Entah kenapa siang ini langit begitu cerah, namun tidak secerah jiwa-jiwa jomblo sepertiku. Bisa dibilang, aku ini kurang support system.
Jofan sahabatku hari ini juga libur, rencananya dia akan mengajakku bertemu di sebuah cafe tongkrongan terbaru para cowok-cowok jomblo. Ya, apalagi kegiatan para cowok-cowok jomblo kalau bukan nongkrong bareng dengan semasa jomblo.
Satu minggu aku menetap di Indonesia, entah aku harus kembali ke inggris atau selamanya menetap di Indonesia.
Semenjak pertemuanku kembali dengan Wileen tempo hari, seperti ada sesuatu yang tak kasat mata, melarangku untuk tidak kembali ke Inggris. Apakah ini merupakan sebuah feeling atau mungkin hanya overconfident.
Mobilku melaju begitu santai, untuk apa terlalu terburu-buru kalau tujuannya hanya nongkrong. Toh, jarak cafe dari apartemenku tidak begitu jauh dan tidak banyak memakan waktu. Hingga tibalah aku di sebuah cafe, di mana nampak teman-temanku telah berkumpul di sana.
"Tuh, yang di tunggu-tunggu akhirnya nongol, si ganteng yang tak laku-laku," teriak Jofan begitu hebohnya, membuat para pengunjung mengalihkan pandangannya ke arah Albern.
"Woy, bro! apa kabar? betah banget di negeri orang, sudah pernah gebet cewek-cewek di sana, belum?" tanya Dion.
"Elo nanya, ion? ya jelas belum pastinya, mana mungkin si jomblo gagal move on yang satu ini bisa gebet bule-bule di sana, sedangkan hati dan pikirannya masih nyangkut di Wileen," sahut Jofan.
"Astaga! si Wileen model sekaligus Author novel terkenal, itu?" tanya Dion.
"Hmmm, siapa lagi kalau bukan dia," jawab Jofan.
"Sudah-sudah! kalian menyuruhku kesini apa hanya untuk ghibahin aku secara langsung?" sahut Albern, semua teman-temanya pun tertawa karena baru sadar ada Albern yang memperhatikan mereka bertiga.
"Eh, tunggu dulu! bukanlah si Wileen pacarnya Sain, ya?" tanya Bian.
"Mereka sudah putus lama, hanya saja si Sain mepetin si Wileen terus menerus. Gua saja sampai enek liatin dia yang selalu ada di setiap event si Wileen," ucap Jofan.
"Elo sih, Al! kalau elo nggak pergi, pasti si Sain gak akan dapat peluang untuk mepetin Wileen. Kalau cinta perjuangin, jangan malah di ghostingin, Al," omel Dion.
"Udah, bisa diem gak sih kalian semua?" sahut Albern.
"Sumpah, Al! kisah percintaanmu kalau di bikin novel bakalan laku keras," ucap Dion belum juga ingin diam.
Albern memutar kedua bola matanya karena merasa jengah mendengar mulut sahabat-sahabatnya yang terlalu bawel.
"Udah, bawelnya?"
"Aku nggak bawel, mblo! justru aku peduli dengan nasib sahabatku yang betah ngejomblo hanya gara-gara gagal move on pada satu wanita," jawab Dion.
"Peduli? peduli lindungi maksud elo? udah punya gua. Kan sebelum ke Indonesia, gua sudah instal aplikasinya di playstore," ucap Albern, ngeles.
Jofan dan Dion mendengus kesal, karena sahabatnya yang satu ini selalu ngeles jika membahas soal Wileen.
"Lagian, ya! asal elo tahu bahwa cinta itu harus diperjuangkan, mblo. Kalau sudah menyangkut masalah hati dan perasaan susah ngobatinya. contoh nyata seperti kamu, udah parah banget penyakit percintaanmu," ucap Bian tak kalah heboh.
"Tahu apa kamu soal cinta? apa bedanya kamu sama aku? jomblo teriak jomblo."
"Sorry! status gue emang jomblo di depan public, tetapi gua punya gebetan di real life," jawab Bian membela diri.
"Sudah-sudah, duduk, Al! kamu mau minum dan makan apa? jangan bilang makan hati, soalnya di cafe ini gak ada menu hati," ledek Dion.
"Kalian kalau tidak bisa diam, gue beneran balik lagi ke apartemen," tegurnya.
Sungguh menyebalkan, ketiga temanku kompak mengolok-olok status jombloku. Kalau tahu akan seperti ini, lebih baik rebahan di apartemen akan jauh lebih baik.
Setiap orang mempunyai kisah masa lalu, begitupun denganku. Semakin lama kita menjalin hubungan dengan seseorang, maka semakin banyak kenangan-kenangan yang tidak semudah itu bisa dilupakan. Terlebih orang itu adalah sahabat kita sendiri. Orang yang pernah berbagi baik suka maupun duka.
Kita tidak akan pernah lepas dari sesuatu hal, jika kita sendiri tidak ingin melepasnya dan itu aku tahu. Meskipun dalam diam cinta ini tidak pudar untuknya.
"Wah, panjang umur nih! baru juga kita bicarakan, asisten Wileen menghubungiku," ucap Jofan, mengalihkan fokusku.
Tentu aku penasaran, ada hal apa sehingga asisten Wileen menghubunginya. Bahkan mendengar namanya saja, membuatku penasaran, apa lagi untuk melakukannya di dalam hidupku.
"Al, menurut info dari asistenya si Wileen, katanya si Wileen ingin berkenalan denganmu."
Seketika minuman yang baru saja kureguk, kusemburkan lagi ke luar sanking kagetnya hingga mengenai kaos Dion.
"Mau apa dia ingin berkenalan denganku?"
"Dia menyukai hasil karyamu, kata asistenya, photo-photonya terlihat bagus dan dia ingin kamu menjadi photographer pelanggannya," ujar Jofan.
Lagi-lagi ucapan Jofan membuatku tersentak, bagaimana mungkin aku menjadi photographer pelanggannya. Bahkan sampai saat ini aku masih sembunyi-sembunyi darinya.
"Al, gimana? mau, gak?"
"Tolak saja! gua belum siap," ujarku.
"Yah, terus gua harus ngomong gimana, dong?" tanya Jofan.
"Bilang saja jadwalku masih padat, belum ada waktu kalau untuk menjadi photographer pelanggannya."
"Yaelah, kan tidak tiap hari, Al! alasanmu gak masuk akal banget."
"Terus menurutmu aku mesti bagaimana? menerima dan semakin nyesek di hati setiap kali berada di dekatnya. Apa lagi Wileen pasti mengenalku seandainya kami keseringan ketemu, bukan?"
"Nyamar, Al," saran dari Dion.
"Mau menyamar dalam bentuk apapun, dia pasti mengenalku. Kami bukan berteman satu dua tahun, tetapi kami sudah berteman sejak kecil, pasti Wileen mengenalku apa lagi suaraku."
"Kamu kan bisa pura-pura bisu, udah lah terima saja, lumayan kalau kangen bisa sering ketemu," sahut Bian.
"Bener kata Bian, terima saja Al," timpal Dion lagi.
"Diam semua, aku sudah menyetujuinya dan artinya siap gak siap kamu harus datang setiap kali Wileen membutuhkan jasamu dan aku sudah mengirim nomor teleponmu kepadanya," ucap Jofan lancang.
"Wah gila, lo emang teman sialan, Jo," ucapku, dan ketiga temanku malah semakin menertawakanku.
Entahlah, apa yang harus ku lakukan dengan tindakan gegabah teman-temanku, sehingga membuatku terjebak dalam situasi yang seharusnya aku hindari. Bagaimana caraku menghadapi Wileen, sungguh aku belum siap dengan semua ini.
"Nggak usah bingung, Al! justru ini kesempatan elo untuk mendekatkan kembali diri elo pada Wileen. Ingat tulisan elo sendiri di buku harian elo, bahwa kita tidak akan tahu akhir kisah cinta seseorang," ucap Jofan.
"Sialan elo, Fan! elo baca buku harian gue?" protesku.
"Gak sengaja sedikit dan hanya itu doang yang ku baca," jawabnya cengengesan.
"Sialan, lo! itu privasi gua," ucapku masih tidak terima.
"Sudah lah, lagian lo tuh cowok, ngapain nulis beban hidup di buku harian? makanya kalau cinta tuh, ungkapin langsung ke orangnya, bukan malah terus-terusan menghindar," timpalnya.
"Happy birthday to you,,,happy birthday to you,,,happy birthday to you, Albern,,,happy birthday to you."
"Happy birthday, bro! udah, nggak usah galau lagi. Semoga kedepanya ello makin sukses dalam karir dan juga percintaan," ucap Dion yang tiba-tiba menghilang dan ternyata memberi kejutan ulang tahun untukku.
Disusul kedua temanku yang lain yaitu Jofan dan Bian tak kalah, juga mengucapkan ucapan selamat serta doa untukku.
Aku pun tidak menyangka, setelah sedari tadi mereka membuatku kesal. Ternyata mereka memang merencanakan untuk membuat pesta kejutan ulang tahun untukku.
Aku senang karena mereka adalah sahabat-sahabatku yang ternyata masih mengingat hari lahirku. Andaikan waktu bisa ku putar kembali, satu sahabat wanita yang selalu ada di momen seperti ini adalah Wileen. Entah kenapa, lagi-lagi moment ini mengingatkanku pada lima tahun yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Metta Mo
gagal move on? ya Alloh, kasian amat idup lu tong.. 😂😂
2023-06-19
0
Putra Al - Bantani
karyanya bagus
2023-06-01
0
lyns_marlyn
wkwkwk kasihan
2023-05-31
0