Calon Suami Orang

"Bagaimana dengan gedung itu ?"

"Pemiliknya menolak menjualnya. Dia minta harga tinggi."

"Harga tinggi hanya untuk gedung usang??  Ini lucu." Kata Chenle sarkastik.

Karamel menghela nafas. Selalu saja seperti ini. Chenle itu orangnya ambisius, pengatur, pemaksa, mulutnya sangat tajam dan mood nya sulit di tebak. Itulah kenapa sebelum Karamel datang, posisi sekertaris Chenle selalu berganti-ganti.

Namun berbeda dengan Karamel, meskipun kadang dia lelah dan emosi menghadapi Chenle, tapi dia memilih bertahan. Apalagi alasannya kalau bukan karena gaji disini sangat tinggi.

"Jadi bapak mau menawar lebih tinggi atau bagaimana?" 

"Ga, cari tau tentang gedung itu dan pemiliknya, kita pakai kelemahan orang itu buat membuat tawaran lagi."

Ahh... Satu lagi yang Karamel lupa jabarkan. Zhong Chenle itu sangat licik.

"Maksudnya bapak mau mengancamnya?"

"Hey, itu terdengar buruk kalau di sebut mengancam. Kita kan cuma mau negosiasi dengan sedikit memojokkannya."

"Cih.. ga ada bedanya." Karamel menggerutu.

"Oh ya... Tentang foto prewedding mu, Nona Yeh Shuhua tidak punya waktu. Dia sedang ada jadwal shooting film." Karamel membuka tablet di tangannya untuk menilik sekali lagi tentang jadwal harian Chenle.

"Gampang, di edit aja fotonya. Lagipula aku malas ketemu dia. "

Chenle bersandar pada kursinya. Menoleh ke samping ke arah jendela kantornya yang mengarah langsung ke jalan raya kota Beijing.

Yeh Shuhua sebenarnya adalah sepupu jauh Chenle.

Chenle tidak tau kenapa kakeknya sangat ingin Chenle menikahinya. Tapi yang jelas mereka sama-sama tidak saling tertarik.

Disamping itu...

Yue sangat tidak menyukai Yeh Shuhua. Gadis itu sangat arogan dan tidak peduli pada anak-anak. Itu sebuah alasan yang masuk akal untuk Chenle menolak keras tentang pernikahan ini.

Tapi yah.... Apa boleh buat.

Kakeknya lah yang paling berkuasa di keluarga Zhong. Dia tak punya pilihan selain menerimanya mentah-mentah.

🌷🌷🌷

"Mel..."

"Ssstt..." Karamel mendesis dengan sedikit emosi.

Chenyue baru saja tidur tapi Chenle sudah tidak sabar dan memanggil namanya terus menerus sejak tadi.

Gadis itu bergerak perlahan, memisahkan tubuhnya dengan tubuh mungil Yue yang baru terlelap. Berharap bocah itu tidak akan terbangun dan mencarinya nanti.

Hari ini Yue sangat rewel. Dia terus menangis dan mencari Karamel sejak pulang sekolah. Semakin hari bocah itu semakin menempel pada Karamel, mungkin orang lain yang tidak kenal mereka akan mengira kalau Yue dan Karamel adalah ibu dan anak.

"Sudah tidur kan?" Chenle berbisik-bisik. Dia terlihat lega ketika Karamel mengangguk.

"Kenapa panggil-panggil?" Karamel menutup pintu kamar Yue perlahan-lahan dan mengikuti Chenle ke dapur.

"Aku lapar."

"Ya makan lah.."

"Kan nungguin kamu."

Alis Karamel bertaut.

"Kenapa gitu?"

Chenle mengedikkan bahu dengan acuh.

"Ga ada alasan lain."

Karamel duduk di salah satu kursi dan menunggu Chenle mengambil piring. Biarlah lelaki itu yang melayaninya hari ini karena saat siang Karamel sudah cukup lelah melayani Chenle.

Lelaki itu membeli 3 porsi besar steak dengan Wagyu kualitas terbaik. Mencium baunya saja sudah membuat air liur Karamel menetes.

"Ada perayaan apa nih? Kok makan daging?"

"Memangnya makan daging nunggu perayaan dulu?" Chenle mengiris dagingnya kecil-kecil sebelum memberikannya pada Karamel.

"Ya enggak. Aku pikir kau mau ngerayain pernikahanmu besok. Kau tau.. bridal shower.." dua alis Karamel bergerak naik turun.

'cih.. bridal shower apanya.' batin Chenle.

"Aku ga mau merayakan sesuatu yang ngga membuatku senang. "

Itu sudah jelas kan. Pernikahan Chenle dan seorang aktris terkenal bernama Yeh Shuhua itu memang dari hasil perjodohan. Chenle tidak menyukai Shuhua begitu juga sebaliknya.

Sampai detik ini pun Chenle tidak pernah bertemu lagi dengan Shuhua setelah pertemuan terakhir mereka saat tunangan.

Karamel makan dalam diam, tidak ingin membahas apapun dengan Chenle. Gadis itu hanya fokus mengunyah, dengan tatapan matanya yang sesekali menatap Chenle.

"Mel.."

Karamel sedikit terkejut ketika Chenle memanggilnya dengan tiba-tiba.

"Hmm?"

"Kamu tidur disini saja ya."

Alis Karamel langsung bertemu tanda kalau dia tidak setuju.

"Ga mau."

"Kenapa?"

"Takut ada yang salah paham."

Chenle memutar bola matanya malas. Sejak kapan Karamel peduli dengan hubungannya yang rumit?

"Shuhua ga akan peduli."

"Pokoknya engga."

Karamel buru-buru memakan steak nya sampai habis agar dia bisa cepat pulang. Hampir 24/7 dia bertemu Chenle dan itu sedikit membuat perasaannya terasa aneh.

"Aku pulang. "

"Hmm..."

...🌷🌷🌷...

Rasanya baru saja Karamel memejamkan mata tapi suara tangis seseorang sudah mengusik tidurnya lagi.

Gadis itu membuka matanya yang berat dan menemukan Chenle di dalam kamarnya yang remang. Lelaki itu menurunkan Yue di atas ranjangnya.

"Yue nyariin.." gumam Chenle.

Karamel sedikit menggeser tidurnya dan memeluk Yue.

"Yue kenapa nangis??"

"Mama jahat. Kenapa ninggalin Yue sendirian??" Bocah itu terisak dalam pelukan Karamel.

"Kan sudah ada papa."

"Yue maunya sama mama."

Karamel menghela nafas. Dia mengusap punggung Yue agar bocah itu berhenti menangis.

"Yaudah, malam ini mama peluk Yue sampai pagi ya."

Bocah 4 tahunan itu mengangguk dan mulai memejamkan matanya.

Melihat kedekatan Karamel dan putranya membuat Chenle tersenyum tipis. Lelaki itu ikut merebahkan diri di samping Yue dan mendapat tatapan tajam dari Karamel.

Karamel ingin sekali protes tapi dia menahan diri karena takut Yue kembali membuka mata. Pada akhirnya dia membiarkan Chenle berbaring di ranjangnya. Mereka tidur bersebelahan dengan Yue berada di tengah.

Tidak butuh waktu lama bagi Yue dan Chenle pergi ke alam mimpi. Terlihat dari bagaimana ayah dan anak itu mendengkur halus di tengah tidurnya.

Wajah damai Chenle sungguh merenggut perhatiannya. Setiap struktur wajahnya membuat Karamel terpikat. Tatapannya begitu menjerat, terkadang terkesan dingin, terkadang juga lembut. Sejujurnya Karamel sudah  terjerat oleh pesonanya sejak awal dia masuk kerja. Namun Karamel sadar diri. Chenle tidak menyukainya.

"Oh lihatlah...  besok sudah jadi suami orang tapi hari ini malah tidur di ranjang perempuan lain." Gumaman Karamel terdengar sangat lirih.

Gadis itu mulai memejamkan mata, berharap dia segera menyusul ke alam mimpi.

Namun siapa sangka, Chenle sebenarnya belum tidur, lelaki itu hanya memejamkan matanya saja. Mendengar gumaman Karamel membuat Chenle membuka mata dan tersenyum tipis.

"Terima kasih sudah mau menampung calon suami orang." Ujar Chenle. Karamel melotot seketika.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!