The Monster

The Monster

Pindah tugas

Sesaat setelah kabar itu aku dapatkan. Aku pindah tugas ke puskesmas Anpasar, ini bukan keinginan ku yang padahal aku tak suka dengan puskesmas.

Ada pengalaman tidak bisa di jelaskan karena puskesmas Anpasar itu sangat menyeramkan dari cerita Bu ayu saat aku menerima perintah pindah dengan upah yang sama bekerja di rumah sakit.

Banyak cerita horor sampai pembunuhan perawat yang juga mendapatkan tugas di kirim ke puskesmas itu.

"Heh! Ngelamun." Sampai Bule didepanku. Aku menunggu Bule di depan parkiran bandara dekat dengan kantin parkiran.

"Apa kamu punya pikiran buat berhenti sekarang?"Pertanyaan Bule membuatku menggeleng cepat tersenyum langsung.

"Enggak bule aku cuman kepikiran aja apa masih sama, puskesmas Anpasar itu?" Bule tersenyum dan meminta ku naik kemotornya segera. Aku menurut saja.

Aku menikmati pemandangan diatas motor yang di kendarai Bule diatas jalanan aspal yang mulus.

"Apa pun yang ada nanti kamu harus yakin kamu bisa bertahan, Bule udah melarang ibu mu tapi, ibumu percaya kamu bisa." Matanya memperlihatkan kekhawatiran.

Aku tersenyum di kaca spion yang mungkin Bule bisa melihatnya. Bule adalah paling muda diantara anak nenek fatimah, nenekku. Aku adalah putri dari anak pertamanya, ya ibuku adalah anak pertamanya, Aku Gamaliela biasa di panggil Liel atau Gama tapi, panggilan Gama biasanya di panggil untuk panggilan laki-laki, tapi aku membiarkan jika masih ada yang memanggilku seperti itu.

Kebiasaan seseorang yang dekat denganku sangat sulit berubah jika bukan dari kemaunnya sendiri.

Sampai sekarang aku harus menegaskan kalo aku maunya di panggil Liel bukan Gamma.

"Apa yang mau kamu lakukan sekarang? Bule harap kamu udah izin karena dulu Puskesmas itu berdiri diatas tanah terlarang, sampai sekarang mereka tetap aman, ya sepertinya begitu." Kata-kata bule membuatku kembali berpikir banyak dengan banyak kemungkinan aku sangat takut dan aku seorang yang penakut. Pemindahan tugas itu sangat menyebalkan pikirku.

*****

Sampai di rumah nenek aku langsung masuk mengikuti Bule sempat melihat situasi desa yang hampir modern karena sudah ada beberapa rumah besar berdiri disini tapi, itu seperti Vila bukan rumah yang sering di tinggali pemiliknya.

"Liel.. Masuk ndok duduk dulu." Nenek menariku pelan dan langsung aku di berikan teh manis juga pisang rebus yang sudah di sedikan diatas tikar dan ada kipas angin menyala di sana. Sepertinya sudah di siapkan saat aku sudah dekat dengan Desa, nenek memang baik dalam memperkirakan sesuatu, yah ini insting yang tajam.

Makanan ini sangat sehat menurutku, pisang rebus dan mungkin karena aku lapar, aku makan tanpa disuruh.

Nenek dan Bule memperhatikan aku makan tanpa disuruh.

"Laper mungkin bu dia juga capek dapet kabar buat pindah pagi siang berangkat trus baru aja sampe pindah langsung suruh berangkat kerja juga besok pagi."

Aku merasa malu tau di jadikan bahan obrolan nenek dan Bule sendiri padahal itu tak masalah.

Keduanya memperhatikanku yang makan dengan lahap.

"Maaf Nek, laper Liel." Kataku malu-malu, di senyumi dan di tertawai Nenek bersamaan dengan Bule.

"Gak papalah, Nenek sengaja buat banyak, takut kamu laper banget kan kamu jarang makan banyak, ibu kamu bilang kamu susah makan, kan."

Aku yang diam saja tiba-tiba Bule mengatakan untuk pamit pulang lebih dulu.

Ya memang harus lebih cepat, Desa Anpasar tidak bisa keluar saat malam jika itu perempuan yang sedang dalam masa datang bulannya. Tidak tau apa arti larangan itu untuk para wanita atau gadis di desa ini tapi, ibu selalu mengulang nasehatnya untuk tetap ingat apa yang di larang dan patuhi dimana pun tempat aku berada walau hanya sekedar singgah.

Melihat Bule bangkit dari duduknya aku langsung menyalami.

"Sudah dulu ya, Bule kan cuman jemput Liel trus anter ke rumah Nenek dari bandara, anak Bule mau ada acara nanti." Katanya menatapku yang sudah selesai makan.

Aku mengangguk aja, "iyaa makasih ya bule." Kataku dan di balas senyuman.

Bule yang pergi keluar rumah di antar nenek sampai pintu depan, Aku kembali dengan teh hangat manis dan melihat ponsel yang menyala dengan layar terus berputar lingkaran di atas notifnya, sinyal yang sedikit dan tipis sekali.

"susah sinyal!" Kesalku.

Nenek datang lagi masuk setelah menutup pintu, menghampiriku.

"Liel habiskan nanti langsung istirahat ya, besok langsung masuk kerja?"

"Eh iya nek."

Aku akan masuk untuk pertama kali dan ini benar-benar tidak memiliki niat. Apa niatku berubah ya, aku jadi mau saja datang ke sana. Sudahlah itu juga bukan perang untuk apa takut mati, jika memang perang usahakan jangan sampai mati.

****

Pagi tiba aku bersiap dengan segala halnya dan kebutuhanku dengan cepat sebelum setengah tujuh pagi. Saat setengah tujuh lebih lima menit aku mempercepat langkahku pergi dari rumah nenek.

Jalan kaki yang jauh tapi, ini lebih baik karena banyak orang-orang pergi ke ladang dengan membawa peralatan dan berjalan kaki sama sepertiku.

Suara kelakson mobil terdengar.

Aku tak mau menoleh sapa tau aku bukan orang yang di kelaksonnya itu, malu kalo sampai benar-benar menoleh, aku harus cepat sampai ke puskesmas.

Akhirnya sebentar lagi sampai dan saat sudah di depan jalan raya aku kebingungan di mana puskesmasnya.

"Gamaliela?" Panggilnya turun dari mobil aku juga langsung menoleh melihatnya ia dekat mobilnya dan aku sedikit jauh tiga langkah.

Aku mau menelpon Bu atu tapi, tak jadi karena sepertinya orang itu tahu aku siapa. Eh ia tadi bertanya atau memanggil?

"Iya," jawabku singkat merasa takut aku karena ini sangat asing.

"Kamu bisa bareng saya aja, saya panggil-panggil kamu, kamu pasti yang di panggil dari rumah sakit Ayodya buat kerja di puskesmas Anpasar gantiin viona yang mau keluar kan."

"Ah ya.. Mungkin" Jawabku bingung.

Aku melihatnya masuk dan membukakan jendela mobil memanggiku untuk segera naik.

"Ayo naik aku juga pindahan sama seperti mu dan aku tinggal di Vila peninggalan kekuargaku di Desa Anpasar."

Apa perdulinya, aku tidak mau tahu urusannya kenapa mudah sekali untuknya menjelaskan dirinya pada orang asing, ini mencurigakan.

Sampai diparkiran rasa sangat canggung langsung Aku membuat susana tenang dengan mengatakan terimakasih atas tumpangannya segera turun dari sana.

Ini hari pertama yang menegangkan, bukan.

Pindahan tempat dengan suasana dan lingkungan baru juga orang-orang dan senior, lalu perhatian orang yang bekerja sama pasti sedikit aneh menatapku.

Ini akan menjadi hal baru lagi Liel, oh diriku yang lelah, akan membuat energi baru untuk beradaptasi extra lebih.

Apa aku harus benar-benar melakukan ini. Ini membuat ku ragu harus bagaimana melakukannya, bukan bidangku terus-terusan beradaptasi seperti.

Seorang baru saja melewatiku dan itu orang yang sama yang memintaku untuk datang bersama dengannya.

Dingin sekali sikapnya.

Ia berhenti dan bicara pada seorang perempuan.

"Aku yang memintanya pindah tugas!" Kata orang itu yang membuatku terdiam.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!