang menyaksikan kejadian tersebut tampak tidak begitu perduli karena berpikir ini hanyalah perkelahian anak-anak saja. Warga desa juga menganut sistem dimana orang dewasa tidak boleh ikut campur masalah anak kecil.
Aturan ini sudah disepakati oleh para warga desa dengan tujuan untuk membentuk karakter tangguh bibit desa mereka. Namun jika nantinya perkelahian anak-anak itu dirasa sudah terlewat batas, tentu orang dewasa akan melerai mereka.
Elan sendiri memiliki pola pikir yang sama dengan para orang dewasa disana. Menurutnya akan sangat tidak pantas pria berusia 28 tahun seperti dirinya ikut terlibat dalam perkelahian anak kecil.
Pria itu seolah sudah lupa jika dirinya sendiri kini berusia 10 tahun. Para warga yang melihat Elan hanya berdiri diam dibelakang Aiden bertanya-tanya ada apa dengan bocah tersebut karena tidak mau membantu adiknya sendiri.
"Apa kau pikir aku bodoh?! Dua hari lalu diam-diam kau merobek pakaian kami saat sedang berenang, bukan?!" Tedy berdecak kesal ketika harus mengingat kejadian memalukan dimana dia dan teman-temannya pulang sambil menahan rasa malu.
Awalnya Tedy dan teman-temannya berpikir ada hewan liar yang mencabik-cabik pakaian mereka. Tetapi setelah mengetahui jika Aiden merupakan pelakunya, mereka langsung mencari keberadaan anak itu tetapi sayangnya Aiden memilih untuk bersembunyi di dalam rumah selama dua hari terakhir.
Mendengar pertanyaan dari Tedy membuat Aiden tertunduk tidak bisa membantah. Nasibnya hari cukup sial karena harus bertemu dengan geng anak nakal itu saat menjemput kakaknya.
"Kenapa kau hanya diam saja? Apa yang mereka katakan benar?" Elan yang tidak tega melihat seorang anak kecil dirundung oleh anak lain mencoba untuk memastikan apakah Aiden benar-benar bersalah atau tidak.
Dari perspektif Elan anak seperti Aiden pasti memiliki alasan yang cukup kuat sampai-sampai berani merusak pakaian milik kelompok anak nakal itu.
Saat ditanya oleh kakaknya mengenai masalah ini. Aiden yang sudah pasrah hanya bisa mengangguk pelan dan mencoba meyakinkan saudaranya itu jika dirinya memiliki alasan kenapa sampai melakukan tindakan nekat tersebut.
Elan disana langsung meminta kepada Aiden untuk diam dan menjelaskannya nanti saat di rumah, karena ada hal yang lebih penting harus dia selesaikan sekarang sebelum masalah tambah besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments