"Assalamualaikum ibu, ayah," ucap kedua bocah yang baru saja memasuki rumah setelah pulang dari tempat mengajinya.
Siapa lagi kalau bukan Rafa dan juga Rafi, kedua bocah itu baru saja selesai mengaji, mereka berdua berjalan beriringan memasuki rumah dengan Rafa yang menggunakan tongkat yang membantu Rafa dalam menunjukkan arah jalan.
"Waalaikum salam, anak anak ibu sudah selesai mengajinya," balas Luna.
"Sudah Bu, dan ibu tahu gak kalau Rafa akan mengikuti acara lomba menghafal di kecamatan." Rafi memberitahukan kehebatan kakak kembarannya.
"Alhamdulillah, selamat sayang ibu bangga sama kalian berdua," balas Luna sambil memberikan pelukan kepada kedua anaknya.
"Ayah mana Bu, Rafi mau kasih tahu ayah pasti nanti ayah akan bangga sama Rafa dan tidak benci Rafa lagi." Rafi mencari keberadaan Ruli.
"Ayah sedang berada di ruang kerja, kata tadi ada beberapa berkas yang dia bawa pulang dari kantor karena waktunya tadi sudah mepet," jawab Luna memberitahukan keberadaan suaminya.
"Yuk Fa kita temuin ayah, pasti nanti ayah akan bangga sama kamu," ajak Rafi dan di angguki Rafa.
"Kita temui ayah dulu ya Bu," pamit Rafa.
"Iya sayang, hati hati ya jalannya," balas Luna.
Kedua bocah itupun pergi menuju kamar mereka terlebih dahulu untuk mengganti pakaian mereka terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menemui ayah mereka.
"Fa gimana kalau kita sekalian bawa minum buat ayah, aku yakin pasti sekarang ayah lagi haus," usul Rafi saat mereka baru keluar dari kamar mereka.
"Iya kamu benar Fi, ya sudah aku aja yang ambil air minum buat ayah kamu duluan saja menemui ayah nanti aku menyusul,"
"Aku aja yang ambil minum, kamu yang temuin ayah duluan," tolak Rafi, dia tidak mungkin membiarkan Rafa mengambil air minum di tengah keterbatasannya.
"Aku takut kalau ketemu ayah duluan, jadi kamu aja yang duluan biar aku yang ambil air minum," balas Rafa.
"Ya sudah kalau begitu, nanti kamu hati hati ya, kalau kesusahan minta bantuan ibu aja nanti kalau sudah di depan pintu ruang kerja ayah kamu bawa masuk sendiri ke dalam ruang kerja ayah," saran Rafi.
"Iya beres kamu tenang aja," balas Rafa.
Akhirnya mereka berdua pun berpisah, Rafa yang pergi ke dapur mengambil air minum untuk Ruli, sedangkan Rafi yang pergi menemui Ruli terlebih dahulu.
Tok tok tok.
"Ayah, apakah Rafi boleh masuk ke dalam?" ucap Rafi setelah mengetuk pintu ruangan Ruli.
"Iya nak masuk saja," balas Ruli dari dalam.
Rafi pun masuk setelah mendapatkan persetujuan dari ayahnya, dia langsung berjalan menghampiri ayahnya.
"Ada apa hmm, tumben cari cari ayah?" tanya Ruli dengan lembut, berbeda seperti di saat dia tengah bersama Rafa.
Ruli mengangkat Rafi sehingga sekarang Rafi tengah berada di pangkuan Ruli.
"Rafi mau kasih tahu ayah sesuatu, pasti nanti ayah akan senang mendengarnya," ucap Rafi membuat dahi Ruli berkerut seolah bertanya apa yang akan Rafi beritahukan kepadanya.
"Ayah tahu gak, Rafa itu anak yang hebat lho, dia di suruh mengikuti acara lomba menghafal Al Qur'an oleh guru mengaji," jelas Rafi antusias.
Seketika wajah Ruli yang tadinya sangat menantikan apa yang akan anak kesayangannya itu katakan seketika berubah menjadi datar.
"Rafa hebat ya yah, aku bangga deh punya saudara yang pintar seperti Rafa," lanjut Rafi yang terus terusan memuji Rafa.
"Rafi kenapa berbicara seperti itu, Rafi juga hebat kok, kan Rafi pandai melukis," balas Ruli memuji Rafi.
"Iiih masih lebih hebat Rafa tau yah, dia itu pintar banget tahu...." balas Rafi yang kekeuh memuji Rafa.
"Ka...."
Tok tok tok.
Seketika ucapan Ruli terhenti, dia langsung menatap ke arah pintu ruangan yang di ketuk oleh seseorang entah siapa itu.
"Assalamualaikum ayah, apakah Rafa boleh masuk juga?" tanya Rafa.
"Waalaikum salam, ayo Rafa sini masuk aja aku ada di dalam bersama ayah," bukan Ruli yang menjawab, melainkan Rafi yang berada di pangkuan Ruli.
Ceklek.
Pintu ruangan Ruli pun terbuka dan menampilkan sesosok Rafa yang tengah berjalan dengan kesusahan karena satu tangannya membawa cangkir, sedangkan yang satunya lagi memegang tongkat yang membantu dirinya berjalan.
Ruli menatap Rafa tanpa ekspresi, entah apa yang ada di benak Ruli sampai sampai dia enggan membantu anaknya yang kesulitan itu.
"Ayah, ini Rafa bawakan ayah air minum," ucap Rafa yang hendak mencari letak meja kerja Ruli.
Rafa menggunakan tongkatnya untuk mencari keberadaan meja Ruli, beruntungnya di sana ada Rafi yang membantu dirinya menemukan lokasi meja itu.
"Ayo sedikit lagi Rafa, nah iya itu meja nya kamu letakkan di sana saja," ucap Rafi memberitahukan letak di mana Rafa harus meletakkan air minum itu.
"Di sini ya?" tanya Rafa memastikan karena takut salah.
"Iya di situ," balas Rafi.
Rafa pun mulai meletakkan air minum itu dengan hati hati, entah ada apa dengan dirinya tiba tiba tangannya oleng dan menyebabkan air minum itu tumpah di atas meja dan berhasil mengenai beberapa lembar kertas yang ada di atas meja Ruli.
"KAMU." marah Ruli menatap Rafa tajam.
"Ruli menurunkan Rafi dari pangkuannya, dia dia langsung menghampiri Rafa.
"Lihat apa ya udah kamu lakukan, HAH." Ruli menarik rambut Rafa.
"Ayah sakit, lepaskan rambut Rafa ayah, Rafa minta maaf Rafa gak sengaja, hiks hiks," Rafa yang tidak pernah memperlihatkan air matanya di depan Ruli pun kali ini lemah.
Biasanya dia hanya mendengarkan kata kata yang menyakitkan hatinya saja, tapi kali ini bukan hanya hatinya yang sakit, tapi juga fisiknya yang Ruli sakiti.
"Kamu itu emang anak cacat yang selalu merepotkan, selain gak berguna kamu juga pembawa sial, lihat apa yang sudah kamu lakukan ini HAH, berkas yang sudah dengan susah payah aku kerjakan hancur hanya gara gara kecerobohan kamu," marah Ruli terus menarik rambut Rafa dengan satu tangannya.
Tak puas dengan itu, dia juga menarik telinga Rafa dengan tangan satunya dengan keras hingga membuat telinga itu memerah.
"Ayah lepaskan Rafa ayah, ini bukan salah Rafa ini salah Rafi, tolong lepaskan Rafa ayah," memohon Rafi agar Ruli melepaskan tangannya dari rambut Rafa dan juga telinga Rafa.
"Diam kamu, anak seperti ini memang harus di kasih pelajaran biar tidak semena mena di rumah ini," ucap Ruli menyuruh Rafi diam dan dia menyeret Rafa menjauh dari meja kerjanya menuju pintu keluar.
"Ayah Rafa mohon maafkan Rafa, lepaskan Rafa ayah ini sakit hiks hiks," Rafa terus memohon dan tangannya juga berusaha melepaskan kedua tangan ayahnya dari bagian tubuhnya, tapi usaha Rafa sia sia, tenaganya kalah jauh dengan tenaga ayahnya.
Ruli menyeret Rafa keluar dari ruangannya, sedangkan Rafi yang tidak tega melihat saudaranya di siksa pun memeluk kaki ayahnya dan terus memohon sambil menangis agar Ruli melepaskan Rafa.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
bunda s'as
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-03-20
0
bunda s'as
tabur bawang terus
2023-03-20
0
abdan syakura
Rafaaa...
So sad....😞😭😭
2023-03-20
0