Setelah dapat gelang yang terbuat dari batu batu yang bentuknya tak beraturan kecil-kecil dan merah kecoklatan.
Aku masih sering berpikir ini untuk apa fungsinya kenapa di kasih ke aku.
Suara ketukan diatas mejaku.
"Bengong Liel, ini makanan makan juga lah." Aku tersenyum ikut gabung makan bersama dengan Rini dan lainnya.
Saat duduk di samping Nia aku hanya diam dan pura-pura tak melihat apapun, juga percuma diam saja aku terus di ajak ngobrol aneh-aneh.
Gara-gara gelang ini aku jadi bisa lihat mereka semua, memangnya benar mereka gak sadar aku liatin kalo aku pake gelang ini.
****
Jam di tanganku udah tepat waktu pulang sekarang bukan lagi waktunya bingung cara pulang kerumah nenek tapi, kenapa kalo jam lima sore puskesmas Anpasar bener-bener menyeramkan.
"Lihat apa?" Tanya seseorang membuatku kaget.
Tendang sepatunya dengan kakiku yang sudah sangat kesal. Dia menatap aneh.
"Saking kesalnya?" Tanyanya. Matanya membulat alisnya yang sebelah terangkat, ekspresinya terheran heran.
"Maaf pak, sengaja." Kataku lalu keluar dari depan pintu lobi Puskesmas.
"Liel... Liel..." terdengar geli suaranya memanggil namaku. Tak perduli dengan kegeliannya itu aku lebih dulu keluar dari teras menuruni tangga teras puskesmas sebelum ia mengejekku lagi, ah iya aku lupa sekarang mataku berbeda dari sebelumnya.
Baru sadar kan kalo mata ini gak bisa kayak semula yang mahluk itu gak keliatan, baru ingat!
Gelang ini, Iya gelang yang membuat hariku berubah drastis dari beberapa jam lalu, Aku harus melepasnya sekarang, aku berusaha menariknya untuk lepas dari pergelangan tanganku, sulit sekali!
"Hiiihkkk His!"
"Jika kamu berusaha melepaskannya itu akan mengubah nya lebih buruk, kamu tidak akan kembali seperti semula, lebih baik biarkan dulu sampai itu lepas sendiri." Suara itu lagi-lagi membuatku kaget dan aku harus bisa menyusaikannya, rekan kerja dengan dokter Azzure sangat buruk.
Dokter aneh itu berjalan mendahuluiku setelah bicara.
Ia sudah masuk ke mobilnya.
*****
Kami kembali dalam satu mobil diantarnya sampai depan rumah nenek dan itu di lihat beberapa tetangga dan orang lewat yang merasa ini harus mereka lihat.
"Makasih pak." Kataku dengan sopan aku juga harus cari cara agar gelang ini lepas, aku tidak nyaman bisa melihat mereka yang tidak bisa ku lihat.
"Ingat besok pagi." Katanya lalu menutup kaca mobil dan pergi setelahnya. Aku kembali pulang kerumah nenek, berbalik badan menjauhi tempat aku di turunkan dari mobil ya, mengistirahatkan badan ini sekarang.
"Liel langsung mandi ya ndok." Kata nenek yang aku balas halus iya dan segera mandi.
Pukul sembilan malam pesan masuk dengan suara getar. Ternyata Dokter Azzure.
"Jarum pentul kamu ketinggalan di jok mobil saya." Katanya sambil mengirim foto bukti jarum itu tertancap di sana.
"Lah iya, maaf pak.. besok ajalah." Kata ku lalu menutup aplikasi pesan singkat, kembali pada kesibukan membaca novel yang sudah aku unduh tadi.
Di tempat aku terbaring santai ini adalah kamar ibu dan kamar Adik ibu.
Saat menarik nafas dan mulai terpejam dengan tenang suara jeritan kencang membuatku kaget sekali, dan itu suara siapa.
Jendela kamar ku dekat dengan rumah tetangga di batasi halaman selebar bahu orang laki-laki dewasa dan pagar bambu, jika di buka langsung melihat halaman samping yang juga itu adalah kamar tetangga yang jendelanya bisa untuk saling menyapa. Tetangga sebelah sangat ramai ada banyak suara disana, orang-orang dirumah sebelah nenek ini sedang apa ya? Dekat kamar aku tempatin di sebelah ini adalah rumah tetangga yang pagi tadi memberikan pisang goreng.
Suara pesan masuk dan getaran tak henti.
Ternyata telpon masuk.
"Halo?"
"Liel, kamu dimana?"
"Rumah lah kenapa pak?" Aku bingung kenapa dia nelpon aneh.
"Kunci semua pintu kamu harus sama nenekmu sekarang jangan keluar kalo belum pagi." Katanya dengan suara tegas dan sedikit terdengar terburu-buru.
"Oh iyaa pak, saya langsung tutup semuanya."
Sambil memeriksa semuanya dan ternyata nenek sudah tidur di kamar aku mendekat untuk melihatnya dengan baik.
"Huhff baik-baik aja."
Semua sudah terkunci rapat sekarang untuk tidur juga, bersamaan suara berisik di rumah sebelah.
****
Aku sudah siap tas milik ibu ini yang nenek buat sendiri dengan di jahit mesin sendiri lumayan bagus, aku akan pakai untuk menginap dengan Dokter Azzure di tempatnya kerja nanti.
Semua barang sudah ku bereskan.
Aku juga bawa beberapa lembar jilbab dan kerudung instan atau Hoddie dan dalaman jilbab. Juga jaket dan baju sopan ini tak banyak karena hanya hari jumat sabtu dan minggu.
Langkah kaki keluar rumah duduk di teras, sepatu yang ku bawa di taruh di samping kaki, hendak duduk di depan pintu seseorang bicara heboh tiba-tiba. Aku berpindah duduk di kursi lebar dari bambu ini bale-bale.
"Semalem mahluk itu dateng dan seperti biasa keluarga rumah ini pasti di datangi, tidak tau kenapa mereka terus, padahal ini rumah sudah berganti orang, terakhir yang tinggal sekarang itu lama menempatinya."
"Bapak nya kan kena sakit lama gak keluar rumah dari tahun baru kemarin kalo gak salah."
Aku sibuk memakai sepatu sambil menguping.
"Nek." Suara yang kukenal. Wah, Acara mengupingku selesai.
Semakin dekat suara langkahnya, aku juga mengangkat wajah melihat ke depan.
"Liel, Pak dokter dah dateng, tiga hari kan ya, jangan sampe aneh-aneh jangan jadi beban pak dokter ya." Nasehat nenek yang sangat baik akan Aku ingat dengan baik karena Dokter ini tak waras.
"Iya nek, pamit ya." Kataku.
Saat aku masuk dan duduk nyaman Dokter Azzure di hampiri warga dan diajak ke rumah sebelah. Aku penasaran ada apa dengan rumah sebelah nenek, sejak semalam masih heboh sekali kan.
Bahkan tetangga lain agak jauh masih merubung rumah itu, beberapa pulang.
Masih ramai sekali pikirku saat ikuti langkah Dokter Azzure masuk ke terasnya.
Aku mengikuti dokter Azzure dan sepertinya itu pak Rt. Aku ikuti lagi karena penasaran.
Ada apa ini!
"Heh, Liel!" Kaget nya melihatku yang hampir pingsan di sebelahnya.
Didepanku lemari kaca, pucat sekali wajahku?
Azzure menjauh dariku dan membisikkan sesuatu pada Pak rt.
Aku diam dan hanya mundur perlahan melihat laki-laki tua tak bernyawa dengan luka seperti tebasan benda tajam juga terlihat serangan hewan buas tapi, ini cakar yang besar.
"Ayo Liel." Ajaknya. Aku langsung sadar dan berhenti memperhatikan orang itu.
"Oh iya, Pak dokter Terimakasih saya kira semalam dia tidak masalah karena cuman terpeleset di kamar mandi, Mb Liel..." Kata Pak rt lalu menyapa ku sekalian.
Aku menatap Pak Rt yang tersenyum aneh.
Azzure yang pergi begitu saja tanpa menungguku, aku yang di tinggal bergegas ikut dia keluar rumah ini.
Didalam mobil aku diam saja rasnya mau muntah tapi, tidak juga.
"Minum air mu, siapa suruh kamu ikut saya masuk kedalam." Ngomel lagi Dokter ini.
Aku minum saja dulu.
"Ehem.. Saya pak, Saya juga penasaran dari semalem suaranya jeritan kenceng banget, untung nenek dan tidur pules."
Deheman nya sebagai balasan ucapanku.
"Saya juga langsung kunci semua pintu." Aku melaporkannya tanpa maksud jelas supaya di tanggapi.
"Semalam saya disana jam tiga subuh saya baru pulang dan kondisinya gak baik, mahluk... sudah lah."
Aku memiringkan badan dan menatapnya.
"Jangan tatap saya seperti itu, ambil jarum kamu simpan dengan baik, aku tidak mau jok mobil rusak karena kamu."
Mendecih mencari jarumnya.
Aku mau tau mahluk apa tapi, orang ini hanya bicara mahluk tanpa sadar.
Hobi buat orang penasaran ya dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments