Hari penting itu akhirnya tiba. Hari dimana harusnya Karamel cuti karena CEO perusahaannya akan melangsungkan pernikahan tapi malah dia di paksa masuk dan menemani Yue di ruang ganti pengantin pria.
Ini adalah pernikahan Chenle, tapi entah kenapa Karamel yang merasa gelisah. Sementara sang pengantin pria malah asik bermain game di sofa.
"Kamu tidak gugup??" Tanya Karamel dalam bahasa semi formal yang biasa dia lontarkan ketika ada di tempat umum bersama Chenle.
"Kenapa harus?"
"Ahh iya aku lupa kau sudah berpengalaman."
Benar, ini bukan pertama kalinya Chenle menikah. Suasana ini pasti sudah sangat familiar untuknya.
"Papa..." Panggil Yue. Bocah itu sudah badmood sejak pagi.
"Kenapa papa malah menikah sama orang lain? Kenapa ga sama mama?"
Tatapan polos bocah itu membuat Karamel bingung. Gadis itu menatap Chenle berharap lelaki itu akan memberikan putranya alasan yang logis, namun Chenle hanya diam dengan tatapannya yang kosong.
"Yue.. "
"PAPA JAHAT !!!! " Teriak Yue. Bocah itu menangis memeluk leher Karamel dan menyembunyikan wajahnya disana.
Rasanya Karamel juga ingin ikut menangis.
"Yue, jangan nangis ya.."
Yue menggeleng dan tetap terisak dalam pelukan Karamel.
Saat Karamel sibuk menenangkan Yue, seorang staff wo masuk ke ruangan dengan wajah panik.
"Ada masalah apa?" Chenle bisa dengan mudah membaca kegundahan orang itu.
"Semua tamu undangan sudah datang, tamu VIP dari keluarga besar juga sudah datang, tapi....."
"Tapi apa?"
"Pengantin Wanitanya kabur."
"APA ???"
Tamatlah sudah nama baik keluarga Zhong jika pernikahan ini di batalkan. Namun sebuah pernikahan juga tidak bisa di lakukan tanpa pengantin wanita.
"Bagaimana ini? Apa kita batalkan saja pernikahannya?"
Chenle menghela nafas lalu memijit pelipisnya pelan. Gerakan mata lelaki itu tiba-tiba saja mengarah pada Karamel yang diam memangku Yue.
"Mel... kau saja yang jadi pengantinnya."
"APA???"
"Cepat ganti baju." Kata Chenle.
"Jangan gila ya anda..." Karamel menaikkan nada suaranya.
"Ga ada pilihan lain, keluargaku ga mungkin membatalkan pernikahan. Mau di taruh mana wajah keluarga Zhong kalau pernikahan ini batal.
"Gimana kalau orang-orang tau? "
"Ya biarin aja, biar mereka tau kalau Shuhua kabur dan ga bertanggung jawab. "
Chenle berjalan mendekat ke arah Karamel.
"Yue turun dulu ya, mama mau di dandanin."
"Apa papa jadi menikah sama mama??"
"Iya sayang." Chenle menarik tangan Karamel begitu Yue sudah turun dari pangkuannya. Gadis itu jadi agak linglung sekarang.
"Ayo cepat."
"Hah??? Ka-kamu serius??"
"Iya. udah cepetan."
...🌷🌷🌷...
Suasana di ruangan itu tampak sedikit mencekam. Semua tetua keluarga Zhong berwajah muram kecuali Zhong Chenle. Lelaki itu justru baik-baik saja dengan pernikahannya seolah dia memang senang tidak jadi menikah dengan Shuhua.
Kemarahan keluarga Zhong berimbas pada putusnya hubungan kerja sama antara pihak keluarga Yeh dan keluarga Zhong. 2 keluarga terpandang di China itu mungkin akan jadi musuh mulai sekarang.
Suho-papa Chenle berdehem lalu melirik Karamel yang sedang memangku Yue. Bocah itu tertidur karena terlalu banyak menangis sebelum acara pernikahan.
"Yahh... setidaknya Yue sangat meenyukai sekertaris Chenle kan. Mereka terlihat dekat." Kata Suho berusaha memaklumi.
"Yue memanggilnya mama sudah sejak lama." Sambung Chenle. Itu membuat Karamel sedikit tidak enak. Bagaimana kalau tetua keluarga Zhong salah paham padanya ?
"Jika dipikir-pikir ini juga tidak buruk kan? Bukankah keluargamu tinggal di Chicago nona Suh? " Irene tersenyum, berusaha mencairkan suasana.
"I-iya."
"Kau harus segera memberitahu keluargamu agar kita bisa saling bertemu."
Karamel mengangguk lemah. Dia hampir melupakan keluarganya. Apa yang kira-kira akan dipikirkan papa nya ketika tau anak gadisnya menikah diam-diam??
Waahh..... Chenle benar-benar telah menjerumuskannya dalam masalah besar.
Karamel menunduk semakin dalam ketika kakek,nenek dan bibi Chenle pergi satu persatu dengan wajah masam. Meskipun papa dan mama Chenle terlihat menerimanya tapi Karamel tau mereka terpaksa.
"Jangan sedih, papa dan mama menyukaimu kok." Kun- kakak tertua Chenle menyemangatinya.
Karamel tersenyum dan mengangguk. Mereka semua sudah pergi dari kamar hotel tempat harusnya Chenle menghabiskan malam pertamanya dengan Shuhua. Namun yang terjadi sekarang malah Chenle berada disana bersama Karamel.
"Maaf..." Gumam Chenle. Tapi lelaki itu tidak tampak menyesal.
Chenle mendekat untuk mengangkat tubuh Yue dan memindahkannya ke ranjang. Lalu Dia kembali dan menatap Karamel yang masih merenung.
"Ga ada gunanya menyesal." Kata Chenle.
"Iya memang, ini gara-gara kau." Karamel mendengus sementara Chenle justru terkekeh.
"Wanita lain memperebutkan posisimu sekarang loh.. kenapa kamu malah cemberut? "
Lirikan tajam Karamel seolah menggambarkan betapa kesalnya gadis itu sekarang.
"Ya kenapa ga minta cewek lain aja buat jadi pengantinnya, kenapa harus aku?"
"Mau bagaimana lagi. Chenyue menyukaimu."
Karamel mendesah frustasi, tatapan matanya mengarah kebawah. Terlalu banyak kebingungan yang melintas di kepalanya dan membuatnya sulit menerima kenyataan.
Senyuman Chenle perlahan memudar, digantikan oleh tatapan simpatinya. Chenle mendekat, duduk di samping Karamel.
"Mel.." Chenle meraih kedua tangannya.
"Kau tau aku sangat memprioritaskan Yue kan? Yue ga pernah suka aku dekat dengan wanita lain. Sebaliknya dia sangat menyukaimu. "
Karamel mengangkat kepalanya. Melirik wajah Chenle yang sendu. Menunggu-nunggu kalimat selanjutnya yang akan lelaki itu ucapkan.
"Untuk itu, tolong bantu aku menjaganya..."
"Aku sudah membantumu selama ini." Karamel memotong. Chenle kembali menyahuti.
"Sebagai ibunya, bukan sebagai sekertarisku."
Karamel diam, menatap cahaya Dimata Chenle yang melembut. Baru pertama kali Karamel melihat tatapan Chenle yang seperti itu. Apakah tatapan itu memang Chenle tunjukkan padanya?
Ataukah itu insting alamiah karena dia sedang membicarakan putranya?
Karamel menghela nafas. Tidak percaya kalau dia akhirnya mengiyakan permintaan Chenle.
"Baiklah. Tapi...."
Kedua alis Chenle bertemu.
"Bagaimana dengan pekerjaanku?"
"Yaa.. seperti biasalah." Chenle berdiri dia masih memegang tangan Karamel.
"Ayo tidur, aku lelah." Katanya.
"Hmm?? Ranjangnya cuma 1." Karamel melirik Yue yang terbaring di ranjang lalu kembali menatap Chenle.
"Kita tidur bertiga seperti kemarin."
Entah kenapa Karamel merasa cemas. Karamel menggigit bibir bawahnya dengan alis saling bertautan.
"Ada Yue disini, aku ga akan macam-macam. Atau kalau kau mau kita macam-macam juga kita bisa lakukan disini." Chenle menyeringai. Karamel langsung menarik tangannya dengan kasar.
Meski terkadang galak tapi jika di luar kantor Chenle itu sangat suka menggodanya.
"Jangan aneh-aneh ya." Karamel memperingatkannya.
Karamel mengganti pakaiannya dengan Piyama lengan panjang, lalu merebahkan dirinya di ranjang. Chenle menyusulnya kemudian dan mereka berbaring bersebelahan dengan Yue berada di tengah.
"Mel..."
"Hmm??"
"Ayo kita ke Chicago besok."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments