Perpisahan

Mumi yang kembali bangkit di hadapan para arkeolog tidak lain merupakan tokoh terkemuka bagi bangsa Mesir kuno pada masanya. Dia tidak lain adalah Imam Agung Amun yang terkenal memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit.

Artinya ruang bawah tanah yang dimasuki oleh para arkeolog merupakan kompleks pemakaman untuk Imam Agung Amun. Tempat ini tentu saja sangat dirahasiakan bahkan tidak ada satupun catatan sejarah yang membahasnya.

Semua orang hanya bisa terkulai lemas di tanah seolah-olah terdapat sebuah gravitasi bumi yang sangat kuat ditempat tersebut, pada saat kebangkitan Imam Agung Amun.

Jonathan, Amber, dan anggota arkeolog yang tersisa tidak mengetahui sosok mumi tersebut. Mereka semua hanya bisa bergidik ketakutan saat melihat seorang mumi bangkit kembali dari alam kematian.

Pandangan dingin dari Imam Agung menyapu semua anggota ekspedisi sebelum akhirnya terkunci kearah dua orang pria yang terlihat berlari menuju lubang galian dengan terburu-buru.

"Kalian semua sudah membuat kesalahan besar dan bertindak tidak pantas dengan mengganggu makam Imam Agung ini..." Suara dari Imam Agung Amun menggema kesepenjuru ruangan, membuat semua orang mulai berkeringat dingin.

Semua orang yang berdekatan dengan lokasi makam benar-benar dibuat tidak bisa bergeming. Mereka hanya bisa tertunduk tidak berdaya di hadapan sosok mumi berusia 2000 tahun lebih itu.

Melihat empat orang bertekuk lutut dihadapannya membuat Imam Agung Amun teringat dengan jemaatnya dulu. Hal ini seperti nostalgia tersendiri yang membuatnya sedikit terhibur karena sudah lebih dari 2000 tahun tidak ada yang pernah mengunjungi makamnya.

"Aku akan memberi kalian keringanan. Pilihlah salah satu di antara kalian untuk menjalani hukuman sebelum aku berubah pikiran..." Suara dari Imam Agung Amun seolah membuat cahaya harapan hidup untuk semua orang akhirnya muncul.

Jonathan, Amber, dan dua anggota ekspedisi menatap satu sama lain sebelum mereka mengalihkan pandangan ke arah Elan serta Daren yang sudah hampir sampai menuju pintu keluar.

"Yang mulia... Mereka berdua adalah orang yang sudah merencanakan ekspedisi makam ini. Kami memilih salah satu di antara mereka untuk membayarnya..." Jonathan memberikan pendapat kepada Imam Agung Amun sambil menyeringai kearah Elan dan Daren.

Imam Agung Amun yang mendengar pendapat dari Jonathan kemudian kembali mengarahkan pandangan ke arah Elan dan Daren. Dari tangannya kemudian muncul ribuan serangga berwarna hitam yang langsung terbang ke arah dua pria tersebut.

Disisi lain Elan dan Daren mulai panik saat ada ribuan ekor serangga terbang ke arah mereka. Keduanya lalu mempercepat langkah untuk mencapai tempat galian yang sudah berada tidak jauh lagi.

Sesampainya di depan mulut terowongan, Elan meminta Daren naik terlebih dulu dengan dirinya yang akan menjadi pijakan kaki untuk sahabatnya tersebut mengingat lokasinya cukup tinggi.

Tanpa ada rasa curiga Daren menuruti perintah dari Elan dan segera masuk ke dalam terowongan terlebih dulu. Namun saat sudah berada di atas tiba-tiba menghancurkan mulut terowongan menggunakan alat galian yang ada di sana.

Hal ini sengaja Elan lakukan untuk menghambat pergerakan dari ribuan serangga. Pria itu juga sudah menyadari jika mereka berdua sudah pasti akan terkejar mengingat kecepatan terbang serangga terbang yang sangat cepat.

"Hei Elan...! Apa yang sedang kau coba lakukan bodoh!?" Menyadari niat dari sahabatnya, Daren berusaha membuka kembali mulut terowongan yang sudah tertimbun bebatuan menggunakan tangannya.

Namun sekeras apapun Daren mencoba membuka mulut terowongan, tenaga yang dia miliki sekarang tidak cukup untuk melakukannya. Pria itu sekarang benar-benar merasa putus asa jika harus kehilangan sahabat satu-satunya yang dia miliki.

"Salah satu dari kita harus selamat... Kau masih memiliki keluarga di atas sana Daren... Jaga dirimu baik-baik mulai sekarang dan terimakasih sudah membawaku berpetualang selama ini... Selamat tinggal saudaraku..."

Elan memberikan salam perpisahan kepada Daren dari balik reruntuhan. Dia kemudian membalik badan melihat ke arah ribuan ekor ekor serangga yang sudah siap untuk mengerumuni tubuhnya hidup-hidup.

Pria itu tentu tidak akan menyerahkan nyawanya begitu saja dan menjadi santapan koloni serangga tanpa sebuah perlawanan. Meski sadar jika pada akhirnya dirinya akan tetap kalah, Elan mengambil sebuah obor untuk melawan kawanan serangga tersebut.

Daren hanya bisa bertekuk lutut dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Pria itu akhirnya hanya bisa menuruti permintaan terakhir dari Elan dan segera meninggalkan tempat tersebut tanpa bisa melakukan apa-apa.

Ribuan ekor serangga langsung berpencar saat Elan mulai mengayunkan obor ditangannya. Cara tersebut tampaknya cukup efektif untuk mengusir serangga yang sangat lemah terhadap api.

Namun saat Elan sedang fokus mengurus kawanan serangga yang ada disekitarnya. Tiba-tiba saja tanpa diduga dari belakang Jonathan memukul kepala bagian belakangnya menggunakan sebuah tongkat kayu.

Brakkkk...!!!

Elan seketika jatuh tersungkur ke tanah sambil memegangi kepala bagian belakang yang mulai berlumuran darah. Pandangan pria itu mulai menjadi kabur tetapi dia masih bisa mempertahankan kesadarannya.

"Dasar berengsek...! Berani-beraninya kau menghancurkan pintu keluar yang sudah kami bangun, sialan!" Jonathan berdecak kesal dan langsung mengarahkan sebuah tendangan keras yang tepat mengenai bagian perut milik Elan.

Dari tatapan mata Jonathan sudah bisa dipastikan dia sekarang benar-benar memiliki niat untuk membunuh Elan dan meluapkan semua kekesalannya selama ini kepada pria tersebut.

"Uhuk...! Uhuk...! Uhuk...."

Elan mengerang kesakitan sambil memegang perutnya yang terasa sangat sakit setelah ditendang oleh Jonathan dengan keras. Pria itu mulai batuk darah dan cara nafasnya menjadi tidak beraturan.

Saat itu seseorang tiba-tiba berdiri tepat di hadapan Elan. Ketika mengangkat wajah untuk melihat sosok tersebut, dia menemukan sosok Amber yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin.

Tanpa rasa belas kasih Amber yang sudah muak terhadap Elan karena menganggap pria itu membawanya ke dalam posisi sulit langsung menginjak wajah pria tersebut.

Akibat tindakan Amber kepala bagian belakang Elan membentur permukaan tanah dengan sangat keras. Hal ini membuat pria itu terkulai tidak berdaya dan menerima cidera kepala yang cukup serius.

Seolah tidak mau ketinggalan, dua anggota ekspedisi yang merasa kesal kepada Elan karena sudah membuat mereka terjebak di dalam sana langsung ikut menendang pria tersebut seperti sebuah samsak.

Imam Agung Amun dari kejauhan hanya tersenyum tipis melihat sebuah pemandangan yang sangat miris. Dia kemudian segera meminta kepada para arkeolog itu untuk membawa Elan yang sudah tidak berdaya kehadapannya.

Dari ruang hampa Imam Agung Amun mengeluarkan kain linen dan meminta kepada Jonathan serta teman-temannya untuk membungkus tubuh Elan hidup-hidup untuk dijadikan mumi.

Karena tidak ingin mendapat masalah dari sosok mumi berusia 2000 tahun tersebut. Jonathan, Amber, dan dua anggota arkeolog yang tersisa tanpa ragu membuang sisi kemanusiaan mereka lalu mulai membungkus tubuh Elan.

Elan yang masih memiliki sedikit kesadaran mencoba untuk melepaskan diri saat akan di mumifikasi. Sayangnya usaha dari pria itu sia-sia karena harus melawan tenaga empat orang dewasa sekaligus.

Setelah tubuh Elan sudah terbungkus sepenuhnya, dia kemudian dimasukan ke dalam peti batu. Imam Agung Amun lalu meletakan piagam emas yang sebelumnya sudah di ambil oleh Jonathan dan meletakan di atas tubuh Elan.

Ribuan serangga kemudian masuk ke dalam peti batu sebelum ditutup rapat-rapat. Tidak lama kemudian terdengar suara teriakan teredam dari dalam peti yang membuat semua orang bergidik ketakutan.

Jonathan, Amber, dan dua anggota arkeolog yang tersisa kemudian menagih janji Imam Agung Amun untuk membebaskan mereka. Tetapi apa yang mereka terima justru sesuatu yang tidak terduga.

Imam Agun Amun tertawa lirih sebelum menarik esensi kehidupan yang dimiliki oleh para arkeolog tersebut dan membuat tubuh mereka mengering seketika menyisakan kulit serta tulang saja.

"Setelah ribuan tahun akhirnya aku bisa bebas... Terimakasih atas pengampunan dosa yang sudah anda yang berikan Yang Mulia..." Ucap Imam Agung Amun sambil tersenyum kearah patung berkepala jakal.

Tubuh Imam Agung Amun perlahan mulai memudar menjadi butiran pasir menandakan bahwa dirinya sekarang sudah terbebas dari kutukan dan bisa menuju alam baka setelah ribuan tahun.

Setelah kepergian Imam Agung Amun. Tiba-tiba mata patung berkepala jakal menyala berwarna merah dan tidak lama muncul kembali gempa yang meluluhlantakkan seluruh tempat tersebut.

Terpopuler

Comments

Arim 2

Arim 2

masih prolog ternyata

2023-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!