Eps. 02

Keesokkan pagi, kedua bocah kembar itu sudah siap dengan seragam sekolah milik mereka masing masing, mereka berdua keluar dari kamar dengan Rafi yang membantu Rafa untuk menuju meja makan.

"Selamat pagi anak anak ibu," sapa Luna kepada kedua anaknya.

"Selamat pagi juga ibu," balas keduanya kompak.

"Kalian tunggu sebentar ya, ibu mau panggil ayah kalian dulu," ucap Luna dan mendapatkan anggukan dari kedua anaknya.

Luna pun segera pergi untuk memanggil suaminya yang masih bersiap di dalam kamarnya.

"Mas ayo kita sarapan dulu, anak anak sudah menunggu di meja makan," ucap Luna memanggil suaminya di kamar.

"Iya sebentar," balas Ruli dan mengambil tas kerja miliknya, baru setelah itu dia pergi bersama istrinya menuju meja makan.

"Selamat pagi anak ganteng ayah," ucap Ruli saat sampai di meja makan.

"Selamat pagi juga ayah," balas Rafa dan Rafi, dengan senyuman yang merekah dari kedua wajah mereka.

Rafa sangat bahagia karena baru pertama kali ini ayahnya memuji dirinya tampan, dan mengganggap dirinya adalah anaknya.

"Aku tidak menyapa kamu, aku hanya menyapa Rafi, jadi kamu tidak perlu menjawab ucapan ku," ucap Ruli menatap Rafa tajam.

Deg.

Hati Rafa rasanya sangat sakit, seharusnya tadi dia sadar kalau ayahnya tidak mungkin melakukan itu, seharusnya tadi dia tidak kepedean, kalau sudah seperti itu bagaimana dengan hatinya yang rapuh ini.

"Mas, kamu jangan seperti itu dong, Rafa kan juga sama sama anak kamu," tegur Luna agar suaminya tidak terus terusan membenci Rafa.

"Tidak, anak aku hanya Rafi, dia hanya anak cacat yang menampung hidup di rumahku," balas Ruli.

"Stop mas stop, Rafa ini anak kamu, kamu jangan menghina dia terus terusan, kamu menghina Rafa, itu artinya sama saja kamu menghina aku dan juga kamu sendiri mas." tegas Luna.

"Sudah jangan mulai lagi, aku ingin makan sarapan dan segera pergi kerja, dan kamu," menunjuk Rafa.

"Ingat kamu di sini hanya menumpang di rumahku, jadi jangan banyak tingkah, dan satu lagi, sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menerima dirimu anak cacat," lanjut Ruli yang tak habis habisnya menghina Rafa dengan kata kata yang sangat melukai hati Rafa.

"Cukup mas," marah Luna.

"Oh kamu sudah berani melawan aku hanya karna anak cacat ini, HAH." Ruli sangat marah, karena istri yang selama ini penurut dan sangat dia cintai berani berbicara keras kepadanya.

"Ma-maaf mas, aku gak bermaksud berkata keras kepada kamu, tapi kamu memang sudah keterlaluan mas, Rafa ini juga masih anak kamu, dia masih anak kandung kita, tidak sepatutnya kamu menghina dia seperti itu," Luna memelankan nada bicaranya.

"Tidak, sampai kapanpun aku tidak pernah memiliki anak cacat seperti dia, seharusnya kamu dulu menurut permintaan aku untuk membunuh dia waktu bayi, dan lihatlah setelah dia besar seperti sekarang, gara dia kita jadi berantem terus terusan, ini semua gara gara anak cacat ini," menunjuk Rafa.

"Sudah mas cukup, aku gak kuat lagi dengan kata kata kamu yang terus terusan menghina anak aku," emosi Luna kembali memuncak lagi.

"Rafa, Rafi ayo ibu antar sekarang, kita sarapan di luar saja ya," ajak Luna kepada kedua anaknya.

Luna tidak tahan dengan sikap suaminya yang terus terusan menghina Rafa, dia tidak tega dengan Rafa kalau dia harus mendengar kata kata yang sangat menyakitkan dari ayah kandungnya sendiri.

"Tapi Bu, ayah bagiamana nanti ayah makan sendirian kalau kita pergi, Rafa gak papa kok," ucap Rafa mencoba untuk bersikap biasa biasa saja padahal hatinya sangatlah terluka.

Luna tersenyum kecut mendengar ucapan anaknya, lihatlah seburuk apapun ayahnya menghina Rafa, tapi Rafa tetap memikirkan keadaan ayahnya, sungguh Luna merasa semakin sayang kepada kedua anaknya yang sangat pintar pintar ini.

"Gak usah sok baik kamu, sudah sana kalian pergi aku juga bisa sarapan sendiri tanpa kalian," balas Ruli yang mendengar ucapan Rafa.

"Tuh kamu dengarkan apa kata ayah, dia bisa sarapan sendiri di rumah, jadi ayo sebaiknya kita pergi nanti keburu kesiangan kamu sekolahnya," ucap Luna lembut kepada Rafa.

"Iya ayo kita pergi Fa, kan kita habis ini akan ada upacara hari Senin," ajak Rafi yang sama seperti ibunya, dia merasa sangat kasian kepada saudara kembarnya.

"Tuh kan, ayo kita berangkat sekarang," timpal Luna dan mengajak kedua anaknya pergi dari rumah.

"Aku pamit pergi antar anak anak sekolah dulu mas, assalamualaikum," ucap Luna pamit kepada Ruli.

"Hmm, waalaikum salam," balas Ruli cuek.

"Rafi kamu udah ada uang saku belum, ini ayah kasih tambah buat uang saku kamu," ucap Ruli memberikan uang saku kepada Rafi.

"Rafi udah di kasih ibu kok tadi yah," balas Rafi memberitahu kalau dia sudah membawa uang saku.

"Udah gak papa ambil aja, nanti kalau lebih kan bisa di simpan," balas Ruli dan mau tidak mau Rafi pun menerimanya.

"Ya udah yah Rafi pamit ke sekolah dulu, assalamualaikum," pamit Rafi mencium punggung tangan Ruli.

"Iya waalaikum salam, semangat belajarnya anak ganteng ayah," balas Ruli sambil mengelus kepala Rafi.

Luna yang melihat itu semua merasa sangat beruntung karena Rafa tidak dapat melihat adegan yang ada di hadapannya, mungkin kalau Rafa melihatnya hatinya akan semakin sakit melihat kedekatan ayahnya dan saudara kembarnya.

"Ayah Rafa pamit sekolah dulu ya, ayah yang banyak makannya biar tetap sehat," pamit Rafa kepada ayahnya.

"Rafi nanti kamu mau nitip apa saat papa pulang kerja biar papa beliin." Ruli mengabaikan ucapan Rafa malah memilih untuk bertanya kepada Rafi.

"Sudah ayo anak anak ibu kita berangkat sekarang, nanti keburu kesiangan," ajak Luna berharap bisa mengalihkan perhatian Rafa.

"Iya Bu," balas mereka berdua.

Ibu dan kedua anak kembarnya itupun pergi meninggalkan rumah menuju sekolah anak anaknya.

Sedangkan Ruli, dia lanjut melakukan sarapan paginya sebelum berangkat kerja, dia sama sekali tidak berfikir dengan kalimat kalimat yang tadi dia lontarkan untuk salah satu anaknya itu dapat melukai hati serta mental anaknya.

"Maafkan Rafa Bu, gara gara Rafa ibu jadi harus berantem dengan ayah," ucap Rafa dalam hati merasa bersalah karena sudah menyebabkan ibu serta ayahnya berantem terus.

"Rafa janji akan membahagiakan ibu dan juga ayah," lanjutnya.

"Ya Allah, berikanlah kesehatan dan lancarkan lah rezeki ibu serta ayah hamba ya Allah, dan ampunilah dosa dosa hamba dan keduanya," doa Rafa dalam hati untuk kedua orang tuanya.

"Dan semoga nanti ayah bisa sayang kepada Rafa, agar nanti Rafa bisa merasakan pelukan ayah Rafa ya Allah, aamiin." Rafa terus berdoa dalam hati saat dalam perjalanan menuju sekolahnya.

...***...

Terpopuler

Comments

kavena ayunda

kavena ayunda

ibunya tolol mending pisah dripada makan ati gt kasian bgt qm rafa peluk jauh

2023-07-27

0

bunda s'as

bunda s'as

Gini amat thor kamu bikin novel nyeseeeek mewek aku bacanya 😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!