Pagi-pagi sekali Mama Ambar sudah membangunkan Gebi agar di hias. Wanita cantik itu hanya bisa menurut tanpa membantah sedikitpun karena hari ini adalah hari pernikahannya dengan Keandra seorang pria yang tidak di kenal.
Mama Ambar kembali memasuki kamar Gebi setelah menyiapkan pakaian untuk sang suami, lalu memperbaiki riasan putrinya yang menurutnya kurang pas.
"Sudah Ma ! Nanti ketebalan" protes Gebi saat Mama Ambar hendak memberikan bedak lagi ke wajahnya.
Mama Ambar justru tertawa "Rasanya baru kemaren kamu ada di kandungan Mama nak, tapi sekarang kamu akan membangun rumah tanggamu" Ucapnya dengan suara serak menahan tangis.
Gebi hanya tersenyum menanggapi ucapan sang Mama, sebisa mungkin ia tidak ingin merusak hari bahagia ini untuk Papa nya.
Gaun indah yang Gebi pakai saat ini adalah gaun yang selama ini ia impikan jika suatu saat menikah. Dan hari ini ia sudah memakainya, ia yakin kedua orang tuanya lah yang merancang gaun ini.
Sederhana namun elegan !!.
"Putriku" panggil Papa Nolan sambil menangis saat Gebi menuruni anak tangga bersama Mama Ambar.
Sedikit demi sedikit air mata menggenang di pelupuk mata Gebi saat melihat betapa bahagianya sang Papa sekarang. Pria paruh baya itu memeluk Gebi dengan erat, tak lupa mendaratkan ciuman di kening putrinya.
"Kamu sangat cantik nak"
Papa Nolan menatap wajah Gebi dengan serius, membelai wajah putrinya lalu tersenyum. "Percayalah pada Papa nak ! Suatu hari nanti kamu akan bahagia bersamanya"
Gebi hanya menjawab dengan senyum palsu, ia tidak ingin mengecewakan sang Papa, jadi ia akan melakukan apa saja untuk pria itu.
Gebi harap juga begitu, ia bahagia bersama pria yang akan menjadi suaminya nanti. Namun rasanya itu tidak mungkin apalagi setelah melihat kejadian kemaren.
"Ayo berangkat !" Ajak Papa Nolan.
Pernikahan Gebi memang tidak di laksanakan di rumah, kedua orang tuanya sudah menyewa sebuah gedung yang Gebi sendiri tidak tahu dimana. Ia memang benar-benar tidak tahu seperti apa pesta pernikahannya nanti.
Jadi setelah tiba di gedung yang di sewa Papa Nolan, air mata Gebi langsung menetes. Acara akad nikah ini sesuai dengan keinginannya dulu, Gebi ingat ia pernah bercerita pada Sang Mama seperti apa pesta yang ia inginkan nanti saat menikah.
Sebuah lagu bernuansa islami menyambut kedatangan mereka saat melangkah memasuki gedung tersebut. Gebi melirik kedua orang tuanya yang berdiri di sisi kiri dan kanan nya.
"Terima kasih Ma, Pa" gumam Gebi namun masih bisa di dengar oleh kedua orang tuanya.
Papa Nolan dan Mama Ambar tersenyum menanggapi ucapan putrinya. Mereka bertiga berjalan menuju akad nikah yang akad di laksanakan. Disana seorang pria sudah menunggu. Setelan jas berwarna putih tulang sangat pas melekat di tubuhnya, warna yang senada dengan gaun yang kini Gebi kenakan.
Gebi duduk tepat di samping Kean, sementara Papa Nolan duduk di hadapan pria itu.
"Saudara Keandra, apa anda sudah siap untuk memulai ijab kabulnya ?" Tanya pak penghulu membuat Gebi merinding.
"Siap pak" jawab Kean dengan suara lantang dan jelas.
Dan hanya satu tarikan napas pria yang bernama lengkap Keandra Arkatama berhasil mengucapkan ijab kabul, janji sucinya pada yang maha kuasa dan di hadapan banyak orang.
Mama Ambar menyusut air matanya, terharu bercampur sedih karena sekarang putri kecilnya sudah menjadi istri.
"Sekarang kalian sudah SAh menjadi suami istri, silahkan pengantin pria nya memasangkan cincin di jari manis istrinya!" Pinta pak penghulu lagi.
Kean mengambil kotak merah yang ada di hadapannya, sebuah cincin mewah ada disana, ia mengambil sala satu cincin itu lalu menyematkan ke jari manis Gebi. Begitupun dengan Gebi, ia juga melakukan hal yang sama seperti Kean.
Namun saat Kean mencium keningnya, detak jantung Gebi begitu cepat dan kencang. Sentuhan bibir Kean membuat bulu tubuhnya merinding.
Namun tiba-tiba ada sesuatu yang menerpa perasaan nya Gebi, ada rasa sakit yang ia rasakan namun tidak bisa ia jelaskan..
Setelah akad nikah selesai, Gebi dan Kean duduk di atas pelaminan. Hari ini keduanya menjadi ratu dan raja dalam sehari.
Banyak para tamu dan kerabat Gebi yang datang, dan ada juga tamu yang tidak ia kenal, mungkin itu keluarga dari suaminya.
Gebi menatap para tamu yang hadir, hingga tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersama Kean kemaren. Dan saat ini wanita itu sedang menatap ke arah suaminya.
Entah kenapa ada rasa sakit yang Gebi rasakan. Ia mungkin hanya menjadi istri di atas kertas, Karena ia tidak akan memiliki Kean. Diam-diam Gebi melirik suaminya, rasanya ia ingin tertawa saat sang suami juga menatap wanita itu.
Jika memang begini, harunya Kean menolak untuk menikah dengan nya, harusnya Kean berjuang untuk wanita yang ia cintai.
*******
Setelah beberapa jam pesta telah berakhir, Gebi kagum saat melihat banyaknya hadiah yang ia terima. Gebi menjadi tidak sabar untuk membuka hadiah-hadiah itu.
"Hati-hati nak !, Kunjungi kami ketika kamu ada waktu!" Ucap Mama Ambar sambil membelai rambut Gebi.
"Semoga bahagia selalu nak" sahut Papa Nolan.
"Aamiin Pa, aku akan mencoba untuk terus bahagia" jawab Gebi.
"Ayo pergi" ajak Kean sambil mengulurkan tangannya kearah Gebi.
Awalnya Gebi ragu untuk menerima uluran tangan Kean, namun karena ingin kedua orang tuanya bahagia, jadi Gebi menerima. Sejak acara pernikahan tadi keduanya belum bicara sedikitpun, dan Gebi cukup terkejut saat Kean menarik tubuh nya lalu melingkarkan tangannya ke pinggang Gebi.
"Kami pergi dulu Ma, Pa" ucap Kean dengan sopan.
Gebi tak mengatakan apapun sampai ia dan Kean masuk kedalam mobil.
"Eemmm, bisakah aku tau dimana alamat rumahmu ?" Tanya Gebi dengan suara pelan.
Kean mulai melajukan mobilnya, meninggalkan rumah tempat Gebi di besarkan.
"Pakai sabuk pengaman mu !" Pinta Kean saat melihat sang istri tak memakai sabuk pengaman.
"Rumahku ada di jalan Melati" sambung Kean lagi.
Gebi tak bicara lagi setelah itu, saat dalam perjalan, Gebi merasa sangat lelah, hingga akhirnya Gebi tertidur karena tidak bisa menahan kantuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments