Desa Anpasar

Aku masuk saja kedalam dan orang itu pergi begitu saja.

Apa coba maksudnya memintaku pindah kemari, oh ya Liel kamu harus tunggu dari rasa penasaran ini biarkan apa yang terjadi pelan-pelan kamu akan menemukan jalan keluarnya, pikirnya.

Dengan tersenyum ramah Aku mendekat ke loket dan aku melihat mereka yang menatapku.

"Maaf, Selamat pagi permisi, aku liel boleh tanya di mana ruangan Bu ratna, aku dari Rumah sakit ayodya katanya aku disini..."

"Oh Liel, Gamaliela ya kan!" Kata salah satu dari mereka.

"Heh iya-ya." Aku canggung sekali kenapa mereka terlalu heboh ya.

"Iyaa, Mb Liel nanti aku antarkan terimakasih ya, hari ini Viona pulang kan ya." Kata salah satu dari mereka yang mau mengantarku keruangannya Bu ratna.

Aku diam saja mengikuti orang yang mau mengantarku.

"Namaku Rini panggil aja gitu, ohya di ruangan tadi ada amel Nia sama Dwi."

Aku tersenyum menyambut ajakannya bicara yang memperkenalkan diri dan menyebutkan nama-nama temannya di ruangan tadi.

"Gamaliela, panggil aja aku Liel." Kataku.

Rini tersenyum dan mengarahkan tangannya.

"Ini ruangannya, inget yaa, lantai dua dan pintu ini yang lain ada namanya karena lantai dua khusus konsul dan ruangan dokter istirahat, nah di bawah itu ruangan praktek dokter dan rawat inap di belakang nanti kamu paham aku sekedarnya aja ngejelasin."

Aku paham saja dengan penjelasannya.

"Kalo gitu semangat Liel aku kebawah dulu ya."

Aku mengangguk lagi tersenyum, melangkah mendekat ke pintu. Setelah Rini pergi, mengetuknya dan memanggil sebutan ibu.

Suara didalam terdengar.

Aku membukanya dan melihat seorang laki-laki yang sama yang tadi memaksaku datang dan ikut bareng naik mobilnya, apa perlunya ia di ruangan bu ratna ini mencurigakan.

Bu Ratna tersenyum dan segera aku berpaling menyerahkan berkas dan berkas pentingnya.

"Kalo gitu saya keluar, bu terimakasih atas waktunya, dan mari Liel."

Aku mengangguk tipis. Diam saja malas menanggapi dengan suara. Didalam Bu ratna membaca dan tersenyum padaku, tinggal kami berdua.

"Tadi itu Pak Azzure namanya beliau pindahan dari rumah sakit Ayodya, jasanya cukup besar di tempat ia kerja dan ia sekarang mengabdikan dirinya di puskesmas ini selama sepuluh tahun, masih lajang Liel, kamu juga, bukan?"

Yang tadinya serius jadi sedikit mencair.

Aku terkekeh.

"Ibu bisa aja, dokter seperti beliau belum tentu mau sama orang seperti saya bu, saya harap beliau bisa bertemu dengan orang baik." Bu Ratna tersenyum mendengar ucapan Ku.

Aku juga membalasnya dengan senyuman lagi.

"Semuanya bagus apa yang mereka bilang mengenai kamu bukan bohong, Kamu bisa mulai kerja ikut dengan yang lainnya dan kecuali, minggu kamu di liburkan dari puskesmas anpasar sebulan dua kali libur ya."

Lalu terus di jelaskan tentang kerja di Puskesmas ini samapai aku diminta keluar bu Ratna untuk ke ruangan Dokter Azzure. Bari menutup pintu dan membalik badan ternyata ruangan Dokter ada didepannya.

Rasa berdebar dan gugup jadi satu apa yang ia rasakan ini. Dari ruangan lain keluar orang dengan pakaian jas putih.

"Desa Anpasar katanya serem banget."

"Itu biasa aja.."

"Lu bilang biasa, lu tau Viona keluar dari puskesmas ini karena apa karena di di teror ama mahluk gede gigi taring punya moncong kek anjing badan tinggi berbulu, ngaum kek srigala gitu."

"Gak ada itu cuman omongan kamu aja, mana ada didesa kek gitu, kebanyakan nonton tentang manusia srigala lu!"

"Eh dengerin gue, ada yang bilang Dokter itu sebenernya gak pernah tua buktinya rambut item terus."

"Di semir item atau cat rambut warna gelap atau masih alami ah ada merahnya sedikit kek rambut kepanasan."

"Dokter lu kan, lu pasti bisa tau gimana sikap orang waktu marah atau kesel secara..."

"Stop... oke lu makin gak jelas dimana lu tau tentang hal itu, negara kita bukan luar negeri yang punya manusia srigala, heh kita punya macan kucing anjing beruang srigala jarang adanya juga srigala Lokal, lu mau liat di film vampir-vampir gitu srigala atau sejenisnya yang bisa berdiri tegap kek monster srigala..."

Deheman seseorang mengejutkanku, dan mereka yang mengobrol berhenti seketika, aku kalang kabut sendiri seperti mau bertingkah apapun tak nyaman.

"Apa.. eh iya maaf pak." Aku malah asik mendengarkan mereka berdua bicara dokter dari mana mereka cerita mereka menarik dan aku harus fokus.

Hawanya tak enak di perhatikan seram dari samping.

"Eh.. ehm maaf pak," ucapku berusaha profesional.

"Ya."

"Saya diminta bu ratna kemari.

Aku diam ketika ia meminta berkasnya aku masuk dan memberikan berkas yang Bu ratna minta berikan saja yang ini pada Dokter Azzure.

Dalam diam duduk di kursi empuk sofa ruangan luas ini.

****

Disini di tempat lorong rawat inap terdiri dari dua puluh kamar dan tiga masih kosong karena ini kamar yang belum selesai pengerjaannya.

Bangunanya terasa baru. Aku mengikuti kemana perawat Nia pergi dan juga aku sesekali bicara saat sudah selesai dengan pasien.

"Kamu kerja sama Pak Azzure ya, semangat ya.. jangan sampe telat makan, ku rasa dia gak terlalu galak sama kamu, kalo sama Viona galak keknya masalahnya Viona agak lelet."

Aku tersenyum saja.

"Ini harus sesuai jam dan jadwalnya kan." Aku bersuara dan Nia berhenti mendorong troli untuk kebutuhan ganti perban atau infus pasien.

"Yaa, harus pas, jangan telat terlalu lama, mereka bukan orang yang sabaran ya."

Paham aku saat selesai mengikuti Nia aku duduk di ruangan lain sambil mengajak bicara ringan atau belajar hal lain dari perawat puskes seperti mereka.

"Eh iya, Liel sini aja." Katanya. Aku masuk dan melihat caranya menginput data.

Tak terasa waktu sore tiba aku harus pulang sebelum hari gelap di tambah mendung di langit.

"Ya ampun, seharusnya aku bawa saja payung atas ujan di tas kalo tau akan hujan lupa jika ini masih di bumi bukan planet mars." Kata ku bicara sendirian seperti orang aneh.

Ponsel berbunyi tanda pesan masuk.

"Ikut aku saja."

"Tak masalahkan naik mobil bersama?" Aku terdiam sebentar siapa yang mau mengajakku pulang aneh.

Nomor asing tak pakai nama ini menakutkan.

Dasar iseng.

Dari kejauhan aku melihat Dokter Azzure belum ada di mobilnya mungkin ini bukan dia atau orang salah sambung kirim pesan.

Menoleh kesana kemari tak ada ojek tapi, lewat satu yang kurasa itu ojek.

"Pak.. pak.. ojek?" Panggil panggil dan berhenti.

"Iya neng gimana?"

"Anter ke Anpasar ya pak." Ojek itu terdiam kaget.

"Eh.. Iyaa tapi, sampe tugu selamat datang aja ya neng." Aku terdiam sebentar. Tukang ojek ini tak mau sampai dalam.

"Yaudah gak papa."

Aku naik dan mulai berjalan pergi.

Ada apa dengan Desa Anpasar, hari ini aku dengan dua hal aneh dengan alasan desa Anpasar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!