Episode Sebelumnya..
"Maafkan aku. Tapi, bisakah kamu mengantarkan aku pulang?" ucap Devina yang kali ini harus menanggung malu karena tadi tawaran laki-laki itu di tolaknya.
"Merepotkan! Yaudah, naik! Tadi di tawarin gak mau." sahut laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu pun melepaskan tangan Devina dan langsung berjalan menuju ke tempat duduknya dan langsung diikuti oleh Devina yang langsung masuk ke dalam mobil laki-laki itu.
Keduanya pun sudah berada di dalam mobil dengan keheningan yang terjadi di sana. Laki-laki itu fokus pada mengemudinya sedangkan Devina. Gadis itu menatap ke arah jendela menatap jalanan yang sudah nampak sepi itu.
"Btw.. sahabat kamu sudah bisa di hubungi belum?" tanya laki-laki itu kemudian. Mencoba memecahkan keheningan di antara mereka berdua.
"Nggak tau. Aku sudah mencoba menghubunginya berulang kali tapi dia tidak mengangkatnya," balas Devina tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kamu sudah menghubungi keluarganya, belum? Siapa tau sahabatmu itu sudah sampai di rumahnya."
Devina menggelengkan kepalanya. "Keluarganya sudah bercerai dua bulan yang lalu dengan meninggalkan anaknya sendirian di rumahnya."
Laki-laki yang sedang mengemudi mobilnya itu mengernyitkan keningnya saat mendengar penuturan gadis di sampingnya itu. "Maksud, kamu. Kedua orang tuanya meninggal sahabatmu itu sendiri? Jadi... sahabatmu itu tinggal sendiri tanpa tinggal bersama salah satu orang tuanya?"
Devina pun hanya mengangguk kecil. "Iya, sahabatku ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya entah dimana keberadaannya. Dan itu yang membuatnya menjadi depresi, menutup dirinya dan sering keluar malam hanya untuk minum-minum untuk sekedar menghilangkan rasa sakitnya."
"Kasian sekali, sahabatmu itu. Dia mungkin sangat terpukul dengan perceraian kedua orang tuanya." ujar laki-laki itu. Dan langsung mendapat anggukan kepala dari gadis di sebelahnya.
...****...
Devina dan laki-laki yang tak dikenalnya itu pun akhirnya sampai di rumahnya. Gadis itu pun turun dari mobil laki-laki itu dengan berjalan beberapa kali dari Mabil berwarna hitam itu.
Laki-laki yang mengantarkannya pun ikut turun dan menghampiri Devina sembari melihat ke arah rumah gadis itu yang bisa dibilang cukup besar itu.
"Ini rumah kamu?" tanya laki-laki itu saat ia sudah berada di dekat gadis itu.
Devina mengangguk. "Iya, ini rumah ku."
Kemudian, laki-laki itu mengangguk kecil. "Yaudah, kalau begitu masuk aja. Aku juga mau langsung pulang udah ngantuk banget ini."
Laki-laki itu hendak melangkahkan kakinya untuk masuk kembali ke dalam mobilnya. Namun, laki-laki itu harus terhenti saat tangan gadis itu menahannya tangannya lagi. Tentu saja hal itu membuat laki-laki itu harus membalikkan badannya dan menatap wajah gadis itu dengan tatapan heran.
"Kenapa?" tanya laki-laki itu pun penasaran. Kenapa gadis itu menahan tangannya.
"Ma-maaf. Kalau boleh tau, nama kamu siapa?" ucap Devina dengan menatap ke arah laki-laki itu. Tangannya juga ia lepaskan agar tak membuat laki-laki itu merasa risih dengannya.
Laki-laki itu menatap wajah gadis itu dengan tatapan heran. "Bukannya tadi waktu di klub malam, kamu judes banget ya? Tapi kenapa sekarang...,"
"Kalau gak mau ngasih tau nama kamu juga gak apa-apa. Aku tidak akan memaksa kok!" ucap Devina memotong ucapan laki-laki di hadapannya itu. Ia juga mulai kesal karena harus menanggung malu karena laki-laki itu malah skakmat nya dengan pertanyaan konyol itu.
Devina pun langsung membalikkan badannya dan berniat untuk masuk ke dalam rumahnya, karena tidak ingin menatap wajah laki-laki tidak tau diri itu. Menurutnya.
"Rudy." ucap laki-laki itu kemudian saat melihat gadis itu sudah hendak pergi meninggalkannya masuk ke dalam rumahnya. Dan langkah gadis itu terhenti saat mendengar nama laki-laki itu.
Dan saat Devina sudah membalikkan badannya, laki-laki itu sudah masuk ke dalam mobilnya dan langsung menancapkan gasnya pergi meninggalkan Devina yang masih berdiri di tempatnya dengan pandangannya yang mengarah pada mobil hitam yang sudah melaju cepat itu.
"Dasar!" ucapnya. Kemudian gadis itu pun masuk ke dalam rumahnya setelah mengunci pintu pagarnya.
Sedangkan di rumah Dimas. Laki-laki itu sedang terduduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidurnya sedang memandangi seorang gadis yang sedang tertidur pulas di tempat tidurnya itu. Laki-laki itu juga terlihat menghela nafasnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa tersebut dengan kedua tangannya yang sebagai bantalan nya.
Lama laki-laki itu memandangi langit-langit kamarnya yang bernuansa serba putih itu. Hingga akhirnya laki-laki itu menutup kedua matanya karena tidak kuat menahan rasa kantuknya.
Keesokan harinya. Cahaya matahari pun mulai menunjukkan sinarnya dan masuk ke dalam sela-sela jendela kamar laki-laki yang sedang tertidur pulas di atas sofa nya. Seorang gadis yang sedang tertidur pulas di atas ranjang itu mulai menggeliat saat cahaya matahari itu mengganggu tidurnya.
Perlahan-lahan gadis itu membuka matanya dan mendapati selimut tebal tengah menutupi seluruh tubuhnya. Gadis itu masih menggeliatkan tubuhnya seakan menyuruhnya untuk tidur kembali. Beberapa saat kemudian, gadis itu bangkit dan duduk di ranjang itu sebelum pandangannya kembali pulih.
Dan saat gadis itu sudah tersadar bahwa dirinya tidak berada di dalam kamarnya sendiri langsung membulatkan matanya dan langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sehingga pandangannya tertuju pada sesosok laki-laki yang masih tertidur pulas di atas sofa dengan kedua tangannya yang berada di atas dadanya.
Dengan sangat pelan-pelan, gadis itu berdiri dan berjalan menuju ke arah laki-laki yang tertidur pulas itu. Gadis itu menatap wajah laki-laki itu dengan sangat lekat. Wajah itu sangat familiar di kepalanya.
"Siapa laki-laki ini? Dan.. kenapa aku ada di kamar ini? Ini kamar siapa?" gumamnya dalam hati. Kemudian, gadis itu berjalan kembali ke arah ranjang untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja samping ranjang itu.
Setelah meletakkan ponselnya ke dalam tasnya. Ia langsung membuka pintu kamar tersebut dengan secara pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang akan membuat laki-laki itu terbangun dari tidurnya. Setelah berhasil, ia langsung berlari menuruni anak tangga dan keluar dari rumah itu.
Sedangkan di dalam kamar itu. Dimas yang baru saja menggeliatkan tubuhnya saat cahaya matahari yang muncul dari arah jendela kamarnya, membuatnya membuka mata. Laki-laki itu mulai bangun dari tidurnya dan duduk sembari mengucek matanya.
Setelah itu, ia melirik ke arah tempat tidurnya dan melihat tempat itu sudah kosong tanpa seorang pun yang ada di sana. "Loh! Kemana gadis itu?"
Laki-laki itu kemudian bangkit dari tempatnya dan mencoba mencari sosok gadis yang semalam ia bawa ke rumahnya itu. Namun, setelah menelusuri seluruh rumahnya, ia tak melihat gadis itu di manapun.
"Apa dia sudah pergi ya?" ucapnya pada diri sendiri.
Dan saat itu juga muncullah seorang wanita paruh baya dengan membawa sepiring nasi goreng beserta telur mata sapi yang bertengger di atasnya. Dimas pun dengan cepat langsung menghampirinya bermaksud untuk menanyakan keberadaan gadis itu.
"Bibi...," panggil Dimas kepada wanita yang merupakan pembantunya yang sudah bekerja cukup lama di rumahnya.
"Eh, Den Dimas sudah bangun ya," ucap wanita paruh baya itu sembari meletakkan sepiring nasi goreng tersebut di atas meja makan.
Dimas pun mengangguk sambil tersenyum kecil ke arahnya. "Iya bibi. Oh iya bibi.. bibi ada melihat seorang gadis nggak?"
"Seorang gadis? Eum.. bibi tidak melihat seorang gadis di sini den." ucap wanita itu dengan mata yang menyipit.
"Memangnya kenapa den? Aden Dimas membawa seorang gadis ya ke dalam rumah ini?" ucap wanita paruh baya itu mencoba menebaknya.
Dimas yang mendengar perkataan sang bibi. Hanya menelan ludahnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Enggak kok! Aku cuma tanya saja bibi. Yaudah! Kalau begitu Dimas ke dalam kamar dulu ya bibi."
"Loh! Mau kemana? Ini nasi gorengnya sudah siap!" ucap bibi itu saat majikannya malah berniat untuk pergi.
Dimas pun yang mendengar suara sang bibi itu pun langsung menghentikan langkahnya. "Dimas mau mandi dulu aja bibi. Setelah itu Dimas akan langsung turun."
Setelah mengatakan itu. Laki-laki itu pun langsung pergi kembali ke dalam kamarnya bersiap untuk mandi. Tentang gadis itu? Biarlah, mungkin gadis itu sudah kembali kerumahnya, begitulah pikir laki-laki itu.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments