"Kenapa tidak meminta bantuan padaku Ma ?, Walau aku belum bisa apa-apa, tapi aku akan belajar"
Mama Ambar hanya tersenyum ke arah Gebi, ia mencium kening putrinya dengan lembut.
"Papa tidak mau kamu terbebani karena perusahaan nak, papa ingin kamu menikmati dunia mu yang sudah banyak terbuang untuk belajar agar bisa membuat kami bangga"
Air mata Gebi semakin deras mengalir. Ia tahu kalau sang Papa sangat menyayanginya selama ini, apapun akan ia lakukan demi kebahagiaan Gebi.
"Tapi aku ingin Papa sembuh Ma, harusnya Mama dan Papa jujur saja pada Gebi tentang semua ini !" ucap Gebi terisak.
"Maafkan kami berdua nak ! Karena tidak segera memberi tahumu tentang kesehatan Papa ! Sama sepertimu Mama juga berharap kondisi Papa membaik. Tapi mungkin ini sudah menjadi takdir kita"
Gebi kehilangan kata-katanya untuk menjawab, yang dapat ia lakukan saat ini hanyalah memeluk tubuh sang Mama hingga keduanya menangis bersama.
Selama ini Papa Nolan sudah melakukan apa saja untuk kebahagiaan Gebi, setidaknya ia tidak ingin egois sekarang, Gebi menyeka air matanya lalu dengan berani menatap wajah sang Mama.
"Siapa pria yang akan menikahiku Ma ? Dan kapan pernikahannya di lakukan ?"
*********
Keandra Arkatama, nama yang sangat asing bagi Gebi. Dan sepertinya ia memang benar-benar akan menikah dengan pria yang tidak ia kenal.
"Kamu serius tidak tahu dengan Keandra ?" Tanya Elda teman Gebi dengan histeris.
Gebi mengangkat alisnya, heran dengan sikap Elda seperti ini. Sebelum kembali menuangkan alkohol kedalam gelas, karena sekarang keduanya sedang berada di bar.
"Kenapa ? Memangnya kamu kenal sama dia ?" Tanya Gebi.
"Mungkin kamu satu-satunya yang tidak mengenal Kean, dia itu pemilik perusahaan terbesar di dunia dan kamu benar-benar mendapatkan rezeki besar karena bisa menikah dengan nya"
"Paling dia yang mendapatkan ikan besar karena menikahiku, kau tau kalau aku ini pewaris Master grup" ucap Gebi dengan penuh percaya diri.
Memang perusahaan yang di bangun oleh Papa Nolan adalah salah satu perusahaan terbesar di dunia. Yang sudah memiliki 66 cabang.
"Terserah lah, untuk saat ini ayo kita minum dulu sebelum kamu menikah dengan nya, Karena sepertinya kamu akan bermasalah di atas ranjang" balas Elda sambil tertawa.
Gebi langsung menendang sahabatnya itu dengan kesal.
"Aduh..." Elda mengeluh kesakitan. "Aku yakin dengan tampangnya yang begitu tampan, dia jago di tempat tidur. Pasti adik kecilnya di bawah sana sangat besar"
Gebi hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Elda, walaupun sikap Elda sering membuatnya kesal namun entah kenapa Gebi sangat nyaman dengan nya.
Waktu sudah lewat jam 02 pagi, Gebi dan Elda baru saja keluar dari Bar, keduanya sama-sama mabuk karena terlalu banyak minum.
"Brengsek, kamu ini bodoh sekali Elda, kenapa kamu tidak membawa sopir ?" Ucap Gebi kemudian.
"Kau juga tolol, kenapa kau tidak memberi tahu ku tadi ?" Balas Elda sambil cegukan.
"Hebat, terus bagaimana kita pulang ?" Walau dalam keadaan mabuk tapi Gebi masih bisa bicara dengan lancar. Berbeda dengan Elda yang sudah kehilangan kewarasan nya. Bahkan kini wanita itu tertawa tak jelas.
Rambut keduanya berantakan, mungkin karena terlalu asik berjoget di tambah terlalu banyak minum.
Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Gebi kembali ke dalam Bar dan mendekati meja tempat biasanya orang-orang memesan minuman.
"Permisi" ucap Gebi dengan suara serak.
"Iya Nona, apa anda ingin memesan lagi ?"
Gebi menggelengkan kepalanya, ia mengeluarkan ponsel yang ada di saku celana. Lalu menyerahkan pada pria di hadapan nya itu.
"Tolong hubungi Ayah ku ! Karena mataku tak bisa melihat dengan jelas lagi" jelas Gebi
Pria itu mengangguk lalu mengambil ponsel Gebi, ia melakukan apa yang di suruh Gebi. Dan ketika panggilan masuk pria itu kembali menyerahkan ponsel Gebi.
"Halo" itu adalah suara Papa Nolan.
Gebi menggigit bibir bawahnya karena rasa bersalah "Maaf mengganggu waktu istirahat Papa, tapi bisakah Papa menyuruh Pak Iman menjemputku ?, Aku tidak bisa mengemudi lagi, aku mabuk"
Terdengar helaan napas panjang di seberang sana membuat Gebi semakin merasa bersalah "iya sayang, Papa akan meminta seseorang untuk menjemputmu, apa kamu di Bar yang sama ?"
"Iya Pa, tapi aku bersama Elda dan dia---"
Papa Nolan terkekeh "mabuk juga ?" Ucap nya "ya sudah tunggu disana, Papa akan menyuruh seseorang menjemputmu" kemudian sambungan telepon terputus.
"Terima kasih" ucap Gebi pada pria yang sudah membantunya barusan. Kemudian ia kembali dimana Elda berada, namun tiba-tiba pandangannya menjadi gelap dan setelah itu Gebi tidak tahu apa-apa lagi.
*******
Keesokan paginya, tidur nyenyak Gebi harus terganggu karena dering ponselnya. Tanpa membuka mata Gebi langsung menjawab panggilan dan meletakkan benda pipih itu ke daun telinga.
"Siapa yang berani mengganggu tidurku" ucap Gebi kesal.
"Aku Elda, aku menelponmu untuk menanyakan sesuatu"
"Astaga Elda, apa kau tidak punya kesabaran ? Aku masih tidur jadi tunda dulu pertanyaan mu itu" setelah mengatakan itu Gebi langsung memutuskan sambungan telepon.
Karena di ganggu oleh Elda tadi membuat Gebi tidak bisa tidur lagi, ia langsung membuka mata dan meregangkan kedua tangan nya sambil duduk di atas ranjang.
"Karena Elda jadi aku tidak bisa tidur lagi" gumam Gebi kemudian menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Setelah mencuci muka, Gebi turun kebawah untuk sarapan. Namun ia bingung saat melihat seorang pria disana yang masih berdiri.
"Kamu sudah bangun nak ?" Ucap Mama Ambar sambil tersenyum ke arah pria itu, membuat Gebi semakin bingung.
"Saya harus berangkat kerja Tante" jawab pria itu.
Gebi menarik kursi walaupun masih bingung, mereka makan berempat sekarang. Mata Gebi menatap pria itu dan kedua orang tuanya bergantian.
"Bagaimana kabar perusahaan mu ?" Tanya Papa Nolan pada pria itu.
"Baik-baik saja Tuan" jawab pria itu.
Papa Nolan mengelap bibirnya sambil tertawa pelan "jangan terlalu formal, panggil saya Papa sama seperti Gebi !"
Uhuk-uhuk.
Gebi terbatuk kaget membuat Mama Ambar langsung mengelus punggungnya.
"Kamu baik-baik saja nak ?" Tanya Mama Ambar yang duduk di sebelah Gebi.
"A-pa yang telah terjadi ?" Tanya Gebi heran
Mereka semua saling pandang, hingga akhirnya Papa Nolan tertawa "Semalam kamu sangat mabuk, dan Papa rasa kehadiran dia sudah menjelaskan semuanya"
Gebi belum menjawab apa-apa, dia masih tidak mengerti apa yang di katakan oleh sang Papa.
" Apa kamu tidak ingin memperkenalkan dirimu pada putriku ?" Tanya Papa Nolan sambil tersenyum
Pria itu membalas senyuman Papa Nolan, kemudian membersihkan mulutnya lalu berdiri.
"Saya Keandra Arkatama, calon suami kamu" ucapnya sambil menjulurkan tangannya ke arah Gebi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments