The Monster

The Monster

Pindah tugas

Nama Gamaliela dalam kartu tanda pengenal dalam klip plastik yang tergantung dari pita biru terdapat juga wajah perempuan cantik dengan rambut sebahu, atau biasa di sebut tanda pengenal milik seorang berjenis perempuan itu tergantung di sebelah cermin dalam loker yang terbuka dan saat yang sama perempuan rambut sebahu dan wajahnya mirip dengan foto tanda pengenal itu tertoleh kepalanya ke samping, ia di panggil seorang perempuan juga dengan rambut di cepol dan pakaian perawat batik motif akar pohon, Perempuan yang di panggil tadi tanpa basa basi meraih tanda pengenal yang ternyata memang miliknya.

"Gamaliela di panggil bu ayu sekarang."

"Iya."

Berjalan cepat keluar ruang ganti sekaligus menutup pintu kamar jaga perawat dan juga kamar mes untuk perawat baru.

Langkah Liel memelan saat sudah sampai didepan ruangan Bu ayu.

"Jangan gugup..." ajak dirinya untuk tenang.

Suara pintu di ketuk dari luar.

Wanita tua dengan kaca mata bertengger di atas hidungnya dan rambut yang hampir pudar hitamnya. Cepolan nya pun masih terlihat rapi, karena masih pagi.

"Masuk." Ucap seorang wanita tua itu dan yang masuk setelah di persilakan adalah Liel.

Liel melangkah mendekat setelah di beri izin masuk.

Wanita tua tadi menatap Liel dengan tatapan tajam seperti biasa. Name tag di dada pakaian batiknya sedikit berkilau.

Ayu Anggrani.

Bu Ayu memberi isyarat tangan yang diarahkan ke kursi didepan meja kerjanya dan tak lupa sedikit tersenyum.

Liel duduk dan Bu Ayu juga duduk. Bu ayu mengambil beberapa map sambil melirik Liel dan mulai mengatakan.

"Bu Ayu manggil kamu untuk minta kamu pindah tugas, sebenarnya ini gak bisa di paksakan tapi, ini situasi yang darurat."

Liel mengangkat wajahnya menatap Bu ayu.

"Ya, Liel maaf sebelumnya setelah rapat dewan rumah sakit dan pertimbangan juga saya dan yang lainnya, Bu Maria meminta kamu di pindahkan ke puskesmas Anpasar. Awalnya ada dua puluh calon tapi, semua mundur karena kejadian sebelumnya. Sebenarnya sudah lebih dari setahun kejadian itu berlalu itu hanya mereka yang ceroboh, saya membukanya semua di hadapan kamu sekarang takut kamu kaget."

Setelah bercerita panjang lebar Liel menatap kasihan Bu ayu.

"Saya terima tugasnya bu."

Bu ayu tak enak hati mendekat dan memeluk Liel yang juga langsung berdiri menyambutnya. Setelah berpelukan saling menatap dengan tatapan keduanya berbeda walau pun sama-sama ada kesedihan di sana tapi, ada tatapan lainnya disana.

"Alangkah baiknya kamu tidak menerimanya tapi, jika ini tidak kamu terima memang saya yang harus pergi dari sini, karena dari awal Rumah sakit ini berdiri sampai sekarang ada hubungan yang memang harus di jalan kan sampai sekarang, kerja sama."

Liel mengerti dan tak akan memasang eskpresi yang bingung sedih ataupun tak mengerti.

"Iyaa bu saya gak masalah, walaupun harus beda dari harapan saya tempat kerja impian, saya gak papa."

Bu ayu tak bisa tak kecewa ataupun sedih, masalahnya tempat bahaya itu harus anak baik ini yang kesana dia belum menikah dan dia pasti mau melakukan hal menyenangkan disini tapi, Bu Maria pemilik sekaligus pimpinan disini menginginkan kinerja Liel ikut berperan di sana, di pindahkan ke Anpasar, di puskesmas.

"Makasih ya, dan ini semua halnya yang perlu..."

***

Liel menerima berkas uang upah dan juga tiket pesawat. Pulang dari rumah sakit Liel langsung ke bandara dan saat di ruang tunggu ini lah Liel menatap tak percaya, pandangannya mengarah keluar kaca dimana ia duduk dekat jendela kaca besar lantai tiga bandara.

Apa ini akan baik-baik aja. Pertanyaan dalam batinnya sebenarnya, Liel ragu tapi, nyaman.

Perasaan tidak nyaman apa ini. Tiba-tiba ada perasaan itu melihat salah satu pesawat datang dan terparkir.

Liel memang bukan anak dari keluarga biasa. Setelah ada libur ia pulang ke apartemen dimana sudah ia sewa agar tak pulang kerumah orang tuanya.

Harusnya ia diantarkan ke bandara tapi, Liel tak mengizinkan keluarganya dan tak mau ada hal sedih lagi pula ini hanya pekerjaan keluar kota.

Liel dengan mandirinya harus bisa sekarang.

Asik bicara dalam hati dan menghayal dengan imajinasinya.

Tiba-tiba terdengar suara pengeras di bandara jika pesawat yang akan lepas landas memiliki tujuan bandara Sidia dan kota Sidia.

Segera Liel bergegas mengikuti penumpang lainnya yang hanya sedikit yang pergi ke kota itu.

Mungkin memang kota yang tak terlalu banyak peminatnya.

Liel duduk di kursi sesuai dengan nomor kursi di tiket nya duduk dengan tenang dan menunggu sampai pesawat lepas landas.

Membuka buku novel tentang Sisi gelap penguasa Anpazarale.

Ia baru membaca sebentar dan mungkin akan menikmatinya di perjalanan ini.

Seseorang dengan mata menatap keluar jendela pesawat, duduk tepat di kursi sebrang Liel menatap dengan tatapan mata merahnya.

"Debaran ini dan bau harumnya, Aku menemukanmu."

Penerbangan yang singkat dan berakhir Liel di bandara Sidia.

Sampai di bandara Sidia, berjalan keluar pesawat menyeret koper dan tas yang ia bawa tak jauh dari sana tangga mengarah ke atas.

Liel berjalan kesulitan sendiri dengan barangnya sampai akhirnya keluar dan menunggu di parkiran depan lobi.

Sebuah motor dan wanita pengendaranya mendekati Liel.

"Lama ya.. tante?"

"Enggak tan aku juga barusan sampe." Liel membantu tante menaikan semua barangnya ke atas motornya dan berangkat pergi dari bandara.

Setelah menjauhnya Liel dari sana.

Seseorang melirik menatapnya dari kaca mata hitamnya.

"Jalan pak." Katanya dan sopir taksi bandara itu langsung melajukan mobilnya pergi.

Liel yang duduk diatas motor yang bergerak terus memasuki alun-alun kota Sidia.

Liel tak tahu ini perasaan apa tapi, saat masuk ke wilayah alun-alun, rasanya tak nyaman dan gugup sekali.

"Liel kamu yang dulu sama sekarang udah beda ya, tante hampir pangling lo."

"Healah Tante nih apa lah, yo gak juga lah sama aja Liel tu."

Tante Aminah terkekeh.

"Terakhir kamu ke Anpasar kan Sma dan sekarang ke Anpasar lagi buat tugas di puskesmas. Tante saranin aja kmu kudu dengerin baik-baik apa yang nenek mu nasehatin, ya."

"Iyaa tante, Liel paham."

Tante Aminah tiba-tiba menyinggung masalah orang kesehatan yang pindah ke Anpasar dengan masalah yang di hadapi, sampai harus pulang nyawanya saja.

"Itu kenapa?"

"Mereka orang pendatang dan gak boleh sembarangan di tempat asing makanya tante bilangin kamu."

Liel mengangguk.

Menyeramkan semuanya tak ada cerita baiknya raut wajah Liel yang tadinya sedih karena pindah tugas berubah ceria saat sudah sampai bandara tapi, Tante nya malah menceritakan kejadian yang amat sangat Liel gak suka.

"Kalo masuk hutan Anpasar dan sendiri usahain jangan pernah berhenti."

"Kamu baru pindah sehari tapi, bau harumnya gak bisa di tutupi."

Harum apa?

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!