"Nak, mengapa kamu terlihat kebingungan?."
Ibunya mulai bertanya kepada And yang belum juga memakan makanannya di atas meja, ia sedikit khawatir dengan keadaan anaknya yang terlihat tidak begitu baik.
"Iya, kakak terlihat berbeda hari ini?."
Sang adik perempuannya juga merasa bahwa kakaknya sedikit berubah, tidak biasanya ia berprilaku seperti itu ketika ingin pergi sekolah.
"Bu! aku hanya bermimpi buruk tadi malam."
Air mata And sedikit menetes, ia tidak dapat menahannya karena ia sadar bahwa telah benar-benar kembali ke masa lalu yang selama ini ia sesali.
"Sudah! Bukankah itu hanya mimpi buruk."
Ibunya juga merasa tidak enak melihat And yang biasanya kasar kini menjadi lembut kepadanya. Bahkan air mata yang sudah lama tidak ia lihat semenjak ayah And pergi, kini telah kembali.
"Ibu maafkan kesalahan And saat ini.."
Ia benar-benar menangis di meja makan, air matanya menetes ke atas meja. Ia tidak bisa menahan kesedihannya yang sudah ia tahan sendirian, sambil menundukkan wajahnya dengan rasa penyesalannya.
"Saat ayah tidak ada, aku selalu tidak peduli dengan kalian."
Ia mengusap air matanya dengan pergelangan tangannya. ia berjanji akan merubah sifat buruk dimasa lalu sebelumnya. menggenggam kedua tangannya di atas meja dan bertekad untuk merubah segalanya yang pernah ia lakukan kepada keluarganya.
"Kakak, aku tahu berat rasanya ketika kamu harus bekerja dan sekolah. Tapi kita masih ada tabungan pensiunan ayah, jadi kamu jangan khawatir ya."
"Makasih Riri. Tapi aku tetap akan bahagiakan kalian. Meski ayah sudah meninggal, aku akan menggantikan posisi ayah di keluarga saat ini."
Ia tersenyum kepada mereka yang kini hanya ada ibu dan adik perempuannya, ia berjanji tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu sebelumnya.
"Nak, kamu harus fokus sekolah, masalah uang nanti kita cari sama-sama ya."
Ibunya And terlihat membujuknya agar lebih mengutamakan pendidikannya daripada harus bekerja di usia muda, ia tahu And sekarang sudah terlihat berubah namun ia juga sangat menyayangi kedua anaknya itu, ia ingin anak-anaknya bisa menikmati masa mudanya.
"Sudah kak! Cepat habiskan makananmu."
Riri mencoba mengalihkan pembicaraan, agar kakaknya tidak lagi memikirkan hal yang membuatnya khawatir, ia tidak mau melihat kakak kesayangannya sedih terus menerus.
"Iya, Riri bawel!."
"Awas kau ya!."
"Dadah..Adikku dan ibuku tercinta."
And bergegas pergi ke sekolah untuk pertama kalinya lagi, ia bahkan sudah sedikit melupakannya bagaimana kehidupan sekolah yang sudah lama ia tidak rasakan.
"Hati-hati dijalan ya nak?."
"Jangan nongkrong terus, fokus belajar saja!"
Terdengar suara Riri dengan nada tinggi melihat And yang sudah jauh darinya. Ia tidak mau kakaknya itu berteman dengan teman-teman yang tidak jelas.
"Ya.. ya.. ya, dasar bawel!."
"Dasar kakak nakal!."
"Sudah!, kakakmu kan masih muda, wajar saja dia ingin menikmati masa mudanya terlebih dulu."
Ibunya tersenyum melihat kedua anaknya kini kembali akrab seperti dulu, meskipun masih bertengkar dan saling mengejek satu sama lainnya.
*****
"Wah berapa lama aku sudah tidak ke sekolah ini."
And sudah berada di depan pintu gerbang sekolahnya, ia bahkan melupakan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, ia dulu sangat malas ke sekolah dan hanya memikirkan untuk selalu bersenang-senang.
"Hai bro, ngapain bingung sendiri di depan sini?."
Terlihat salah satu teman And juga baru datang, ia menepuk pundaknya dengan sangat keras, untuk menyapanya. Ia tersenyum karena And datang lebih dulu darinya.
"Hah! Sialan kau bikin kaget aku saja!"
"Kita ke kantin yuk!"
"Hari ini tidak dulu, aku kangen kelasku."
"Hahaha, apa kepalanya terbentur hari ini?."
Teman yang lainnya terlihat sedang menyentuh dahi And yang mungkin sedang demam tinggi. Mereka kaget setelah mendengar ucapannya itu keluar secara tiba-tiba dari mulut murid yang nakal bahkan tidak suka belajar sedikitpun.
"Wah badannya panas nih?"
"Sialan kau Rangga, mau aku hajar ya!"
"Becanda bro!. gitu saja marah."
"Ayu kita ke kelas saja, ngapain berdiri disini, patah kakiku nanti kalau lama-lama disini."
Salah satu temannya sudah malas berdiri di depan pagar sekolah, ia hanya ingin segera bersantai di dalam kelas dan duduk manis bermalas-malasan. Terlihat lima orang temannya And yang selalu akrab dengannya, sekarang bersama-sama berjalan menuju kelas mereka.
*****
"Bro, pulang sekolah, kita mampir kemana?."
Di saat masih jam pelajaran berlangsung ketika guru mereka sedang menjelaskan. Rangga mengajaknya And berbicara saat pelajaran masih berlangsung.
"Diam!, fokus perhatian guru didepan, jangan ganggu aku."
And terlihat begitu fokus memperhatikan penjelasan guru di depannya. Ia bahkan tidak memperdulikan teman-temannya yang ingin mengajaknya jalan-jalan.
"[Hah??]."
"Hei..hei lihat preman kita sudah rajin belajar nih!"
Ketika mereka berbicara di kursi belakang, guru didepan sudah terlihat mulai marah, karena ia sudah terbiasa mendengar And dan teman-temannya yang selalu tidak pernah memperhatikan pelajaran darinya.
"And jawab pertanyaan didepan ini sekarang!"
"Hahaha And tertangkap lagi."
Terlihat teman-temannya tersenyum karena And kembali di panggil kedepan, mereka memastikan bahwa And akan berdiri sampai akhir jam pelajarannya.
"Baik pak!."
Dengan santainya And maju ke depan papan tulis, ia juga terlihat tidak begitu peduli dengan teman-temannya yang sudah berusaha mengejeknya.
--
"Sudah pak!. Saya boleh duduk pak?."
And terlihat yakin dengan jawabannya, ia bahkan meminta izin untuk kembali ke kursinya, karena jawaban itu tidak begitu sulit baginya. Karena pelajaran itu sudah ia ingat di kehidupan sebelumnya.
"Baiklah, kamu boleh duduk."
Gurunya masih sedikit tidak percaya dengan jawaban And, ia bahkan kaget setelah melihat jawab yang begitu sempurna tanpa ada masalah.
"Semua jawabannya benar, bahkan kerjanya sangat detail. berikan tepuk tangan untuk And."
"Hei..hei sejak kapan kamu pintar And?."
Salah seorang temannya di meja lain. Menanyakan bagaimana And bisa sepintar itu, padahal mereka tahu bahwa And biasanya berada di rangking terakhir di dalam kelas.
"Wah..Teman kita sudah pintar, mungkin tadi pagi kepalanya terbentur sedikit saat pergi ke sekolah."
Terlihat teman-temannya sedang membicarakan tentang And yang tiba-tiba berubah menjadi pintar, namun sebagian hanya beranggapan bahwa itu hanya kebetulan dan keberuntungannya.
"Sialan kalian ini, terus saja ejek aku."
And merasa marah memikirkan teman-temannya yang dari dulu sudah bersifat seperti itu, namun ia juga tahu sebenarnya teman-temannya begitu baik kepadanya bahkan mereka adalah temannya yang tidak pernah meninggalkannya apapun yang terjadi. Tapi ia yang begitu jahat kepada mereka karena di kehidupannya sebelumnya ia tidak begitu peduli lagi dengan teman-temannya ketika ia sukses.
--
Jam istirahat.
"Pelajaran kali ini sudah selesai, sampai disini dulu."
Terlihat pak guru saat pelajarannya berakhir. Ia segera meninggal kelas, karena waktu mengajarnya sudah selesai dan karena jam istirahat sudah berbunyi.
"Ah.. Pelajarannya susah di pahami!."
"Semua penjelasannya tadi sangat mudah, kalian saja yang terlalu berlebihan."
"Waduh, teman kita sudah kesurupan nih."
"Iya, And mungkin demam hari ini."
"Hah! kalian yang kesurupan."
"Hahaha bercanda And."
Teman-temannya tertawa melihat And yang terus marah dan kesal dengan ejekan mereka, mereka juga terlihat bingung biasanya And memilih tidur dari pada memperhatikan pelajaran.
*****
Jam pulang.
"And sampai jumpa besok pagi lagi."
"Iya jangan kangen sama aku ya?."
Terlihat teman-temannya yang berbeda arah untuk segera berpisah, mereka tidak lupa untuk bertegur sapa sebelum mereka pergi, sambil bercanda satu sama lain.
"Aku masih normal woi. (Bisa-bisanya aku punya teman seperti ini)."
Ia terlihat jijik melihat kelakuan teman-temannya, karena pikiran And yang sudah tua membuat ia tidak merasa nyaman, namun ia juga sangat rindu dengan masa-masa seperti ini bersama teman-temannya.
"Pulang sekolah aku biasa ngapain ya? Aku jalan-jalan dulu ah."
"Emmm anu..."
Terlihat seorang gadis muda yang juga satu sekolah dengannya mencoba menyapa And yang sudah ingin keluar gerbang, ia bahkan terlihat malu ketika berbicara.
"Hah! Sofia."
Dengan spontan And memegang tangannya begitu erat, ia tidak menyangka teman baik perempuannya kini masih sehat dan baik-baik saja.
"Ehhhh?."
"Maaf-maaf aku tidak sengaja!."
"Iya, tidak apa-apa kok."
Wajah Sofia terlihat merah, karena baru pertama kalinya And memegang tangannya begitu erat, ia tidak tahu mengapa And seperti itu ketika bertemu dengannya.
"Maaf Sofia aku tidak sengaja melakukannya."
"Iya tidak apa-apa kok, aku mau bertanya?. Setelah ujian nanti apa kamu punya waktu luang?."
Sofia yang terlihat malu-malu bertanya dengan suaranya yang terdengar gagap. And yang mendengarnya sedikit termenung melihat Sofia yang begitu malu dengannya, namun seiring bertambahnya usia sampai mereka sudah SMA. Sofia sudah mulai berubah.
"Apa kamu mau menemani aku kesuatu tempat setelah ujian nanti?."
"Hah! kapan kita ujian?."
And masih lupa bahwa dirinya kini masih seorang murid SMA. Ia tidak sadar bahwa anak sekolahan harus melakukan ujian ketika ingin kenaikan kelas.
"Tiga hari lagi kita akan ujian."
"Apa! kenapa cepat banget!."
And masih saja ketakutan dengan ujiannya. Ia bahkan tidak menyangka harus menghadapi musuhnya lagi setelah lama tidak bersekolah.
"Hah! beritanya ini sudah 3 bulan yang lalu. Biasanya kamu tidak memikirkannya?. Mengapa kamu sekarang terlihat begitu panik?."
Sofia sedikit kebingungan melihat tingkah laku And yang mulai berubah terhadapnya, ia bahkan tidak tahu bahwa And mulai peduli dengan ujiannya dan terlihat begitu dewasa dimatanya.
"Ah itu dulu, sekarang aku ingin belajar dengan serius kali ini."
And terlihat mulai menyombongkan dirinya sambil mengangkat kedua tangan dan membusungkan dada agar terlihat gagah di mata Sofia.
"Bagus deh, nanti kita bisa kuliah sama-sama."
Sofia terlihat senang melihat semangat And untuk belajar, biasanya ia sangat khawatir dengan keadaan And karena tidak belajar dengan benar. padahal ia tahu cita-cita And ingin menjadi seorang polisi.
*****
"Sampai jumpa besok lagi And."
Terlihat senyum manis Sofia yang sudah ingin membuka pagar rumahnya. And juga kaget karena baru kali ini ia secara tidak sadar mengantarkan Sofia sampai kedepan rumahnya.
"Sama-sama. Hah! mengapa aku kesini. Padahal rumah kami berlawanan arah, sial malah ikut kesini aku?. Pantas saja Sofia dari tadi menahan tawanya saat kita terus berjalan di sepanjang jalan rumahnya."
And yang terlihat bodoh. kini menyadari bahwa dirinya sudah terhipnotis oleh Sofia dan berakhir mengikuti Sofia pulang kerumahnya. Dengan rasa kesal ia berbalik arah lagi untuk pulang rumahnya sendiri.
--
"Hai anak muda, apa kamu tau rumah polisi ini?."
Terlihat seseorang sedang memanggil And yang berjalan dipinggir jalan, ia menghampiri And untuk menanyakan sesuatu sambil memperlihatkan sebuah foto di tangannya.
"(Hah, ini kan wajah bos ku waktu ia masih muda)."
And terlihat diam setelah melihat foto itu, ia tidak tahu mengapa, ia sedikit merasa curiga dengan foto mereka.
"Kalau boleh tau anda siapa ya?."
"Saya asisten beliau dari Jepang."
"Coba aku lihat lagi fotonya?. (Hah!, dibelakang ini kan gudang itu. Mengapa mereka berfoto di sana)."
"Ada apa? Apa kamu tahu rumah beliau saat ini?."
"Iya..Iya tau pak! (Iya aku baru ingat, suara asisten ini sangat mirip dengan seseorang di kegelapan waktu itu)."
And terlihat kaget memikirkan tempat mereka berfoto dan juga merasa curiga dengan pria disampingnya yang memiliki suara mirip dengan seseorang yang sudah menyiksanya.
"Makasih anak muda, cepat pulang ya jangan keluyuran dijalan seperti ini."
Pria itu langsung pergi setelah And memberikan alamat rumah bosnya. And juga kaget karena suara asisten itu sangat mirip dengan suara yang waktu itu sedang mengancamnya. Bahkan ia juga baru tahu bahwa bosnya memiliki hubungan dengan orang Jepang, dan ia juga baru ingat tentang hanya bosnya saja yang mengetahui bahwa ia memiliki jam ajaib, ia merasa kematiannya itu sepertinya sudah direncanakan oleh seseorang.
"Mengapa aku begitu cepat ketemu dengan dia. Apa gara-gara aku berjalan kesini. Dulu aku tidak pernah sama sekali mengantarkan Sofia pulang ke rumahnya. Sudahlah pusing kepalaku jadinya."
And terlihat menyentuh kepalanya dengan kedua tangannya dan juga merasa stress karena sudah ketemu dengan seseorang yang mungkin ada kaitannya dengan kematiannya.
*****
"Aku pulang."
And terlihat lemas sedang membuka pintu rumahnya. Ia masih tidak bisa melupakan di mana ia tersiksa dengan begitu kejam bersama keluarganya.
"Kakak mana coklat ku?."
"Hah! coklat?."
"Apa kakak melupakannya, katanya setelah pulang sekolah kamu membelikanku coklat?."
And terlihat terkejut karena ia melupakan janjinya waktu itu, ia bahkan baru ingat karena pernah berjanji untuk membelikan adiknya coklat sepulang sekolahnya.
"Maafkan kakak ya, nanti besok kakak belikan yang banyak oke."
Dengan mengusap kepalanya Riri yang masih berusia 6 tahun, ia meminta maaf dengan adiknya, ia juga masih sedikit pusing karena memikirkan seseorang yang telah membunuhnya di kehidupan sebelumnya.
"Janji ya kak!."
"Iya, kakak janji."
And terlihat tersenyum sambil mengelus-elus kepala adiknya. Agar Riri percaya dan tidak mengganggunya terlebih dulu, ia tidak mau amarahnya ini menjadi tidak terkontrol lagi.
"And cepat mandi, dan sarapan nanti."
Terdengar suara ibunya yang sudah berada di dapur sedang menunggu kedatangannya, ia sudah menyiapkan beberapa makanan kesukaannya.
"Ya bu."
Ia bergegas masuk kedalam rumah bersama adiknya, ia mencoba memikirkan bahwa ia harus lebih tenang dan tidak boleh terpancing emosi lagi karena masa lalunya. Ia harus fokus terlebih dulu merubah nasib keluarganya dan baru akan melakukan balas dendam untuk kematiannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Alarice Erica🎸
sarapan lagi? bukannya baru pulang sekull ya?😔
2023-05-08
1
Alarice Erica🎸
ayo balas dendam😎
2023-05-08
0