Hari pun telah berganti dan Wileen pun kembali ke rutinitasnya. Dia tampak seperti orang tanpa beban, padahal dia memendam kesedihan sendiri. Bahkan wajah cantiknya dan senyumnya yang sangat manis mampu menipu semua orang. Padahal kemarin, dia menangis seharian penuh, namun dia tetap terlihat segar hari ini. Mungkin juga karena tipuan make up yang mampu menyamarkan mata sembabnya akibat terlalu lama menangis.
"Akhirnya princess keluar dari kamar," ucap managernya sekaligus sahabatnya.
"Apa agenda hari ini?"
"Hanya pemotretan."
"Pemotretan? apa menggunakan jasa photographer yang aku inginkan kemarin?"
"Sorry, sepertinya kita belum beruntung karena photographer yang kamu maksud belum ada jadwal kosong alias padat."
"Sesibuk itukah dia? by the way siapa nama photographer itu? soalnya aku belum sempat melihatnya ataupun berkenalan. Sumpah hasil karyanya keren banget dan usahakan dia mau bekerjasama dengan kita," ucap Wileen
"Emmm, aku sempat gak sengaja bertabrakan saat lo jumpa fans tempo hari. Menurutku dia sangat familiar deh, kalau dilihat dari segi fisik, dia seperti ciri-ciri fisiknya Albern."
Wileen langsung reflek, hingga gelas di tangannya mendadak jatuh di lantai dan pecah, ketika mendengar nama Albern. Hal itu membuat Sania sahabat sekaligus managernya mendadak mengkhawatirkan kondisi Wileen.
Sania lupa bahwa Wileen selalu sensitif jika membahas soal Albern. Dia juga lupa bahwa kemarin adalah hari ulang tahun Albern dan yang membuat sahabatnya ini selalu bersikap aneh di bulan dan hari yang sama.
"Wil, sorry gue gak bermaksud
"Enggak, gue gak papa kok! apakah dia Albern, San?" tanya Wileen antusias.
"Gua gak sepenuhnya yakin, sih! waktu itu sepertinya dia sedang terburu-buru. Tetapi gua juga sempat bertanya apakah dia Albern, dengan cepat dia menjawab gua salah orang," ujar Sania membuat harapan Wileen pupus.
"Jangan sedih begitu dong, Wil! semangat, gua yakin Albern masih hidup dan dia bakalan senang lihat elo selalu happy."
"Gua butuh dia, San! gua pengen banget ketemu dia, gue kangen sama dia, gue juga pengen bertanya kepadanya, kenapa dia pergi begitu saja tanpa pamit dan memberi kabar kepadaku, apa aku menyakitinya? atau ada hal lain yang aku tidak ketahui tentangnya? aku ingin bertemu denganya meskipun hanya satu jam."
"Cup, cup! udah jangan nangis, semangat karena bentar lagi elo ada jadwal pemotretan. Elo tenang saja, jika gua mendengar kabar atau mengetahui keberada'anya, pasti gua bakalan ngasih tahu ke elo, Wil."
Willen mengangguk pasrah, sebenarnya dia lelah dengan harapanya selama ini. Namun dia tetap yakin bahwa sahabat terbaiknya akan kembali kepadanya suatu saat nanti.
"Gue boleh minta nomer handphone photographer itu, gak? atau facebook, instagram, twitter dan lainya?"
"Nggak punya! gue aja kemarin nanyain lewat teman dia yang profesinya sebagai wartawan."
"Gimana sih, elo! cari tahu lah, di mana kantornya dan apa nama kantornya."
"Ya, nanti gua cari tahu! lupakan soal Albern sejenak, sekarang kita berangkat sebelum jalanan macet." ucap Sania.
"Ah lo benar, baiklah ayo kita segera berangkat," ajak Wileen.
Wileen pun beranjak dari duduknya, sebelum berangkat dia meminta tolong kepada asisten rumah tangga di rumahnya untuk membersihkan pecahan gelas di lantai karena ulahnya tadi. Wileen segera memasuki mobilnya bersama Sania.
Ketika Wileen dan Sania baru tiba di lokasi pemotretan. Saat itu pula Albern baru saja keluar dari lift. Albern tidak menyangka bakalan di pertemukan kembali dengan Wileen. Mata lelaki itu fokus menatap ke arah Wileen dan Sania yang sedang melangkah menghampirinya. Tidak, lebih tepatnya mereka melangkah menuju lift. Tujuan Wileen dan Sania jelas bukan menujunya melainkan tujuan mereka adalah lift.
Albern segera melangkah menjauhi lift, di balik tembok yang mampu menutupi dirinya, Albern melihat ada yang berbeda dari diri Wileen. Ya, Albern masih hafal betul, saat saat Wileen benar benar bahagia atau sedang pura pura bahagia.
Yang dilihat Albern, mata Wileen memancarkan beribu kesedihan. Ingin rasanya memeluknya saat ini, namun rasanya ada sesuatu yang membuat kakinya enggan melangkah. Ditambah lagi tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengalihkan fokusnya.
Wileen nampak tersenyum dan senyum itu di yakini Albern bukan untuk dirinya melainkan Sain.
"Sain, kau datang kesini juga?"
Albern langsung melihat seorang pria yang tersenyum sangat manis dan menghampiri Wileen.
"Aku akan selalu menyempatkan waktu untuk mensuportmu," ucap Sain, membuat Sania memutar kedua bola matanya karena jengah.
Jujur, selama ini Sania tidak setuju di saat Wileen berpacaran dengan Sain. Sania lebih suka Wileen bersama Albern. Namun sayangnya Albern pergi dan membuat Sain mempunyai kesempatan besar untuk menguasai Wileen.
Di saat Wileen dan Sain putus, Sania sangat bahagia karena akhirnya sahabatnya bisa terlepas dari Sain. Bagi Sania, Sain terlalu perfectionis dan membuat Wileen selalu tampil sebagai orang lain. Berbeda di saat Wileen bersama Albern, Wileen selalu menjadi dirinya sendiri karena Albern sendiri orangnya juga apa adanya.
Mereka bertiga pun akhirnya memasuki lift menuju ruang pemotretan. Sania sempat melihat Albern, di saat pintu lift mulai tertutup. Ingin rasanya Sania memberitahu Wileen, tetapi ada Sain di antara mereka.
Ketika Wileen dan Sain asik mengobrol, di saat itu pula Sania masih kepikiran sosok lelaki yang sama seperti photographer yang menabrak dirinya tempo hari. Sania masih penasaran, karena photographer itu terlihat sangat aneh. Dia bertekad akan mengorek informasi tentang photografer itu. Sania berharap dugaan dan kecurigaanya benar, bahwa pria itu adalah Albern.
Sepanjang waktu pemotretan, Sain tetap setia menunggu hingga pemotretan Wileen selesai. Pria itu tidak henti-hentinya memandang ke arah Wileen. Berbeda dengan Sania yang sedari tadi ingin rasanya menyuruh Sain pergi.
Sania sudah lelah ditanya sana sini soal kedekatan Wileen dan Sain yang dianggap balikan dan memilih menutupi hubunganya dari public. Padahal faktanya memang Wileen saat ini masih jomblo.
Wileen beranjak menemui Sain, sebenarnya Wileen juga merasa risih, namun dia tidak enak jika harus meminta Sain pergi.
"Astaga, kok lo masih di sini, San?" tanya Wileen.
"Kan gua nungguin elo sekalian ngajakin sarapan sekaligus makan siang bareng."
"What? jadi elo belum sarapan? kebiasaan lama tidak pernah berubah, bagaimana kalau elo entar sakit?" Wileen mengomeli Sain.
"Bagus dong! kalau aku sakit kan ada perawat cantik yang akan merawatku," ucap Sain mengedipkan matanya menggoda Wileen.
Wileen berdecit setelah mendengar ucapan Sain yang menurutnya akan mengarah kepada masalalu mereka. Selama ini Wileen memang sudah move on dari Sain. Namun sebaliknya Sain belum bisa move on dari Wileen.
"Elo memang pandai memanfaatkanku, Sain," ucap Wileen lalu melangkah mengambil tas sekaligus mengajak Sania agar ikut dengan nya.
Wileen tidak akan mau pergi hanya berdua bersama Sain. Pasti akan banyak berita di luaran sana yang meliput dirinya dan Sain. Apa lagi akhir akhir ini banyak media yang memberitakan dirinya dan Sain memiliki hubungan yang sengaja tidak di publikasi.
Tanpa Wileen sadari, Albern sedari tadi juga ada di ruangan yang sama. Albern juga memperhatikan dari mulai pemotretan hingga Wileen, Sania dan Sain pergi bersama meninggalkan lokasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Metta Mo
kalo perawatnya cantik, jadi rela sakit gitu? sungguh konsep yang di luar Nurul.. 🤣🤣🤣
2023-06-28
0
Putra Al - Bantani
lanjut tor..
jangan lupa ya mampir juga ya di karya Novel saya
2023-06-02
0
Melati Indah
lanjut tor
2023-05-11
0