Eps. 04

Mereka semua sudah pulang ke rumah, saat ini si kembar tengah belajar di dalam kamar mereka di temani Luna yang dengan telaten menjawab pertanyaan anak anaknya di saat mereka tidak mengerti.

"Ibu ini gimana cat warna ungunya tidak ada, sedangkan ini ini harus di kasih warna ungu?" tanya Rafi yang tengah melukis susunan buah buahan.

"Nah ini nanti berarti Rafi harus mencampurkan dua buah cat dengan warna yang berbeda tapi nanti menjadi warna ungu." jelas Luna.

"Caranya gimana Bu?" tanya Rafi.

"Gini ibu kasih tahu." Luna mulai mengambil cat warna merah dan juga biru.

"Warna ungu itu perpaduan dari warna merah dan juga biru, ayo coba Rafi campurkan kedua cat ini, tapi jangan banyak banyak ya," suruh Luna dan langsung di laksanakan oleh Rafi.

Rafi mulai mencampurkan kedua warna yang ibunya bilang tadi, dan benar saja di saat kedua warna itu sudah tercampur merata ternyata cat itu mengahasilkan warna ungu sesuai dengan keinginan Rafi.

"Wah iya Bu catnya jadi warna ungu," takjub Rafi.

"Kalau ini kan warna ungu, seandainya nanti rafi di suruh buat warna oranye gimana, kira kira nanti Rafi akan mencampurkan warna apa?" Luna mulai memberikan pertanyaan kepada Rafi.

"Emm...." Rafi mulai berfikir.

"Warna kuning?" Rafi menatap Luna.

"Iya benar, salah satunya warna kuning, tapi yang satunya lagi warna apa?" tanya Luna.

"Emm... coklat ya Bu?" tebak Rafi.

"Salah sayang, bukan warna coklat tapi warna merah, ayo coba kamu buktikan dulu." Luna menyuruh Rafi untuk mencampurkan cat warna kuning dan juga merah agar menghasilkan warna oranye.

"Wah iya ibu hebat deh," puji Rafi dengan kehebatan ibunya.

"Sekarang Rafi sudah tahu kan, jadi Rafi harus mengingatnya ya jadi nanti kalau kepepet Rafi bisa menggunakan warna campuran ini,"

"Iya bu Rafi akan mengingatnya, tapi kalau warna yang lainnya lagi gimana Bu, apakah cuma dua warna itu saja?" tanya Rafi yang ingin mendapatkan banyak ilmu.

"Ada banyak dong, nanti ibu akan menuliskan semuanya buat Rafi dan nanti Rafi tinggal mempelajarinya saja,"

"Terimakasih ibu, Rafi janji akan terus belajar melukis dengan baik agar nanti bisa mengikuti lomba-lomba dan memenangkannya buat ibu,"

"Iya sayang, ibu percaya kalau anak anak ibu pasti akan memberikan yang terbaik buat ibu," balas Luna sambil mengelus kedua kepala anaknya.

Di saat Rafi yang tengah sibuk belajar melukis, maka lain halnya dengan Rafa yang tengah mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur'an.

Rafa sudah mulai menghafal beberapa surat surat pendek yang ada dalam kitab suci Al Qur'an, Rafa mempelajarinya dengan cara mengaji, tapi untuk kali ini Rafa mendengarkannya di sebuah video yang di putarkan oleh Luna dan memakaikan handset ke telinga Rafa agar Rafa bisa mendengarkannya dengan jelas.

"Bu," pangil Rafa melepaskan handset yang ada di telinganya.

"Iya sayang kenapa?" tanya Luna mendekat pada Rafa.

"Rafa mau hafalan bu nanti waktu mengaji, jadi sekarang Rafa boleh minta ibu untuk di semak kan?" pinta Rafa.

"Iya sayang boleh, ayo Rafa mau hafalan surat apa hari ini?" balas Luna.

"Rafa hari ini mau hafalan surat Al insyiqaq Bu," jawab Rafa.

"Wah anak ibu hebat, ternyata sudah hampir selesai juz 30nya," kagum Luna karena di tengah keterbatasan Rafa, tapi dia bisa menghafalkan surat surat pendek yang ada di dalam Al Qur'an.

"Ya sudah ayo kita mulai hafalannya sayang biar ibu yang menyemak," lanjut Luna menyuruh agar anaknya segera membaca surat Al insyiqaq untuk hafalan Rafa nanti di tempat mengajinya.

"Bismillah...." Rafa pun mulai melantunkan hafalannya.

Luna menyemak dengan sangat teliti, meskipun dia juga tidak hafal surat itu tapi dia bisa membenarkan tajwid bacaan Rafa saat ada yang salah.

Rafi yang mendengarkan bacaan surat kakaknya pun merasa bangga kepada Rafa, Rafi berjanji akan terus menjaga Rafa meskipun ayahnya sangat membenci Rafa.

"Aku yakin pasti nanti ayah akan bangga sama kamu kalau kamu berhasil menghafalkan surat surat dengan baik Fa," batin Rafi menatap Rafa.

Rafi pun mulai melanjutkan kegiatan belajar melukis agar nanti dia bisa mengikuti acara lomba melukis dan kalau bisa dia bisa memenangkan lomba itu.

Kedua anak Luna memang memiliki kemampuannya sendiri sendiri, di saat Rafi yang jago melukis, maka ada Rafa yang bisa menghafalkan surat surat yang ada di dalam kitab suci Al Qur'an.

Sebagai ibu Luna merasa sangat bangga kepada kedua anak anaknya, dia juga tidak pernah memaksakan kepada anaknya harus ini, harus itu atau apapun itu.

Luna membiarkannya saja, Luna percaya kalau anak anaknya adalah anak anak yang hebat dan penuh dengan kejutan.

...**...

Ruli pulang ke rumah setelah selesai bekerja, seperti biasa Luna akan menyambut kedatangan suaminya. Meskipun tadi pagi mereka berdua terlibat cekcok, tapi sekarang mereka terlihat biasa biasa saja seperti tidak terjadi apapun tadi pagi di antara mereka berdua.

"Rafi kemana Bu?" tanya Ruli kepada Luna yang tengah menyiapkan baju ganti untuk Ruli.

"Lagi ngaji sama Rafa," jawab Luna.

"Cih, anak buta itu bisa apa emang waktu ngaji, habis habisin duit aja buat biaya," decih Ruli meremehkan anaknya.

Pergerakan tangan Luna yang tadinya hendak mengambil kaos terhenti, Luna berbalik menatap suaminya.

"Bisa gak mas kamu sekali saja tidak terus terusan menghina Rafa, Rafa itu anak yang hebat, di saat usianya yang masih kecil dia sudah pandai menghafal beberapa surat surat pendek," ucap Luna menceritakan kehebatan Rafa.

Luna berharap dengan suaminya tahu kehebatan Rafa, Ruli bisa sedikit demi sedikit menerima Rafa sebagai anak mereka.

"Cih hanya itu saja, lihat si Rafi, dia sangat pandai melukis, bahkan sebentar lagi dia akan mengikuti acara lomba, dan aku yakin pasti nanti Rafi akan menang," balas Ruli yang membandingkan Rafa dengan Rafi.

"Stop mas, mereka berdua itu sama sama punya kelebihan sendiri sendiri, Rafi pintar melukis tapi dia sedikit kurang tentang ilmu hafalannya, sedangkan Rafa dia memang tidak bisa melukis sama seperti Rafi, tapi Rafa sangat pandai dalam hafalan, jadi kamu stop membanding bandingkan keduanya, mereka sama sama hebat di mataku," ucap Luna yang mulai tersulut emosi lagi.

Luna pun segera kembali mengambilkan pakaian ganti untuk Ruli dan langsung menyerahnya, dan setelah itu dia langsung keluar dari kamar karena malas kalau harus bertengkar dengan suaminya yang selalu saja menghina Rafa.

"Ini semua gara gara anak cacat itu Luna jadi sering berani melawan aku, dasar anak cacat yang menyusahkan," gumam Ruli yang merasa semakin membenci Rafa.

Ruli pun segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan setelah itu dia langsung memakai pakaian yang sudah Luna siapkan untuk dirinya.

...*** ...

Terpopuler

Comments

bunda s'as

bunda s'as

hina terus jelekan terus suatu saat nanti kamu bakal nyesel

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!