Mahluk Jahat

Dalam waktu yang lama sekitar dua minggu disini rupanya lumayan juga, ini hampir masuk minggu ketiga.

Ayolah diriku berjuang lagi, sampai kapan tapi ya? Huhu sedih.

Aku tak suka disini karena tak ada apapun dan hanya seperti ini hari-hariku, hari liburku setiap sebulan dua kali, itupun kalo aku mau ambil, yaah peraturan baru ini.

Aku menatap kaca yang ku bawa dalam tas membenarkan jilbab yang kupakai sedikit miring, jujur aku sedikit merasa tatapan mereka saat melihat jilbab ku aneh tapi, namanya negara ini punya banyak muslim dan non muslim secara berdampingan.

Aku duduk saja disini tanpa melakukan apapun. Wahai pekerjaan yang sibuk tolong buat aku sibuk dong.

Ini sebenarnya gak ada salahnya kalo menyesuaikan diri yang penting batas tapi, eh... tunggu aku baru ingat kemarin kan aku pingsan lalu bagaimana dan Dokter Azzure menyentuhku, tidak aku panik sekarang, ini telat Liel, oh ya ampun diriku yang berlebihan ini menyebalkan.

Kenapa disaat tidak ingin memikirkan hal pusing hanya ingin sibuk malah, memikirkan kejadian kemarin.

Terbayang lagi mahluk seram kemarin.

Aku membuka ponsel dan mengetika beberapa kata di kolom pencarian.

"Mahluk jahat dari siluman atau memiliki kekuatan supranatural."

Seseorang ikut membacanya aku menoleh kearahnya.

"Nia?"

"Heh.. Liel.. Hallo, gak sibuk ya, ampe gabut banget nyari sesuatu gitu di mbah gugel."

Malu rasanya tertangkap basah sedang penasaran.

"Eh telpon tuh." Kata Nia. Menoleh ke layar ponsel ku sendiri dan benar panggilan masuk.

"Halo?"

Aku menatap Nia dengan ekspresi, permisi sebentar Nia.

Nia berbalik pergi peka dengan situasinya.

"Iya pak, iya." Bergegas pergi keluar ruangan dan melangkah tegap cepat keruangannya.

****

Setelah semua pekerjaanku di selesaikan dengan baik sesuai perintahnya, meminta bantuanku.

Dokter Azzure sebenarnya baik dan sangat perhatian pada pasiennya.

Sekarang pasien lansia dan putrinya yang di tanganinya hanya ingin bersama Dokter tanpa orang lain di sisi dokter Azzure.

Dari luar aku sedikit bisa melihatnya.

Mereka bicara riang lalu Dokter yang mulai memeriksanya.

Aku akan pergi saja sepertinya aku butuh berjalan sebentar nanti dia akan menghubungiku jika butuh kan, seharusnya aku harus selalu didekatnya.

"Loh Liel dari mana?" Tanya perawat lain yang kenal aku lewat Rini Nia dan lainnya.

Aku berhenti dan tersenyum menatap kanan kiri.

"Aku dari ruangan Dokter Azzure, aku mau ke toilet sebentar mau benerin jilbab."

Dia mengangguk dan pergi setelah tersenyum dan tau aku mau kemana.

Sampai di toilet aku melihat perawat perempuan yang tadi bertanya padaku, aku terdiam dan mendekat.

"Loh Liel kaget kira siapa?" Aku mengangguk dan ikut mencuci tangan.

"Mb tadi keluar dari ruangan rawat Artenesia." Kataku menatap kedepan kaca, melirik sedikit.

Perempuan di sebelahku ini terdiam dan menatapku dengan wajah kaget yang sangat terlihat jelas dan seketika berganti tersenyum, lalu bingung saat berbalik mengambil lipstik dalam tasnya.

"Kamu nyapa balik dia?" Pertanyaannya aku angguki.

"Liel besok lagi jangan ya kecuali, dia tanya kamu dengan muka yang wajar."

"Dah aku duluan ya." Katanya lalu pergi meninggalkan sendiri tapi ia masih berdiri didepan pintu kekuar.

"Hah, iya abisnya aku kira.. Loh mb." Aku sadar saat menarik tisu di wadah tisu di dinding sebelahku.

Mb itu memutar kepalanya kebelakang aku terdiam di tempat.

"Kamu harus sama temen kalo kamu mau kekamar mandi kamu salah masuk besok lagi jangan ajak bicara orang asing yang gak nyapa kamu duluan."

Pergi keluar tapi, kepalanya jatuh mengelinding di kaki ku.

Aku mematung diam, buram aku hilang.

Bau minyak angin yang menyengat membuatku tak tahan aku menepisnya dan membuka mata.

"Ah syukurlah... Liel... kamu ngapain di halaman belakang tadi bukannya kamu mau kekamar mandi aku tadi barusan masuk liat kamu keluar natap kedepan kosong." Kata Mb Alin yang nyapa didepan ruang rawat Artenesia.

Aku bangun melihatnya memegang pipi dan bahu.

"Mb tadi aku, Hah..." Aku kaget melihat wajah dokter Azzure berdiri tegap di pintu masuk halaman belakang. Mb Alin ikut menoleh melihatku kaget, ia juga kaget.

"Kaget pak." Bersamaan protes kita. Aku berdiri di bantu Mb Alin dan kami masuk kedalam duduk di kursi depan laboratorium yang gak jauh dari pintu belakang dan arah ke toilet.

"Ngapain kalian berdua disini, Liel kamu saya telpon tapi, malah ninggalin ponsel di toilet, ceroboh kamu kenapa bisa sep.." Azzure menatap Alin dan aku bergantian menghentikan ucapannya.

"Heheh Mb Alin aku gak papa, makasih ya mb aku mau ngomong ama dokter Azzure, jangan sampe kena juga ya." Ucapku berbisik di kalimat larangan sambil berisyarat kedipan mata.

"Oh iya, ok Liel.. aku duluan ya." Aku mengangguki ucapannya dan kini kita berdua, Dokter Azzure bersandar di dinding depanku.

"Liel saya bilang panggil saya kalo kamu dalam masalah seperti kemarin."

Aku sama sekali gak bisa berbicara apapun ia selalu mendominasi.

"Stop pak, stop dulu lah, saya juga tahu itu saya aja gak tau buat kali ini ada di belakang pingsan dan kegeletak gitu aja." Tiba-tiba tatapan mata Dokter Azzure aneh melihat kearah sebelahku.

"Jangan gerak." Larangnya. Aku menjauh tapi, malah di dehemin untuk diam sebentar.

"Darah Liel, apa kamu terluka?" Aku menjauh dan terlepas kain jilbab persegi panjang ku dari pegangan tangan Azzure.

"Sembarangan, aku gak berdarah di jilbab ya.." Aku melirik tetesan darah di kain jibab ku.

"His ini di mana lagi," ucapku berjalan pergi ke toilet dan membersihkan sampai tak berbau atau berbekas.

Keluar toilet, Dokter Azzure menyodorkanku sesuatu.

"Pake ini, kamu bisa merasa itu manusia apa bukan, aku gak menuduh Alin bukan manusia tapi ini ampuh menangkal mereka."

Gelang dengan bentuk unik itu terlihat di sodorkan terus padaku.

"Liel.. ambil tangan saya pegel!"

Mengambil dan memakainya. Aku melihatnya seketika ada angin menerpa ku pelan.

"Ini bekerja, sekarang kamu juga lanjut kerja bukan malah menggoda saya." Katanya dengan percaya diri sekali lagi aku melihat sifat gak jelasnya, muak banget rasanya.

"Gak jelas, Eh pak saya duluan yang jalan, berenti!"

Aku mendahuluinya dan dia menurut saja aku melewatinya. Saat sampai di ruangan dokter Azzure aku mematung terdiam.

"Jangan terlihat kaget mereka gak tau kamu bisa liat mereka tapi, kamu tau bisa liat mereka, ini aman." Kata orang di sebelahku yang tiba-tiba ada disini.

"Hah.. Pak!" Kesalku, kenapa buat kaget aja, aku takut kalo bukan orang ini yang disebelahku, aku lebih baik tak melihatnya tapi, ini udah terlanju nanti di lepas aja, ngelewatin hutan Anpasar apa jadinya langsung gila aku.

Salah sasaran emang mereka sama Dokter Azzure.

"Mereka yang jahat yang gak bisa tau kamu, kalo yang punya niat baik atau gak mau ganggu gak bakalan ganggu."

"Bapak mahluk jahat tapi, bantu saya juga."

Menatap tajam Aku sampai mau lepas matanya.

"Iyakan?"

"Liel..."

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!