Your Husband Is Here

Tidak ada hari libur pasca pernikahan, karena memang ini bukan pernikahan yang di inginkan. Tidak ada bulan madu atau hal semacamnya. Chenle sengaja tidak merencanakan itu. Tapi begitu keadaan berubah dan orang yang dia nikahi adalah Karamel, sedikit membuatnya berubah pikiran. Chenle tiba-tiba ingin pergi liburan.

"Mel.. bagaimana tentang rencana kita ke Chicago?" Chenle melirik ke meja kerja Karamel.

"Tidak sekarang tuan Zhong. Proyekmu sedang banyak. "

Chenle mengangguk-angguk, merasa itu masuk akal. Namun kemudian dia kembali membuka suara.

"Bagaimana dengan keluargamu?"

Karamel meletakkan bolpoinnya lalu menghela nafas dengan gusar.

"Entahlah, aku belum siap memberitahu mereka."

Karamel berdiri dari sofa, membawa sebuah map berwarna biru ke meja Chenle.

"Laporan penjualan bulan ini." Katanya.

Chenle menerimanya, memeriksa garis grafik naik turun disana.

Chenle adalah seorang pemilik brand mobil terkenal. King Head namanya.

Itu adalah salah satu perusahaan mobil terbesar di China.

"Nilai saham kita naik?"

"Ya, KH1000 ada di puncak penjualannya."

Karamel masih berdiri di samping Chenle dan melihat Chenle menandatangani laporannya. Gadis itu lalu melirik ke arah lain, dia memperhatikan dasi Chenle lalu berkomentar.

"Dasimu miring." Katanya.

Sebelah alis Chenle terangkat. Dia menatap Karamel.

"Benerin dong, sebagai istri yang baik." Chenle tersenyum miring melihat Karamel yang salah tingkah.

Ini baru pertama kali dia lihat. Biasanya Karamel itu sangat cuek dan ceplas-ceplos saat di depannya. Itulah kenapa saat di luar perusahaan mereka lebih terlihat seperti teman daripada atasan dan bawahan.

"Kenapa masih diam?? Ayo benerin." Chenle memutar duduknya menghadap Karamel. Dia sedikit mendongak untuk memudahkan gadis itu membenarkan dasinya."

"Merepotkan sekali." Karamel menggerutu tapi toh dia tetap menurut.

Gadis itu sedikit menunduk dan membongkar simpul dasi Chenle yang berantakan. Karamel tidak berpikir yang aneh-aneh. Dia tetap fokus pada tali dasinya. Berbeda dengan Chenle.

Ekspresi lelaki itu kini berubah saat Karamel berada sangat dekat dengannya.

"Parfummu ganti ya?" Chenle sedikit berdehem.

"Enggak, ini bau shampoo yang baru ku beli karena ada promo."

Disaat bersamaan Yangyang sepupu Chenle sekaligus direktur utama di perusahaan itu masuk. Lelaki dengan senyuman manis itu terkejut dan berkomentar.

"Astaga pengantin baru ini benar-benar ga tau tempat." Yangyang mengatakannya dengan suara lantang dan itu membuat Karamel segera menjauhkan dirinya.

"Apa? Dia cuma memasang dasiku." Sahut Chenle.

Yangyang mendesah dengan tatapan julid lalu menyerahkan sebuah map pada Chenle.

"Apa ini?"

"Proyek buka cabang di Chicago." Kata Yangyang.

Chenle meletakkannya begitu saja lalu mengacuhkan Yangyang.

"Ayo Mel lanjutkan. " Dia kembali menghadap Karamel.

"Kalian ini ya, bisa-bisanya mengacuhkanku."

"Jomblo dilarang julid." Ledek Chenle.

Yangyang mendengus dan memilih pergi meninggalkan ruangan Chenle.

"Anda mau buka cabang di Chicago?"

"Bicaranya biasa saja, toh cuma ada kita berdua disini."

"Jawab pertanyaanku. Kenapa aku ga tau kau mau buka cabang disana?"

Karamel merapikan dasi Chenle lalu berdiri tegak dan mundur satu langkah.

"Ini rencana dadakan. Baru semalam aku dan Yangyang membicarakannya lewat Chat."

"Kenapa harus Chicago?" Entah kenapa Karamel memiliki feeling yang buruk tentang itu. Dia merasa bahaya sedang mengintainya sekarang.

"Kenapa??? Apa kamu takut aku bertemu papa mertua??" Chenle menyeringai.

"Itu tau."

"Kenapa sih? Apa masalahnya? Bukannya bagus ya kalau kita ketemu?"

"Bukan begitu tuan Zhong." Karamel kembali mendesah frustasi, entah sudah keberapa kalinya hari ini.

"Jadi kenapa ?"

"Aku pamit buat bekerja di luar negri, tapi malah menikah diam-diam. Kau tau.. papaku itu galak."

Bahkan membayangkan wajah marahnya saja sudah membuat Karamel merinding.

Chenle berdiri dari kursinya. Dia berjalan mendekat ke arah Karamel dan merangkulnya.

"Jangan khawatir. Suamimu disini. "

...🌷🌷🌷...

Tidak ada yang berubah di antara Karamel dan Chenle, baik itu sebelum atau sesudah menikah mereka tetap berhubungan seperti teman baik.

Karamel pulang ke unitnya sendiri saat pulang kantor sementara Chenle juga masuk ke unit di sebelah. Namun kerewelan Yue membuat Karamel terpaksa menginap di tempat Chenle malam ini.

"Kenapa semakin hari dia semakin menempel padaku. " Keluh Karamel. Bukan dia tidak suka, Karamel hanya merasa heran.

"Mungkin itu alasannya orang tuamu memberi nama Karamel. Kau bisa membuat orang lain menempel padamu." Chenle menutup kamar Yue, bocah itu akhirnya tertidur setelah menangis selama 45 menit.

"Aku pulang ya.." kata Karamel.

"Jangan.. nanti kalau Yue mencarimu tengah malam gimana ? "

Karamel berdecak. Gadis itu duduk di sofa Chenle dan menyalakan tv.

"Mel.." Chenle ikut duduk di sebelahnya.

"Hmm??"

"Gimana kalau kita tinggal serumah? Kita bisa hancurin dinding pembatas itu dan bikin apartemen kita menyatu." Chenle terlihat menimbang-nimbang. 2 jarinya mengelus-elus dagu. Dia pikir idenya itu tidak buruk.

"Jangan lah, masa mau di bongkar. "

"Atau kita beli rumah aja ?" Usul Chenle lagi.

"Jangan buang-buang uang tuan Zhong."

"Terus maunya gimana nona Suh???" Chenle bergeser menjauh lalu merebahkan dirinya di samping Karamel dan menjadikan paha Karamel sebagai bantal.

Karamel sedikit terkejut tapi dia tidak menolak.

"Chenle... "

"Hm?"

"Mau sampai kapan?"

Chenle berkedip-kedip, menatap Karamel yang juga tengah menunduk dan menatapnya. Tangan gadis itu terulur otomatis untuk mengusap kepalanya.

"Apanya? "

"Pernikahan ini? Bukankah perjanjianmu dengan Nona Shuhua itu untuk menikah kontrak?"

"Dengan Shuhua memang iya, tapi denganmu...." Chenle menggantungkan kalimatnya. Menatap lekat-lekat wajah tanpa make up Karamel yang terlihat manis menurutnya.

"Aku ga tau." Lanjut Chenle.

"Apa maksudmu ga tau??"

Chenle meraih tangan Karamel dan mengarahkan ke pipinya. Chenle menahan tangan Karamel di pipinya.

"Apa kamu ga mikirin perasaan Yue? Hari ini kamu tinggal mandi aja dia histeris."

Karamel langsung menutup mulutnya. Gadis itu kembali mengangkat kepalanya, menatap layar televisi tanpa minat.

Chenle ada benarnya, dia melakukan pernikahan ini karena Yue. Tentu dia juga harus memikirkan perasaan Yue jika memutuskan untuk bercerai.

Karamel pun begitu, bohong jika dia tidak menyayangi Yue. Meskipun baru saling kenal selama 2 tahun tapi Karamel seperti memiliki ikatan batin dengan bocah itu.

Membayangkan Yue yang akan menangis dan paling terpukul jika dia dan Chenle bercerai nyatanya juga menyakiti hatinya.

Tapi...

Bagaimana dengan perasaannya?

Bagaimana perasaan Chenle?

Pernikahan ini bukan atas dasar rasa cinta tapi akibat dari keisengan Chenle yang memilihnya secara random. Di tambah lagi keluarga besar Chenle yang tampaknya tidak rela Karamel menggantikan Shuhua.

"Ga perlu dipikirin. Kita jalani saja dulu. Perkara gimana nanti.. biarkan waktu yang menjawab."

Karamel akhirnya mengangguk setuju. Toh pernikahan hanyalah status, dia,Chenle dan Chenyue tetap menjalani hari-hari seperti biasanya. Tidak ada yang berubah.

"Ayo tidur." Chenle bangun dari pangkuan Karamel lalu menatap Karamel untuk menunggunya berdiri.

"Aku tidur di kamar Yue saja."

"Kenapa?" Chenle menatapnya tidak terima.

"Yue membutuhkanku."

"Aku juga membutuhkanmu."

Sebelah alis Karamel terangkat.

"Aku kan mau tidur sambil di puk-puk juga kayak Yue." Chenle cemberut.

"Ga ada ya.. puk-puk aja diri sendiri."

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!