Di rumah duka sudah terlihat banyak pelayat yang berdatangan mengucapkan bela sungkawa atas kepergian Fatma.
“ Malang sekali nasib kedua putrinya dua bulan yang lalu ayahnya meninggal sekarang di susul oleh ibunya.” Ucap Risa tetangga Fatma pada para ibu-ibu yang melayat.
“ Sssttt… jangan bergosip ibu-ibu lebih baik kita berdoa untuk almarhumah.” Ucap Ibu Aisyah Istri Ustad Hasan yang sudah datang bersama Ibu RT ketika Naima berlari-lari meminta pertolongan, Ia bertemu dengan Ibu Aisyah yang hendak pergi ke warung.
Naima terdiam duduk menghadap jenazah ibunya, ia menghapus butiran bening di pipinya, teringat akan terakhir ucapan ibunya.
“ Ima, jadilah wanita yang kuat, sabar dan tawakal menghadapi segala cobaan, jaga adikmu Nayara. Sekarang kalian hanya berdua, harus saling menyayangi dan saling membantu satu sama lain, maafkan ibu tidak bisa menemani kalian.” ucap fatma dengan suara yang sangat lemah Sambil memegang wajah sendu putri pertamanya, yang tiada henti meneteskan air mata hingga membasahi tangan lemah Fatma.
Ibu jangan khawatir, Naima janji akan selalu menjaga Naya, ibu yang tenang di sana , semoga kita bisa berjumpa dan berkumpul bersama di sana bersama ayah, selamat jalan ibu, terima kasih atas limpahan kasih sayang yang kau berikan untuk kami.
Ucap Naima dalam hatinya, ia harus tegar, tidak boleh bersedih karena mulai hari ini hanya dialah yang harus menggantikan posisi ibunya menjaga Nayara.
“ Assalamualaikum,”
Ustad Hasan mengucapkan salam, membuat lamunan Naima terhenti ketika melihat adiknya yang begitu rapuh dengan tatapan sendu datang bersama dengan ustad Hasan.
Nayara maju dengan pelan Ia berdiri mematung tidak jauh dari tubuh kaku sang ibu yang berbaring tertutup kain putih.
Kaki kecilnya mulai melangkah maju, Ia mendudukan tubuhnya bersimpuh memeluk tubuh dingin ibunya dalam balutan kain kafan.
“ Assalamualaikum! Ibu, mengapa ibu tidak menjawab salam Naya. Ibu, maaf gara-gara naya ibu sakit. ibu, maaf obatnya tumpah, Naya tidak sengaja menjatuhkannya karena mendengar jika ibu sudah…. Su….dah tidak bisa bersama Naya dan Kak Ima, hiks ...hiks...hik... Bu jangan tidur terus buka mata ibu , Jawab bu?”
Naya bergeser semakin mendekati sang ibu , Ia tatap wajah tenang ibunya, Ia peluk tubuh kaku sang ibu ia ciumi wajah pucat, berharap ibunya bisa bangun kembali.
“ Ibu….. Ibu jawab Naya…. Ibu, Bangun!” Nayara menangis kencang Sambil memeluk erat tubuh Fatma.
Melihat adiknya yang menangis Naima menghapus air matanya, lalu mendekati Nayara, Ia harus kuat untuk adiknya, tidak boleh terlihat lemah.
“ Nayara, sabar ikhlaskan kepergian ibu, kau lihat ibu begitu tenang dalam tidurnya ia tidak akan kecapean ataupun merasa sakit. Kita harus kuat, jika kita bersedih nanti ibu akan sedih … biarkan ibu pergi dengan tenang, mari kita antarkan ibu dengan keikhlasan dan doa terbaik untuk ibu agar tenang dan mendapatkan magfirahNya.”
Naima memegang pipi adiknya menatap lekat mata sang adik memberi pengertian, tapi ia tak tahan melihat wajah sedih adiknya hingga membuatnya Kembali menangis dan memeluk erat tubuh mungil sang adik.
Melihat dua anak perempuan yang saling menguatkan satu sama lain membuat semua orang di sana menjadi Iba, para pelayat meneteskan air matanya merasakan perasaan sedih kehilangan orang yang terpenting dalam hidup mereka.
“ Benar apa yang dikatakan oleh kak Ima , Nayara harus sabar , harus kuat ayo, kita doakan ibu fatma bersama sama” Ustad Hasan memimpin doa dan embacakan surat Yasin untuk Fatma.
Tanpa menunggu lagi , setelah Sholat Isya Fatma di kebumikan, di antar oleh beberapa warga , terlihat Naima memegang tangan adiknya berjalan di belakang keranda ibunya mereka ingin mengantarkan ke tempat pembaringan terakhir sang ibu. Fatma di kebumikan di samping suaminya Rahman.
Selamat jalan ibu, sekarang Ibu tidak perlu menangis di setiap malam, Sekarang ibu tidak akan mendengar hinaan bibi Ira, sekarang ibu tidak akan merasakan sakit. Ibu sudah Bahagia berada di sisi Sang Maha Kuasa. Nayara dan ka Ima Ikhlas melepas Kepergian Ibu.
Maaf Ibu Nayara Tidak bisa membahagiakan ibu….
Hanya doa yang akan Nayara Langitkan untuk Ibu dan Ayah
Semoga mendapatkan Surga
Nayara dan Ka ima sayang Ibu dan Ayah,, selamat jalan Ibu…
Selepas dari pemakaman, Nayara dan Naima kembali kerumahnya ditemani oleh Ustad Hasan dan istrinya.
Naima membuka pintu rumah yang tampak sunyi biasanya saat Ia masuk pasti ibunya sedang menyetrika baju tetangganya atau sedang menyiapkan makan malam. Tapi kali ini hanya ada kekosongan yang merasuk dalam jiwa.
“ Naima, Nayara malam ini tidurlah di rumah Ustad, Bibi kalian juga sedang tidak ada di rumah tadi Pa RT sudah dua kali ke rumah Bi Ira tapi mereka belum pulang.” Ucap Ustad Hasan pada kedua anak perempuan di depannya.
“ Terimakasih Ustad, tapi sepertinya kami ingin di sini, tidur di rumah kami sendiri, kami tidak tau apakah besok masih bisa tidur d sini atau tidak.”
Naima menatap adiknya yang sejak tadi hanya diam dengan mata sembabnya.
“ Nayara, Naima kalian tidak perlu takut ibu dan Ustad Hasan akan merawat kalian, jika Bi Ira belum pulamg .” Bu Aisyah membelai lembut puncak kepala Naima dan Nayara.
Sejak tadi Ia sudah berbicara bersama suaminya lalu mendiskusikan dengan Pak RT membahas akan mengangkat kedua anak Fatma dan Rahman menjadi anak mereka, karena mereka sangat menyukai Nayara dan Naima , selain itu juga Aisyah dan Hasan yang sudah sepuluh tahun menikah hingga sekarang belum dikaruniai anak.
Tadinya mereka akan memeinta Izin pada Ira namun sejak tadi siang Ira beserta suami dan anaknya tidak ada di rumah hingga hari ini, itulah sebabnya Ia tidak memghadiri pemakaman Fatma.
Mendengar akan di angkat anak oleh Ustad Hasan dan Istrinya, Naima dan Nayara sangat bersyukur karena bisa menjadi anak dari ustad Hasan, tapi untuk malam ini mereka ingin tidur di rumah sebagai salam perpisahan pada tempat bernaungnya, yang menjadi saksi perjuangan hidup Fatma dan kedua putrinya.
“ Baiklah jika kalian ingin di sini dulu, besok pagi-pagi selepas sholat subuh ustad akan jemput kalian.”
Ustad Hasan berpamitan dan pulang bersama istrinya, sebelum pergi Ia menitipkan Naima dan Nayara pada Bu Ani yang rumahnya berdekatan dengan rumah Fatma.
**
Malam mulai larut Naima dan Nayara masih belum terlelap tidur mereka menatap ke arah jendela yang tak tertutup tirai, Nayara sengaja membukanya karena Ia ingin melihat ke arah luar memandang bulan sabit. Inilah yang sering dilakukan ibunya saat malam tiba, menatap dalam pada rembulan.
“ Nay, ayo tidur, ini sudah malam!”
Naima memegang tangan adiknya dan membawanya untuk berbaring di ranjang kecil dengan kasur yang sudah lepek, sebelumnya ia menutup terlebih dahulu jendela kamar dengan kain bekas seprai yang sudah bladus dan terlihat ada bolong di sisi kiri.
Mereka berbaring bersama Sambil menatap atap rumahnya, berusaha untuk memejemkan mata tetap saja tidak bisa, bayangan sang ibu masih terlintas dalam pikiran mereka.
“ Kak Ima, apa ibu sudah berjumpa dengan ayah di sana?”
Nayara mulai berbicara kembali karena selepas pulang dari pemakaman Ia terdiam.
“ Hmm… tentu saja pasti ayah sudah menyambut ibu!”
Naima tersenyum Sambil membalikan tubuhnya menghadap sang adik.
“ Apa ibu akan Bahagia di sana? Ibu tidak akan sakit lagi di sana?” Naya menatap sang kaka yang sedang menatapnya.
“ Naya Ibu Bahagia di sana , tapi ibu tidak akan tenang jika Naya bersedih , kita harus mengikhlaskan ibu agar ibu tenang di sana, Allah akan menjaganya, kita doakan agar ibu Di ampuni segala dosanya dan memdapatkan surga, Aamiin."
Naima menghapus airmata di pipi adiknya.
“ Kak, apa boleh untuk malam ini saja izinkan Naya menangis Naya sudah tidak bisa menahan lagi, air mata turun terus meski aku melarangnya.”
Mendengar permintaan adiknya dengan mata yang sudah berembun sekali kedip air matanya akan terjatuh, hal itu membuat naima ikut menangis susah payah Ia membentengi diri untuk janga kembali bersedih tapi ternyata pertahannya roboh air matanya jatuh membasahi pipi putihnya.
Kedua kaka beradik itu saling memeluk, merasakan rasa sakit dan kerinduan pada sang ibu yang telah berpulang.
Maaf ibu untuk malam ini kami menangis, mengingatmu….
Ibu kuatkan kami untuk menghadapi hari-hari kami tanpamu
Ibu kami sayang ibu
Terima kasih untuk semua pengorbanan yang ibu berikan
Dalam lelahmu kau tetap berdiri untuk kami anak-anakmu
Ibu hanya doa yang akan kami langitkan untukmu
Semoga Allah memberikan surga untuk ibu …
Ibu yang tenang di sana kami berjanji akan kuat dan sabar melewati semua ini seperti ibu yang sabar dan tawakal mengadapi segala cobaan.
**
Setelah menunaikan Ibadah sholat subuh Ustad Hasan dan istrinya datang kembali untuk menjemput Naima dan Nayara.
“ Assalamualaikum.”
“ Waalaikumsalam Ustad.” Naima dan Nayara menyalami Ustad Hasan dan Ibu Aisyah
“ Kalian sudah bersiap?” Bu Aisyah menghampiri Nayara dan Naima sambil berjongkok mensejajarkan dengan tubuhnya Nayara.
“ Sudah Bu , Ustad, kami tidak ada barang lain hanya ini yang kami bawa.”
Naima menunjukan satu kantung keresek hitam berisi pakaiannya dan Nayara.
Melihat itu Aisyah menitikan air matanya , sungguh malang sekali kedua anak yatim piatu ini masih kecil harus kehilangan kedua orang tuanya tanpa ada kerabat yang peduli.
ia merasa bersyukur bisa merawat Naima dan Nayara. Ia berjanji akan memperlakukan mereka seperti anakanya sendiri karena sesungguhnya Rasullulah memerintahkan umat muslimin untuk menyayangi anak yatim.
Al quran secara tegas mengatakan anak yatim adalah sosok yang harus dikasihani, dipelihara dan diperhatikan.
“ Orang-orang yang memelihara anak yatim di antara umat muslimin, memberikan mereka makan dan minum, pasti Allah memasukannya ke dalam surga, kecuai ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Dara
Sedih banget ceritanya , salam kenal kaka
2024-10-12
0
Sukhana Ana Lestari
Semoga Allah meridhoi niat baik ustadz Hasan & istri dan Allah cukupkan rizqinya memberkahinya.. karena suatu kemuliaan memelihara anak yatim..
untuk othor matur nuwun upnya.. 🙏🙏
ttp.sehat serta semangat.. 💗💗💗💗
2023-03-23
2
Noor hidayati
semoga kebaikan keluarga ustad mendapat balasan dari ALLAH SWT karena peduli dengan anak yatim piatu
2023-03-23
1