Eps. 03

Tadi sebelum berangkat ke sekolah, Luna mengajak anaknya untuk mencari makan buat mereka bertiga sarapan, dan setelah itu dia langsung melajukan mobilnya menuju sekolah kedua anaknya.

"Anak anak ibu yang pintar, sekolah yang baik ya jangan nakal sama temennya, dan Rafi nanti bantuin kakaknya ya," ucap Luna kepada kedua anaknya sebelum mereka akan masuk ke dalam gerbang sekolah.

Luna hanya akan mengantarkan anaknya sampai di gerbang sekolah, nanti setelah itu dia akan langsung pergi ke toko bunga miliknya.

"Iya ibu, kita akan menjadi anak kebanggaan ibu sama ayah," balas Rafa.

"Iya, apa yang di bilang Rafa benar Bu, Rafi sama Rafa akan memberikan yang terbaik buat ibu sama ayah," timpal Rafi.

"Ya sudah, sana gih masuk, sebentar lagi bel akan berbunyi tuh," suruh Luna agar anaknya segera masuk ke dalam gerbang sekolah.

"Ibu hati hati dan jiwa jalan, dan semangat jualan bunganya," ucap Rafi dan Rafa.

"Iya sayang, ya sudah gih sana masuk," balas Luna.

Kedua anak itupun berpamitan kepada ibunya dan setelah itu mereka berdua mulai melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah taman kanak-kanak tempat mereka berdua belajar.

"Ya Allah, berikanlah kedua anak hamba ilmu ilmu yang bermanfaat dan lunakkan lah hati suami hamba agar bisa menerima keadaan anak hamba," doa Luna dalam hati sambil tersenyum menatap kedua anaknya yang berjalan memasuki sekolah.

Setelah Rafi dan Rafa tidak terlihat lagi oleh pandangan matanya, Luna pun kembali masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi menuju toko bunga miliknya.

...**...

Bruk.

"Aduh," ringis anak kecil yang terjatuh di atas lantai.

"Rafa kamu tidak apa apa kan?" tanya Rafi memantu Rafa untuk berdiri.

"Enggak kok aku gak papa, hanya lecet sedikit saja," balas Rafa sambil tersenyum agar saudara kembarnya itu tidak khawatir dengan keadaan dia.

"Heh anak buta, makanya kalau jalan itu liat liat, jadi rusak kan lego ku," marah anak yang tadi bertabrakan dengan Rafa.

" Maaf, tapi kan Rafa gak bisa melihat, jadi Rafa tidak tahu kalau ada Bima di sini," balas Rafa meminta maaf.

"Oh iya aku lupa, kamu kan buta ya, makanya punya mata biar gak suka nabrak nabrak orang lagi," ucap Bima dengan kata kata sadisnya.

"Heh, jangan bicara seperti itu kamu sama Rafa, Rafa punya mata kok, jadi kamu jangan menghina dia seperti itu," bela Rafi.

"Hahahaha... apa tadi kamu bilang, punya mata? Heh, kalau dia punya mata seharusnya dia bisa melihat, dasar,"

"Aduh," ringis Rafi karena Bima dengan sengaja menyenggol bahunya saat dia berjalan meninggalkan mereka.

"Lemah," ledek Bima.

"Awas ya kamu, aku akan buat perhitungan sama kamu," marah Rafi.

"Sudah fi kita gak bakalan menang melawan Bima, kamu gak papa kan?" tanya Rafa khawatir dengan keadaan adiknya.

"Enggak kok aku gak papa, aku kan anak kuat yang akan selalu melindungi kamu," balas Rafi.

"Lain kali gak usah di ladenin ya apa yang Bima katakan, lebih baik kita langsung pergi saja waktu ada Bima." Rafa menasehati Rafi.

"Dia sudah menghina kamu, jadi dia harus di lawan, udah ah ayo kita pergi ke kantin," ajak Rafi menarik tangan kembarannya untuk pergi ke kantin.

Bima adalah salah satu teman satu kelas Rafa dan Rafi, Bima memiliki tubuh yang besar dari anak seusianya, maka dari itu banyak anak yang takut terhadap Bima.

Tapi tidak dengan Rafi, dia tidak pernah takut kepada Bima, meskipun dia tidak pernah menang melawan Bima, tapi tak ada rasa takut dalam diri Rafi kalau menyangkut melindungi Rafa.

Rafi akan melawan siapapun yang berani menyakiti saudara kembarnya, karena dia sudah di beri pesan oleh ibunya untuk menjaga Rafa.

...**...

Rafa dan Rafi sudah pulang dari sekolah, tapi dia tidak langsung pulang ke rumahnya, Luna mengajak Rafa dan Rafi untuk pulang ke toko bunga miliknya karena dia masih ada banyak pekerjaan di sana.

Meskipun ada beberapa karyawan yang membantu dirinya, tapi Luna tidak bisa lepas tanggung jawab begitu saja, dia akan tetap datang kepada toko untuk memantau keadaan di sana.

"Ibu Rafa mau bantu ibu merangkai bunga ya," ucap Rafa yang ingin membantu ibunya.

"Tidak usah sayang, kamu duduk di sana saja menunggu ibu menyelesaikan ini semua, nanti kalau ibu sudah selesai kita pulang," balas Luna yang tidak ingin merepotkan anaknya.

"Rafa pengen bantuin ibu karena Rafa bosen kalau harus duduk di sana," balas Rafa yang kekeh ingin membantu ibunya.

"Tapi sayang...."

"Rafi juga mau bantuin ibu, biar pekerjaan ibu cepat selesai," ucap Rafi yang baru saja datang menghampiri mereka berdua setelah tadi dia hanya duduk memperhatikan ibu serta saudara kembarnya.

"Anak anak ibu memang anak yang hebat, tapi untuk kali ini ibu tidak akan membiarkan kalian membantu ibu, ini agak susah pekerjaannya jadi kalian berdua duduk saja di sana ya," balas Luna yang tidak ingin kedua anaknya membantu dirinya, karena menurut Luna ini adalah pekerjaan yang cukup berat.

Memotong tangkai dengan gunting yang berukuran cukup besar, merangkai bunga yang terkadang masih ada duri yang tertinggal karena terlewat saat di bersihkan, Luna takut kalau kedua anaknya nanti akan terluka.

"Bagaimana kalau aku yang memotong dan memeriksa ada duri atau tidak, sedangkan Rafa yang akan merangkainya, iya gak Fa?" usul Rafi yang memang ingin membantu pekerjaan ibunya.

"Iya bu kata Rafi benar, Rafa kan bisa membedakan jenis bunga dari harumnya, Rafa juga sudah hafal dengan bau bau bunga yang ada di toko ibu," setuju Rafa.

Ya, karena tidak bisa melihat maka Rafa mengunakan Indra penciumannya untuk mengetahui jenis jenis bunga yang ada di toko ibunya.

Beruntungnya di saat Luna ada waktu luang selalu menyempatkan dirinya untuk membantu Rafa mengenali jenis jenis bunga yang ada di tokonya, sedangkan Rafi dia hanya cukup membaca tulisan yang ada di sana saja dia akan tahu jenis apa bunga bunga itu.

"Ya sudah terserah kalian saja, tapi nanti kalau kalian capek kalian harus langsung berhenti ya mengerjakannya, ibu gak mau kalau sampai kalian berdua kecapekan," akhirnya Luna pun menyerah, kedua anaknya ini memang akan sangat memaksa kalau menyangkut membantu dirinya.

"Terimakasih ibu, Rafa dan Rafi janji akan merangkainya dengan sangat cantik cantik seperti warna warna bunga bunga ini," ucap Rafa yang merasa berhasil merayu ibunya.

"Iya sayang, ya sudah ayo kita mulai mengerjakannya agar nanti kita cepat pulang ke rumah," ajak Luna dan mereka pun mulai melakukan pekerjaan mereka masing masing.

Rafi yang cekatan memotong tangkai dan membersihkan duri duri yang tertinggal, sedangkan Rafa yang mulai merangkai bunga bunga cantik pesanan para pelanggan toko bunga Luna.

Rafa sudah hafal dengan warna dan bentuk bunga itu hanya dari mencium harum bunga yang dia pegang, meskipun dia masih kecil, tapi Rafa sudah sangat terampil dalam merangkai bunga.

...***...

Terpopuler

Comments

bunda s'as

bunda s'as

pelukan pertama dan terakhir ayah ... dilihat dari judul ini apa nanti rafa akan di buat meninggal thor? dan bapa durjananya akan nyesel seumur hidupnya?

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!