"Bu, masakan ibu memang yang terbaik!"
And memuji dengan sangat bersemangat karena sudah lama tidak makan masakan ibunya yang selalu ia rindukan di kehidupan sebelumnya.
"Ya sudah, habiskan makanannya!"
Ibunya terlihat begitu senang karena And sudah mulai mau berbicara dengannya untuk saat ini, ia sudah sangat khawatir melihat keadaan And yang berubah waktu ketika kematian ayahnya.
"Kakak! Malam ini kamu bekerja tidak?."
"Kerja apa?."
And terlihat melupakan masa lalunya ketika mendengar pertanyaan Riri, ia tidak tahu berkerja apa di saat ia masih berumur 17 tahun. Ia juga mengingat bahwa tidak pernah bekerja apapun selain malas-malasan.
"Sayang, kata kamu waktu itu bekerja di sebuah pelabuhan?."
"(Hah!, sejak kapan aku kerja dipelabuhan. Oh iya, aku baru ingat, itu kan alasan aku saja untuk keluar rumah malam-malam untuk berkumpul dengan teman-teman)."
And terlihat diam dan mencoba mengingat-ingat kejadian di masa lalunya, terlihat ekspresi wajahnya langsung berubah ketika mengingat kebohongannya.
"Haha, And sudah di pecat bu."
Dengan berbohong lagi, And menyesali perbuatannya itu, ia tahu waktu itu hanya akal-akalannya saja untuk pergi bersama teman-temannya ke klub malam.
"Tidak apa-apa nanti kamu akan dapat pekerjaan yang lebih baik lagi kok."
"Iya bu!, makasih Ibu dan Riri sudah menyemangati And yang nakal ini."
"Yang kasih kamu semangat kan cuma ibu, bukan aku!"
"Bu, lihat nih Riri!."
"Dasar adik tak be.. berprikem...manusiaa."
"Hahaha gitu saja tidak bisa mengucapkannya. Caranya gini mengucapkannya, tidak Beperi...beperi..manusiaaa..an.."
Riri juga terlihat kesusahan dan menahan rasa malu karena tidak bisa memberikan contoh yang benar, ia tidak tahu mengapa mulutnya susah untuk menyebutnya.
"Hahaha kan kena karmanya sendiri, makanya jadi adik itu jangan terlalu jahat sama kakaknya sendiri!."
"Hehhh?."
Riri terlihat sudah menyelesaikan makanannya, ia langsung berdiri dan pergi meninggalkan mereka yang masih berada di meja makan.
"Cieee..Sikecil merajuk."
"Apaan sih, aku sudah kenyang. Dasar kakak jahat!."
Riri langsung membuka pintu kamarnya dan sambil meninggikan suaranya untuk memberitahukan bahwa ia sedang kesal dengan kakaknya.
"Ya...ya.. kakak adalah iblis terkuat di muka bumi ini, jangan berani bermain-main denganku."
And terlihat tidak begitu peduli dengan perasaan adiknya. Ia terlihat tetap melanjutkan makan malamnya yang masih belum habis, padahal ia hanya bercanda saja dengan adiknya.
"And, kamu tidak boleh seperti itu dengan adikmu sendiri."
"Tidak bu! And cuma suka bercanda sama Riri saja kok, nanti dia baik lagi. Oh iya, Tabungan keluarga ini masih ada kan bu?."
And mencoba bertanya kepada ibunya tentang keuangan keluarganya, ia juga tidak melupakan tujuan utamanya yaitu merubah kehidupan mereka. Ia langsung saja menanyakan tabungan keluarganya untuk memastikan sampai kapan mereka dapat bertahan.
"Masih banyak kok, tabungan ayah dan gajih pensiunnya juga masih cukup buat kamu kuliah nanti."
"Ibu! Jangan berbohong kepada And?."
Ia tahu ibunya sedang berbohong kepadanya, ia tahu betul bahwa uang yang mereka miliki saat ini sudah berkurang, ia juga ingat bahwa ibunya berhutang dengan seorang rentenir untuk membiayainya sekolah.
Ibunya terlihat diam dan tidak dapat berbicara karena sebenarnya ia juga sudah kehabisan uang, dan hanya memiliki sedikit tabungan untuk membeli keperluan dapur.
And yang sudah menyadari bahwa ibunya sudah bekerja sangat keras untuk membahagiakannya, bahkan harus bekerja dengan sangat keras hanya untuk menyekolahkannya.
"And mengapa kamu terlihat sedih?"
"Ibu! Aku akan membuat keluarga kita ini bahagia."
And langsung menangis berbicara dengan ibunya di meja makan. Ia terlihat menundukkan kepalanya karena sudah berbuat jahat dan tidak peduli dengan keluarganya sendiri.
"And mengapa kamu terlihat berbeda kali ini. Apa kamu tidak bahagia dengan sekolahmu?."
"Tidak bu! And cuma ingin berbakti kepada ibu dan jadi kakak yang baik untuk Riri nanti."
Ibunya mencoba menenangkan And yang masih menangis di sampingnya, ia terkejut melihat anaknya seperti sudah melalui banyak hal yang membuatnya sangat menyesal.
"Kamu fokus saja sekolah ya."
Sambil mengelus-elus belakang And, ia mencoba menenangkan anaknya yang begitu ia sayangi, ia tahu bahwa And masih belum bisa menerima kenyataan tentang hilangnya sosok ayah di keluarga mereka.
"Ibu! And janji akan membuat keluarga ini bahagia, And janji bu!."
"Ayahmu pasti bangga denganmu And, melihat dirimu yang sudah berubah saat ini."
Ibunya tiba-tiba memeluk And dengan sangat erat, ia juga tidak bisa menahan kesedihannya karena ia harus merawat anak-anaknya sendirian, namun ia sangat senang masih memiliki mereka di sisa hidupnya meskipun ia harus bekerja keras menjadi asisten rumah tangga (pembantu) di rumah orang lain.
--
"(Kakak, kamu sekarang sudah berubah. Riri janji tidak cengeng lagi)."
Terlihat di balik pintu kamar Riri juga mendengarkan obrolan mereka, ia sangat sedih karena saat ini kakaknya sudah kembali seperti dulu sebelum ayah mereka meninggal.
--
"Ya sudah! Besok kamu sekolah, cepat tidur sana. Nanti kamu bangunnya kesiangan."
Ibunya juga sudah terlihat baikan, ia juga mencoba untuk tetap kuat dan memberikan contoh untuk And agar tidak terlalu memikirkannya lagi.
"Iya ibu! Besok And juga akan cari kerja sampingan. And ke kamar dulu ya bu!."
"Iya, jangan larut tidurnya, tidak baik remaja seperti kamu larut tidurnya (begadang)."
"Dah ibu! Selamat malam ibu."
"Malam And."
--
"Sayang, Anak kita sudah dewasa. Sekarang dia mirip banget sama kamu. Semenjak kamu pergi, And sangat sedih. Dia bahkan tidak peduli sama keluarga ini. Bahkan dia jarang sekali pulang ke rumah. Kini aku harus berhutang pada rentenir untuk membuat anak kita senang. Sekarang dia sudah mau berbicara denganku, aku sangat senang sayang. Semoga kamu bahagia di alam sana ya."
Terlihat ibunya yang masih bersedih didalam kamarnya, ia juga memandangi foto kenangan-kenangan keluarga ketika suaminya masih hidup, ia terlihat sedang menceritakan semua keadaannya saat ini kepada suaminya agar kesedihannya itu cepat berlalu.
--
"Adakah pekerjaan malam di sekitar sini yang bisa aku kerjakan. Aku bekerja jadi polisi ketika sudah lulus kuliah. Tapi aku ingin bekerja malam disaat pulang sekolah nanti. Agar aku bisa melunasi semua hutang-hutangnya ibu secepatnya. Aku tidak boleh malas untuk membahagiakan keluargaku ini."
Ia terlihat sedang sibuk dengan komputernya untuk mencari pekerjaan yang cocok saat ia sepulang sekolah, ia ingin melunasi semua hutang-hutang ibunya agar rumahnya nanti tidak di ambil oleh rentenir.
"Mereka akan disakiti saat mereka tidak bisa membayar hutang. Mereka meninggal saat aku pergi dari rumah ini, sial durhaka banget aku waktu itu."
Ia sangat sedih memikirkan masa lalu di kehidupan sebelumnya, ia tidak tahu bahwa uang yang selalu ia terima dari ibunya adalah uang rentenir. Ia sangat menyesal karena membuat keluarganya sendiri hancur gara-gara keegoisannya.
"Apa aku bekerja di cafe saja ya!. Sekarang banyak orang-orang yang suka nongkrong disana. Coba sajalah nanti aku ngelamarnya."
Ia merasa senang bahwa banyak pekerjaan di sore hari hingga malam dapat ia kerjakan, dengan bekerja ia bisa menerima penghasilan yang lumayan yang dapat membantu keluarganya.
*****
"Tok..tok..tok.."
"Kakak, sudah pagi!."
"Iya..iya kakak bangun, Padahal ini masih terlalu pagi Riri."
And masih terlihat mengantuk, ia bahkan belum membuka lebar matanya, ia masih malas untuk bangun seperti biasanya, karena efek tubuhnya yang masih terbiasa malas.
"Pagi apanya, ini sudah jam setengah 7 loh."
"Hah! benarkah?. Wah, telat nih."
And sangat terkejut bisa-bisanya ia bermalas-malasan seperti ini, padahal ia sudah janji untuk berubah. Ia langsung saja membuka pintu kamar dengan terburu-buru.
"Mandi dulu kakak!."
"Iya..iya adikku yang imut."
And terlihat terburu-buru, ia juga terlihat memegang kepala Riri karena sudah mau membangunkannya setiap pagi jika ia sudah terlambat.
"Emmm."
Wajah Riri kini terlihat merah saat kepalanya disentuh oleh kakaknya sendiri. Ia sangat senang karena kakaknya mulai menyukainya.
--
"Bu! And berangkat dulu ya!."
Ia terlihat sangat terburu-buru karena sudah merasa terlambat pergi ke sekolah, ia bahkan tidak sempat lagi untuk sarapan pagi setelah mencium tangan ibunya untuk segera pergi ke sekolah.
"Sarapan dulu And!"
"And makan roti saja, soalnya tidak sempat lagi. And berangkat dulu bu! Riri jaga ibu ya."
Terlihat And mengambil sepotong roti di atas meja untuk mengisi sedikit perutnya, ia segera bergegas keluar rumah dengan pakaian yang masih terlihat berantakan.
"Iya! Kakak And."
*****
"Semoga tidak terlambat. Bisa-bisanya aku terlambat begini. Aku kan ingin menjadi pengusaha yang sukses."
Ia berlari sekuat tenaga untuk mencapai ke tujuannya dengan tepat waktu, ia terlihat terus berlari tanpa henti, meskipun ia sedikit merasa haus karena roti yang ia makan membuat tenggorokannya sedikit kering.
"Tiba-tiba..."
"Siapa wanita itu? Sepertinya tidak asing bagiku. Mengapa aku merasa sangat dekat dengan dirinya. Tapi siapa ya?."
Di tengah perjalanan Ia melihat seorang gadis muda sedang duduk di bangku taman seorang diri, ia sedikit merasa seperti mengenalinya, namun ia tidak begitu ingat. gadis itu juga melihat And yang sedang berlari menggunakan seragam sekolah.
And melihatnya tampak sedikit terpesona dengan kecantikan gadis itu, ia segera memalingkan pandangannya dan ia melanjutkan lagi larinya karena teringat bahwa jam pelajaran akan segera dimulai.
*****
"Tunggu pak satpam! Izinkan aku masuk dulu pak!.
And terlihat sudah terengah-engah, ia bahkan nampak sangat kehausan, membuat pak satpam itu tidak tega melihat dengannya.
"Cepat waktunya sudah hampir habis. Lain kali kalau tidak enak badan jangan pergi ke sekolah dan istirahat saja."
"Eh pak satpam perhatian banget, jadi sayang deh!."
And segera berlari masuk ke sekolahnya, ia langsung menuju kelas karena jam pelajaran sudah hampir dimulai.
"Jaman sekarang anak-anak tidak tahu caranya menghormati orang yang lebih tua, Eh!! Aku jadi merinding ketika mengingat wajah bocah itu."
Pak satpam itu dengan gemetar terlihat menutup pagar sekolah, ia sedikit merasa tidak enak mengingat perkataan And yang menyayanginya. Ia terlihat takut membayangkan wajah And yang penuh dengan love-love yang berterbangan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments