“ Apa kabar Ustad Hasan maaf menganggu, Aku kemari ingin menjemput Naima dan Nayara.” Ucap Ira di depan pintu.
Hasan terkejut dengan apa yang disampaikan oleh Ira, Ia masih berdiri kaku di depan pintu dan tidak mempersilahkan Ira masuk ke dalam rumahnya , hingga di kejutkan dengan suara Pria.
“ Ustad apa kami tidak dipersilahkan Masuk.” Ucap Heru yang sudah berdiri di belakang istrinya Ira.
Heru tadi harus memarkirkan mobil barunya dulu.
“ Oh… Maaf mari silahkan masuk!”
Hasan tampak ragu menyuruh tamunya masuk jujur saja dalam hatinya berpikir ia sempat ingin mengusir mereka, tapi Hasan tersadar jika tamu adalah raja yang harus di hormati.
Ira dan Heru duduk di ruang tamu mereka langsung saja mengutarakan maksdunya pada Ustad Hasan jika mereka akan menjemput kedua keponakannya.
Ira juga menjelaskan saat Fatma meninggal mereka sedang berada di ibu kota untuk menemani suaminya yang mendapatkan pekerjaan di sana.
“ Saya, menyesal dengan apa yang sudah saya lakukan pada Fatma, jadi saya mohon izinkan saya membawa kedua putri mas Rahman, saya ingin menebus keselahan saya dengan merawat Naima dan Nayara.”
Ira menyesal , sesekali ia menghapus air matanya. Melihat itu Hasan menjadi bingung, Ia yang hanya orang luar tidak kuasa untuk mempertahankan Naima dan Nayara, sedangkan Ira adalah Bibi kandung Naima dan Nayara , sudah pasti Ira yang berhak merawat mereka sebagai walinya sekarang.
Hasan menarik napas dan menghembuskannya Ia merasa berat hati melepaskan Naima dan Nayara.
“ Sebenarnya saya ingin merawat mereka berdua, Bu Ira saya mohon berikan izin untuk saya merawat kedua putri Rahman dan Fatma.” Mohon Hasan pada Ira.
Ira saling tatap dengan Heru, mengisyaratkan jika mereka tidak setuju dengan keinginan hasan untuk mengangkat keponakannya menjadi anaknya.
“ Maaf ustad, tapi saya ingin merawat keponakan saya sendiri, saya merasa menyesal degan kesalahan saya, jadi ini saatnya untuk memperbaiki kesalahan saya dulu, mohon maaf kami tidak setuju dengan keinginan ustad.!” Ucap Ira tegas.
Mereka tidak menyadari jika obrolan mereka di dengarkan oleh Aisyah, Naima dan Nayara yang hendak masuk keruang makan.
Melihat ada bibinya datang yang akan menjemput Naima dan Nayara saling berpegangan tangan, sungguh mereka tidak ingin berpisah dengan Ustad Hasan dan Umi Aisyah yang sangat baik dan merawat mereka seperti anak kandung mereka sendiri.
Aisyah berjalan menuju ruang tamu di ikuti Naima dan Nayara di belakang.
“ Ima, Naya!”
Ira melihat Naima dan Nayara berada di sana bersama Aisyah, langsung saja ia berhambur berlari kearah kedua keponakannya memeluk keduanya dengan penuh kerinduan.
“ Maafkan Bibi, ayo ikut dengan bibi karena bibi harus memenuhi amanat bapak kalian.!”
Ira melepas pelukannya ia mengelus puncak kepala Naima dan Nayara dengan pebuh kasih sayang.
“ Tapi bibi kami ingin tinggal bersama dengan Umi dan Abi saja.!”
Nayara memegang tangan Aisyah dengan erat Ia tidak mau mendekati bibinya, Naya masih merasa sakit hati dengna perlakukan bibi Ira pada ibunya Fatma.
“ Naya, bibi menyesal bibi janji, bibi tidak akan menyakiti hati kalian lagi, bibi mohon ikutlah dengan bibi.”
Ira memohon Sambil menangis , berharap kedua keponakannya untuk ikut dengannya, ia lalu melepas pelukannya dan menatap wajah naima seolah memohon agar mau ikut dengannya.
“ Mba Ira, biarkan mereka bersama kami, kami berjanji akan merawat mereka dengan baik. Kami sudah sayang pada mereka!”
Aisyah membawa Naima dan Nayara dalm pelukannya seolah tidak ingin Ira membawa pergi putrinya.
Ira terdiam dan menatap ke arah Heru, meminta bantuanya agar día bisa segera membawa pergi keponkannya dari rumah Hasan.
“ Ustad Hasan, Bu Aisyah ada hal yang ingin saya sampaikan.” Heru menengahi antara Ira dan Aisyah Sambil meilirik pada Naima dan Nayara. Melilhat itu ustad Hasan mengerti ini pembicaraan penting.
“ Ima, Naya pergilah kekamar dulu ada hal yang harus dibicarakan.! Mendengar perintah abinya mereka menganggukan kepala dan pergi ke kamar lagi.
Di kamar Nayara dan Naima tampak gelisah mereka takut jika mereka akan di bawa pergi oleh Bi Ira.
“ Kak Ima bagaimana ini, aku tidak mau pergi dengan Bibi. Aku ingin tinggal di sini dengan Umi.”
Nayara meremas kedua tangannya. Ia cemas hatinya tidak tenang takut jika bibinya akan membawa pergi.
“ Berdoa saja mudah-mudahan Bi Ira mengizinkan kita untuk tinggal di sini.”
Naima menenangkan adiknya padahal hatinya juga gelisah.
Sedangkan di ruang tamu, Hasan , Aisyah, Ira dan Heru sedang membicarakan mengenai siapa yang pantas untuk merawat kedua anak Rahman dan Fatma, hingga terjadi perdebatan antara Aisyah dan Ira. Membuat suasana menjadi panas saja.
Hasan berulang kali dengan baik-baik memohon untuk bisa merawat Naima dan Nayara, namun Ira tetap tidak menyetujuinya, hingga terlihat dari wajah Ira yang mulai marah karena Aisyah yang terus menyudutkan Dia mengenai perlakuannya dulu pada kedua keponakannya.
“ Mereka adalah anak dari Mas Rahman kakak kandung saya, oke dulu saya tidak baik pada mereka tapi sekarang saya sudah berubah, saya juga menyayangi mereka ini adalah kewajiban saya sebagai walinya, saya percaya ustad Hasan pasti mengerti bukan.”
Ira kesal dan menegaskan jika dirinya tidak akan memberikan hak asuh pada Hasan dan Aisyah.
“ Mba, saya mohon, izinkan saya menjadi ibu bagi mereka!” Aisyah menurunkan egonya Ia mengerti jika Ia tidak punya hak untuk Naima dan Nayara.
“ Jika kalian masing ngotot, maka saya akan membawa ini ke pengadilan, dan kalian tau sudah di pastikan jika kami akan menang, karena kami keluarganya.”
Heru mulai mengancam Hasan dengan pengadilan dan menekankan kata keluarga. Membuat Hasan dan Aisyah terdiam tidak bisa menjawab lagi.
Hening seketika di ruangan itu, jujur saja Aisyah sudah sangat menyayangi Naima dan Nayara, meskipun kebersamaan dengan mereka baru satu bulan, tapi hatinya sudah terpaut dengan kedua putri Fatma itu, Aisyah terlihat menghapus air mata pada sudut matanya, Ia lalu menatap ke arah suaminya Hasan.
Hasan yang melihat tatapan Aisyah bisa melihat jika Ia sangat sedih harus berpisah dengan Naima dan Nayara, tapi mau bagaimana lagi mereka tidak memiliki hak sama sekali.
“ Baiklah , tapi izinkan kami untuk menengok mereka dan bisa membawa mereka pergi bermain jika di waktu libur sekolah, dan saya juga sudah mendaftarkan mereka kembali di sekolah satu bulan yang lalu.” Aisyah mengatakan itu dengan berat.
“ Bu Aisyah bisa menengok mereka, tapi mereka tidak akan melanjutkan sekolah di sini karena saya akan membawa mereka ke ibu kota.” Ucap Ira dengan nada yang judes karena kesal pada Aisyah.
“ Apa! Jakarta!” (terkejut )
Hasan dan Aisyah bersamaan menjawab.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ira beneran baik apa berpura pura??
Mohon like
Komen
Vote
Kk🙏🏻🙏🏻🙏🏻😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ida Maidiawati
paling Ira itu cuma mau memanfaat kan ponakan y aj.gak mungkin secepat itu kelakuannya berubah
2023-04-07
1
kuncir
Si ira pura-pura2.. naima dan naya pasti mau dijadikan penebus hutang...😥
2023-03-26
1
Sukhana Ana Lestari
Akuh gk percaya tuh sm si Ira.. pasti punya niat tdk baik thor sm keponakannya.. kasihan bngt klw nanti sampai di jkrt di jadikan alat untuk memperkaya diri tuh mereka berdua.. kabur aja nak.. jangan sampai kalian di bawa sm bibi kalian yg laknat.. pura" baik padahal cuma kedok doang..
ayolah thor jangan sampai mereka di bw sm si Ira...
2023-03-26
3