Istri Di Atas Kertas

Istri Di Atas Kertas

Episode 01~Permintaan Papa

"Tidak, ini tidak mungkin" teriak wanita cantik yang bernama lengkap Gebita Elianore atau lebih akrab di panggil Gebi. Ia menatap kedua orang tuanya dengan frustasi.

"Gebi, kami melakukan ini untuk kebaikan kamu sendiri" jelas Mama Ambar dengan lembut sambil memegang lengan Gebi.

Gebi tidak ingin bersikap kasar pada sang Mama, jadi ia hanya melepaskan tangan nya dari genggaman tangan Mama Ambar. Saat ini pikiran nya sedang kacau.

"Kebaikan yang bagaimana Ma ?, Bagaimana bisa Mama dan Papa menyuruh aku menikah dengan seseorang yang tidak tau apa dia baik untukku"

Sang Papa terlihat menundukkan kepalanya, seolah-olah bingung bagaimana caranya menjelaskan semuanya pada Gebi.

Gebi tertawa sejenak saat sesuatu muncul di pikiran nya "jangan bilang kalau sekarang perusahaan Papa akan bangkrut, jadi Papa memintaku untuk menikah dengan pria yang tidak aku kenal. Sumpah itu hanya ada di dunia novel yang sering aku baca" ucap Gebi.

Papa Nolan memijat pangkal hidungnya sebelum menatap Gebi dengan serius.

"Ayo keruangan Papa !"

"Papa yakin ?" Sahut Mama Ambar Dengan cepat.

Papa Nolan hanya memberinya senyuman hangat dan berjalan duluan menuju ruang kerjanya. Gebi tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut. Sementara Mama Ambar berjalan di belakang Gebi.

Entahlah apa yang terjadi .?

Gebi baru saja pulang menghadiri pesta teman nya, dan tiba-tiba kedua orang tua nya meminta Gebi menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal.

Memikirkan hal itu membuat Gebi menghela napas, ia sama sekali tidak menginginkan menikah dengan orang yang tidak ia cintai.

Setiba di ruang kerja, Papa Nolan duduk di kursi putarnya lalu membuka laci. Terdengar Mama Ambar menghela napas di belakang Gebi. Membuat Gebi menoleh dan terkejut saat melihat sang Mama menangis.

Gebi langsung merasa takut. Apa benar jika perusahaan keluarga mereka sedang dalam masalah ?. Tapi rasanya itu tidak mungkin beberapa hari yang lalu ia baru saja berkunjung ke perusahaan, dan semuanya baik-baik saja.

Papa Nolan mengalihkan perhatian Gebi, saat sang Papa mengeluarkan sebuah kertas lalu meletakkan nya di hadapan Gebi. Dengan pikiran masih penuh kebingungan Gebi meraih kertas itu lalu membukanya.

Sedetik kemudian dunia Gebi hancur, "apa maksudnya ini ?" Tanya Gebi tergagap, perlahan ia kembali menatap sang Papa.

Air mata Gebi menetes begitu saja ketika melihat Papa Nolan tersenyum. Namun di matanya penuh dengan kesedihan.

Pria paruh baya itu meraih tangan Gebi "Kamu taukan kalau Papa sangat menyayangi mu, Papa minta maaf jika membuat keputusan yang tidak kamu sukai. Papa hanya ingin kamu bersama pria yang tepat sebelum Papa pergi"

Dunia Gebi semakin hancur, pria yang menjadi cinta pertamanya sedang mengidap kanker otak sekarang.

"Papa jangan bicara begitu !, Ayo kita pergi ke Amerika untuk berobat. Gebi yakin Papa pasti sembuh"

Papa Nolan menyentuh kepala Gebi kemudian mengacak-acak rambutnya dengan lembut. Gebi tidak bisa berbuat apa-apa selain terisak saat melihat senyum hangat yang Papa nya berikan.

"Papa juga ingin sembuh nak, papa ingin melihat cucu-cucu papa nantinya. Tetapi Papa tidak bisa berbuat apa-apa karena tuhan berkehendak lain"

Gebi menggelengkan kepalanya sementara air matanya semakin deras menetes. Mama Ambar mendekat lalu memeluk tubuh Gebi dengan erat.

"Maafkan Papa nak ! Papa tidak tahu berapa lama lagi umur Papa, jadi walaupun tidak bisa melihat cucu papa nantinya, setidaknya bisa melihatmu menikah itu sudah cukup" ucap sang Papa lagi.

Gebi melepaskan diri dari pelukan Mama, kemudian beralih memeluk tubuh sang Papa dengan erat.

"Tolong berjuang Papa ! Jangan menyerah seperti ini ! Berjuanglah untuk ku dan Mama !" Pinta Gebi.

Papa Nolan hanya membalas pelukan Gebi dan mencium puncak kepala putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Papa tidak menyerah nak !, Papa hanya ingin menghabiskan waktu bersama kamu dan Mama mu, dari pada menderita di rumah sakit"

Tangisan Gebi semakin pecah saat mendengar apa yang di katakan oleh sang Papa.

"Aku menyayangi papa" ucap Gebi sambil menatap Papa. Pria paruh baya itu tersenyum ke arah Gebi.

"Papa juga sangat menyayangimu dan Mama mu, tolong jaga Mama jika papa telah pergi !"

"Hentikan Pa ! Tolong berhenti bicara seperti itu !" Sahut Mama Ambar dengan sedikit berteriak.

Papa Nolan tersenyum dan mengelus pipi Mama Ambar dengan lembut. "Selalu ingat bahwa, Papa menyayangi kalian berdua" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Tentu saja Mama akan selalu ingat" balas Mama Ambar

Tiba-tiba Papa Nolan berteriak sambil memegangi kepalanya, Mama Ambar dan Gebi langsung panik

"Ambilkan obat Papa di laci Geb !" Teriak Mama Ambar sambil memegangi tangan sang suami.

Gebi semakin hancur Seraya mencari obat itu di laci. Bolak-balik ia menatap sang Papa lalu kembali melihat laci karena takut kehilangan sesuatu.

"Bertahan lah Pa ! mama akan menghubungi dokter Vian sekarang" ucap Mama Ambar sambil menangis.

Setelah obat di temukan, Gebi mengeluarkan pil nya lalu memberikan nya pada sang Papa.

Kenapa ia baru tau tentang ini ? Sekarang yang dapat Gebi lakukan hanya menangis dalam diam. Ia merasa sudah menjadi anak tak berguna karena tidak pernah menyadari perubahan tubuh sang Papa selama ini.

Gebi pikir karena pekerjaan sehingga berat badan sang Papa turun drastis. Ia pikir karena pekerjaan sehingga rambut Papa habis. Tidak pernah terpikirkan oleh Gebi kalau Papa Nolan sakit separah ini.

Setelah beberapa menit, Papa Nolan berangsur tenang tepat saat sang dokter datang. Sekarang Papa berbaring di kamar mungkin karena rasa sakit yang ia rasa tadi, membuat Papa tertidur.

Mama Ambar mendekati Gebi setelah dokter pergi, wanita itu tersenyum, lalu meluruskan rambut Gebi yang kusut.

"Pergilah ke kamarmu !, Biar Mama yang urus Papa" ucap Mama Ambar sambil menyisir rambut Gebi menggunakan jari-jarinya.

"Kapan Papa merasakan sakit ini Ma ?" Gebi mengabaikan permintaan sang Mama, justru memilih bertanya.

Mama Ambar menghela napas panjang, sebelum ikut duduk di samping Gebi.

"Sejak kamu lulus kuliah sejak itulah Papa kamu mulai sakit kepala. Tapi Papa mengabaikan karena ia pikir itu hanya stres karena pekerjaan. Tapi beberapa minggu setelah kamu lulus sakit kepala Papa semakin parah, dan Papa mulai merasakan tanda-tanda kanker otak"

Mama Ambar kembali menarik napas sebelum melanjutkan ceritanya.

"Papa mulai berobat kemanapun, setiap kali Papa dan Mama mengatakan padamu bahwa kami melakukan perjalanan bisnis, sebenarnya Papa sedang berobat, dia kemoterapi dan sebagainya. Tapi Papa tetap tidak bisa mengabaikan perusahaan karena banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada kita nak" ucap Mama Ambar lagi.

Terpopuler

Comments

Heny Indarti

Heny Indarti

yuk lanjut

2023-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!