Perjodohan

"Silahkan masuk, Mas!" ucap seorang wanita bertubuh gemuk yang menjadi asisten ruamh tangga di ruamh Haida. "Sislahkan duduk dulu. Biar saya panggilkan Oma Haida dulu."

Hamzah hanya mengangguk dan menurut. Dia duduk di sofa yang super empuk sambil pandangannya tak lepas dari mengamati sekeliling.

Ternyata Oma Haida, wanita yang memintanya untuk menjadi guru ngaji cucunya seorang yang berada, pikir Hamzah. 

Semua itu terlihat dari rumah Haida yang besar dengan halaman yang juga luas. Begitu pula perabotan yang ada di dalam rumah. 

Namun, begitu tak membuat Hamzah terpana. Meski baru pertama kali ini dia masuk ke sebuah rumah yang layak disebutbsebagai istana.

Tak lama terdengar suara derap langkah dari arah tangga. Tampak sepasang kaki yang memakai sandal bulu menuruni anak tangga.

Dialah Haida yang tersenyum menyambut kedatangan Hamzah. Di belakang Haida, ada seorang remaja laki-laki yang mengekor dengan wajah tampak antusias.

"Mas Hamzah, perkenalkan ini Yusuf, cucu saya," Haida menunjuk remaja laki-laki di belakangnya. "Nah, Yusuf, ini Mas Hamzah. Guru ngaji kamu sekarang."

Remaja laki-laki itu mengulurkan tangan pada Hamzah dan memberikan salam penuh takzim. Membuat Hamzah tersenyum kecil akan sikap sopan santun yang ditunjukan oleh Yusuf.

"Sebenarnya ada lagi cucu saya yang bernama Alifa. Tapi sepertinya dia bakal terlambat sedikit. Jadi, Yusuf saja yang mulai ngaji ya?"

Yusuf mengangguk dam berkata, "Baik, Oma."

Kemudian Hamzah dan Yusuf ditunjukan sebuah gazebo yang ada di tepi kolam renang. Gazebo itu juga berada di sisi taman dengan tanaman bunga mawar putih yang bermekaran.

Sehingga siapapun yang duduk di sana pasti akan merasakan tenangan. 

Yusuf membuka mushaf Al Qurannya dan mulailah dia belajar mengaji bersama Hamzah. Sementara itu, di pintu depan, Alifa tampak terburu-buru berjalan melintasi menuju ruang tengah

Alifa berpapasan dengan Haida yang memang sudah menunghu kepulangannya sejak tadi. Haida langsung melipat tangan di depan dada serta memasang wajah galak.

"Alifa," tegur Haida yang membaut Alifa seketika menghentikan langkah kakinya. "Oma sudah bilang kan, sore ini kamu harus ngaji. Kenapa kamu pulang terlambat?"

Alifa berdecak kesal. Dia memang merasa sebal jika sang nenek selalu bertanya-tanya hal yang tidak penting.

"Tadi macet, Oma," jawab Alifa singkat.

Haida mengamati raut wajah Alifa yang memang kali ini sepertinya berkata jujur. Lantas Haida pun meminta Alifa untuk cepat-cepat mengganti pakaiannya.

Terpaksa Alifa menuruti perintah dari neneknya. Dia masuk ke dalam kamar dan hanya berselang lima menit, Alifa sudah keluar dengan gamis berwarna hijau muda.

"Alifa," panggil Oma Haida dari arah dapur.

Alifa memutar badannya sambil berdecak kesal. Bibirnya manyun dengan sorot mata jengah.

"Apa sih, Oma?"

"Ini nih tolong sekalian bawa minuman buat Mas Hamzah," kata Haida sambil menodongkan nampan berisi segelas jus mangga. "Oma lupa harus telepon Mama kamu, ada keperluan penting."

Dengan terpaksa Alifa pun menerima nampan itu. Lalu kembali berjalan ke gazebo di dekat kolam renang.

Sampai di dekat gazebo, Alifa melihat seorang pemuda yang sedang mengajari adiknya membaca Al Quran. Alifa berada persis di belakang pemuda itu sehingga dia tidak bisa melihat wajah seorang yang menjadi guru ngajinya.

Namun, jika dilihat dari punggungnya yang tegap, Alifa bisa menebak jika pemuda itu tidak jauh usianya dengan Alifa.

"Ehem."

Alifa sengaja berdehem dengan keras agar pemuda itu berpaling ke arahnya.

Dan benar saja. Si pemuda itu menolah begitu mendengar Alifa berdeham. Saat itu Alifa sedang dalam posisi menunduk menatap nampan yang dia pegang.

"Permisi, Pak Ustadz, ini minumannya saya taruh di sini saja ya?" ucap Alifa yang menaruh nampan di meja kayu di samping gazebo.

Kemudian Alifa menoleh pada guru ngajinya dan seketika itu kedua bola mata Alifa membulat sempurna. Dia terpenjat kala melihat wajah Hamzah.

Alifa langsung teringat akan kejadian tadi pagi di mana dia merebut minuman kaleng yang dia pikir adalah miliknya.

"Lho? Kamu?" tanya Alifa menunjuk wajah Hamzah yang juga tampak terkejut. "Kamu kan yang tadi pagi…"

Alifa tidak bisa melanjutkan perkataannya karena dia sendiri malu mengakui kesalahannya yang telah merebut minuman milik Hamzah.

"Lho, Kak Alifa sama Mas Hamzah sudah kenal?" celetuk Yusuf yang melihat sang kakak tampak terkejut bertemu dengan Hamzah.

Lalu Hamzah pun menoleh pada Yusuf sambil tersenyum. "Engga. Kita nggak saling kenal. Cuma pernah ketemu. Yuk, lanjutin lagi bacaannya."

Yusuf mengangguk dan menuruti perintah Hamzah untuk melanjutkan lagi bacaannya. Sementara Alifa berdecak kesal seraya melipat tangan di depan dada.

Dia masih berdiam diri di tempatnya dengan dada yang menahan rasa malu atas kejadian tadi pagi. Akan tetapi Hamzah tidak merespon apapun. Seperti tidak terjadi sesuatu antara mereka.

Beberapa saat berlalu, Hamzah kembali menoleh pada Alifa dan melirik tajam menggunakan ujung matanya.

"Kamu kamu berdiri di sana terus, atau mau ngaji?" tanya Hamzah.

"Ck, iya iya ini juga mau ngaji kok."

Alifa pun duduk di sebelah adiknya. Membuka Al Quran dan langsung membaca basmallah.

"Alifa," tegur Hamzah lembut. Membuat Alifa berhenti dan mendongakan kepala.

"Apa?" 

"Sebelum membaca Al Quran, baca ta'awudz dulu," kata Hamzah dengan nada yang lembut agar tidak membuat Alifa tersinggung.

Dahi Alifa mengerut kala mendengar satu kata yang jarang dia dengar. "Ta'awudz itu apa?"

"Audzubillahi minas syaiton nirojim, Kak Alifa. Masa gitu aja nggak ngerti," cibir Yusuf.

Lalu Alifa yang semakin bertambah malu, pun mencubit perut Yusuf penuh geram. Membuat sang adik menjerit kesakitan namun saat itu juga Yusuf pun mencubit lengan Alifa.

Terjadilah perang saudara antara Alifa dan Yusuf. Sedangkan Hamzah hanya menghela nafas, menggelengkan kepala, dan berusaha untuk tetap sabar.

"Hai, hai, sudah, sudah," lerai Hamzah seraya menarik lengan Yusuf agarvterpisah dari baku hantam bersama kakaknya.

"Mas Hamzah, tolong aku. Kak Alifa tuh yang mulai duluan," Yusuf mengadu layaknya seorang adik pada kakak laki-lakinya.

Yusuf juga bersembunyi di balik punggung Hamzah, meminta agar Hamzah berpihak padanya.

Maka Hamzah pun menatap Alifa yang masih melototkan mata penuh ancaman.

"Kamu juga nggak ada akhlak sama kakak sendiri," seru Alifa membela diri.

"Alifa, sudah! Kita di sini mau ngaji, bukan mau berantem. Apa kalian mau aku adukan ke Oma kalian?"

"Jangan!" jawab Alifa dan Yusuf serempak. Wajah keduanya pun langsung berubah tegang kala nama Oma disebut-sebut.

Setelah itu, Hamzah pun meminta kepada kakak beradik itu untuk mulai fokus mengaji dan untuk mengantisipasi hal yang serupa terulang lagi, Hamzah memutuskan untuk memisahkan Alifa dan Yusuf agak berjauhan.

Setelah beberapa saat berlalu, Yusuf lebih dulu selesai. Maka dia pun masuk ke dalam rumah berniat mencari air minum.

Kemudian Yusuf bertemu dengan Oma yang juga barus selesai menerima telepon.

"Yusuf, sudah selesai mengajinya? Bagaimana menurut kamu tentang Mas Hamzah?" tanya Oma sambil menatap Hamzah yang masih mengajari Alifa melalui jendela rumah.

"Menurut aku, Mas Hamzah orangnya baik, Oma. Malah aku jadi pengen punya kakak laki-laki kayak Mas Hamzah."

Yusuf pun menceritakan tentang pertengkaran kecil yang tadi sempat muncul saat bersama Alifa dan bagaimana tindakan Hamzah bisa menjadi pembela Yusuf dari amukan Alifa.

Sementara Haida hanya menganggukkan kepala selama menyimak cerita cucunya.

Saat itu pula, ada sebuah niatan yang entah kenapa sangat mantap sekali di hati Haida. Lantas Haida berkata, "Begitu ya? Yusuf mau punya kakak laki-laki seperti Mas Hamzah?"

"Iya, Oma," jawab Yusuf yang kemudian meneguk minumannya.

"Kalau begitu Oma mau jodohin Alifa sama Hamzah saja deh."

Bbbbyyurr.

Yusur menyumbur minumannya yang baru saja dia teguk. Dia terbatuk-batuk sambil menepuk dadanya untuk menghilangkan rasa perih.

"Apa, Oma? Oma serius?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!