Guru Ngaji Alifa

Alifa naik bus sambil memasang earphone di telinganya. Tas jinjing menggantung di bahu kirinya sedang tangan yang lain menggenggam sekaleng minuman soda.

Alifa mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman. Lalu dia tersenyum manakala melihat salah seorang temannya bernama Caca melambaikan tangan dan menepuk bangku kosong di sebelahnya.

Alifa pun berjalan mendekat lalu duduk di samping Caca, teman yang sudah dia kenal sejak di bangku SMA.

"Tumben. Kamu naik bus. Biasanya dianter sama supir," kata Caca begitu Alifa duduk di sampingnya.

"Iya, nih. Aku lagi dihukum sama Oma. Gara-gara aku males ngaji," kata Alifa dengan memanyunkan bibirnya. 

Kemudian dia meneguk minuman kaleng yang ada di tangannya dan berkata, "Tahu nggak, tadi tuh ada cowok nggak sopan banget. Dia duduk di halte sebelahan sama aku terus seenaknya aja minum minuman aku coba."

Caca terkekeh mendengar keluhan Alifa sambil menggelengkan kepala. "Kenapa kamu nggak ikhlasin aja sih, Fa. Hitung-hitung sedekah."

"Yeee. Enak aja. Orang uang jajan aku juga lagi dipotong sama Oma."

Caca kembali terkekeh melihat tingkah temannya yang memang bisa dibilang perhitungan. Lalu Caca teringat akan bukunya yang pernah dipinjam Alifa sehingga dia pun menanyakannya.

"Eh, Fa. Buku aku yang minggu kemarin kamu pinjam sudah beres belum?"

"Oh ya. Ada ini di tas," kata Alifa yang langsung membuka tas jinjingnya.

Dan di saat itu pula, Alifa tertegun begitu melihat satu benda yang tersimpan di dalam tas. Beberapa detik Alifa bahkan tidak bisa berkutik menatap benda itu.

Caca yang melihat keanehan pada diri sahabatnya pun ikut mengintip ke dalam tas. "Ada apa, Fa?"

"Astagfirullahaladzim," pekik Alifa dengan mata membulat.

Pasalnya Alifa baru saja teringat bahwa minuman kaleng dibelinya, dia taruh ke dalam tas. Lalu Alifa bermain ponsel sampai datanglah pria yang duduk dan minum minuman kaleng yang sama dengan Alifa beli.

Alifa baru sadar kalau dia telah salah paham pada si pria tadi. Dia mengira pria tadi merebut minumannya. Padahal Alifa sendiri yang merebut minuman si pria tadi. 

Lantas Alifa menceritakan kesalahpahamannya itu pada Caca. Bukannya memberikan solusi, justru Caca malah tertawa lepas. 

Hal itu membuat Alifa mengerutkan alis sebab kebingungan dan dia pun bertanya, "Kok kamu malah ketawa sih? Apanya yang lucu?"

"Nggak ada yang lucu sih, Fa. Cuma kalian romantis banget tuh romantis banget tahu."

Kerutan Alifa di dahi semakin terlihat jelas. Dia semakin dibuat bingung akan ucapan Caca yang belum bisa dia pahami.

"Romantis bagaimana?"

"Ya romantis. Sebab kamu minum di bekas bibirnya pemuda tadi. Cieee. Seperti rasulullah sama siti Aisyah tahu. Cie cie cie."

Alifa hanya bisa mengembik dan menyikut keras Caca yang semakin tertawa keras. "Apaan sih. Kalau aku beda kasusnya. Ini tuh kan nggak sengaja."

"Ya kan tetap saja, Fa. Namanya tuh ciuman dengan alat perantara," kata Caca terus saja menggoda Alifa.

Hingga tak sadar pipi Alifa bersemu merah karena terus saja digoda oleh Caca. Seketika itu benak Alifa menjadi terbayang akan wajah pemuda tadi.

Pemuda yang umurnya mungkin satu atau dua tahun lebih dewasa dari Alifa. Meski secara sekilas pemuda itu tampan namun tetap terlihat masih polos dan sederhana.

Alifa menggelengkan kepala agar bebaknya berhenti membayangkan wajah pemuda itu. Tepat saat itu, ponsel milik Alifa berdering yang menandakan ada satu pesan masuk.

Pesan itu dari Oma Haida. Nenek dari pihak ibu kandung Alifa.

"Nanti jangan pulang terlalu sore! Oma sudah ada guru ngaji baru buat kamu sama Yusuf."

Alifa berdecak kesal saat membaca pesan dari Oma Hida. Wajahnya semakin terlihat kusut manakala sang nenek memberitahu dirinya akan guru ngaji yang baru.

Benak Alifa kembali membayangkan sosok guru ngajinya yang baru. Pastilah seorang bapak-bapak tua yang suka marah-marah dan kalau ceramah pasti membuat Alifa mengantuk.

Membayangkan saja sudah membuat Alifa malas. Apalagi berhadapan langsung.

"Apa lagi sih, Fa? Kok kamu tuh cemberut mulu?" Caca kembali bertanya setelah melihat ekspresi temannya yang tampak murung belakangan ini.

Mereka berdua sedang turun dari bus dan berjalan menapaki gerbang kampus ketika Alifa bercerita tentang neneknya yang sudah menemukan guru ngaji.

"Ya, kamu berdoa aja, Fa. Supaya guru ngaji yang kali ini ganteng, muda, dan masih jomblo," celetuk Caca sambil terkekeh riang. "Lumayan kan, bisa dijadikan calon suami."

Seketika Alifa mendelikkan mata seraya melayangkan tatapan sorot mata tajam ke arah Caca. Dia mencubit lengan Caca dengan sangat keras sampai temannya itu mengaduh kesakitan.

"Kamu tuh ya? Kalau bisa nggak disaring pakai saringan santan."

Caca meringis sambil mengusap lengannya yang memerah bekas cubitan Alifa.

"Ya maaf, Fa," kata Caca dengan bibir manyun. "Tapi saran aku ada benernya deh. Kamu itu harus cari pasangan hidup, Fa. Biar nggak diganggu terus sama Kevin."

"Alifa," teriak sebuah suara laki-laki yang tak asing di telinga Alifa. Membuat Alifa dan Caca menghentikan langkah seketika.

Laki-laki itu berada di belakang Alifa. Namun tanpa perlu Alifa menoleh pun dia sudah tahu siapa yang berteriak memanggilnya.

"Panjang umur tuh orang," gumam Alifa pada Caca.

"Alifa," sapa Kevin yang berlari mendekati Alifa. Pria itu tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih.

Sementara Alifa tetap tak bergeming. Bahkan dia memalingkan muka saat Kevin berada persis di hadapannya. 

"Ada urusan apa?" tanya Alifa ketus.

"Alifa, nanti sore kamu ada waktu? Kita nonton ke bioskop yuk? Ada film baru yang seru lho," ucap Kevin masih memasang senyum penuh mempesona kendati Alifa bermuka masam.

"Aku boleh ikut?" Caca yang berada di tengah-tengah Alifa dan Kevin bertanya dengan penuh harap.

"Boleh dong," jawab Kevin. "Tapi jangan jadi obat nyamuk ya?"

Alifa berdecak kesal. Tanpa memandang wajah Kevin, dia menjawab, "Sorry. Nanti sore aku disuruh Oma untuk ngaji."

"Ngaji?" tanya Kevin tak percaya. Lantas dia pun terkekeh kecil seolah sedang mengejek Alifa. "Ya elah, Fa. Kamu tinggal bilang ke Oma kamu, ngajinya diundur besok. Kamu pakai alasan tugas kuliah atau apa kek."

"Iya, Fa. Katanya kamu males ngaji," celetuk Caca.

Maka seketika itu, Alifa pun langsung menginjak kaki Caca tanpa rasa ampun. Dia juga mendelikan mata sebagai isyarat agar temannya itu untuk diam.

Lalu Alifa melempar pandangan lurus ke arah Kevin. "Nggak bisa. Aku sudah janji sama Oma, aku bakal ngaji sore ini."

Dan detik berikutnya, Alifa pun berjalan terlebih dahulu meninggalkan Caca dan kevin. Dia sengaja mempercepat langkah agar Kevin tidak bisa menyusulnya.

Bukan tanpa alasan Alifa menghindari Kevin. Sejak pertama masuk kuliah pria yang terkenal gonta-ganti pacar itu memang selalu mengincar Alifa agar bisa menjadi kekasihnya.

Alifa menoleh ke belakang dan tidak melihat keberadaan Kevin. Sehingga Alifa pun menghela nafas lega.

Lalu batin Alifa berucap, "Semoga guru ngaji kali ini nggak nyebelin seperti biasanya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!