Episode - 02.

Episode Sebelumnya..

Tamara yang mabok itu pun duduk di depan bersama laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu pun masuk ke dalam mobilnya dan hendak membantu gadis itu untuk memasang seat belt nya.

Namun, tiba-tiba saja saat laki-laki itu membantu memasangkan seat belt tersebut. Tangan gadis itu tiba-tiba menarik tengkuk leher laki-laki itu, sehingga membuat laki-laki tersebut menabrak wajah gadis itu dan...

Bibir keduanya menyatu dengan posisi kepala keduanya saling menyentuh. Dimas yang menyadari bahwa bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir gadis itu langsung mendorong gadis itu sehingga bibir keduanya terlepas.

"Astaga!! Ciuman Pertamaku." ucap Dimas dengan kaget. Karena ciuman pertamanya harus di renggut oleh gadis yang tidak dikenalnya alias gadis yang hendak ia tolong.

Dimas menyentuh bibirnya yang sudah basah akibat ******* yang di berikan oleh gadis itu. Membuat Dimas menatap ke arah bibir yang ada di depannya itu. Bibir yang merah dari gadis itu membuatnya terbuai sehingga dengan sadarnya. Dimas memajukan kembali wajahnya yang mencium bibir ranum gadis di hadapannya itu.

Gadis itu yang juga masih tersadar meskipun sedang mabok. Langsung meraih tengkuk leher laki-laki itu dan membalas ciumannya. Sehingga, terjadilah peristiwa yang membuat keduanya terbuai di dalam mobil tersebut.

...****...

Sedangkan di sisi lain. Devina sahabat Tamara yang menelponnya tadi sudah sampai di klub malam itu dengan naik taksi. Kemudian, gadis itu langsung berlarian ke dalam klub malam tersebut dengan perasaan yang gelisah takut terjadi sesuatu kepada sang sahabat.

Setelah masuk ke dalam klub tersebut, Devina langsung mengedarkan pandangannya mencari sosok sahabat yang dicarinya itu. Namun, gadis itu tak melihat sahabatnya.

Ia pun langsung berlari sembari mendorong tubuh orang-orang yang sedang asyik berjoget-joget di tempat itu dengan menelisik seluruh orang yang ada di sana.

"Aduh! Tamara, kamu ada di mana?" ucapnya sembari terus mengedarkan pandangannya ke penjuru klub tersebut. Namun, gadis itu tak menemukan sang sahabat.

"Mungkinkah, dia sudah pulang? Tapi.. dia kan sedang mabok bagaimana caranya dia pulang?" ucap gadis itu lagi dan langsung menarik rambutnya gusar.

"Oh, iya. Aku harus telfon dia lagi." setelah itu Devina langsung meraih ponselnya yang ada di saku celananya dan mengeluarkannya sembari mencari memanggil sahabatnya.

Sambungan teleponnya pun tersambung kepada sahabatnya itu. Namun, gadis itu tidak mengangkatnya, sehingga membuat Devina semakin cemas dibuatnya. "Aduh, Tamara! Angkat dong telfonnya! Kamu kemana sih?"

"Lagi cari siapa mbak?"suara seseorang terdengar di belakang Devina dan sontak membuat gadis itu langsung membalikkan tubuhnya menatap ke arah laki-laki yang kini sudah berada di belakangnya dengan tersenyum manis.

"Eum.. lagi cari sahabat saya," ucap Devina dan langsung membalikkan badannya lagi membelakangi laki-laki itu.

Laki-laki yang bertanya kepada gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu dan kembali berucap. "Sahabatnya itu namanya siapa? Siapa tau, aku mengenalnya."

"Nggak! Anda tidak akan tahu." ucap gadis itu dengan suara judesnya.

Melihat gadis itu terlihat cuek, laki-laki itu pun mengangkat kedua bahunya dan memilih untuk pergi dari hadapan gadis itu. Melihat laki-laki itu sudah pergi, Devina langsung bergidik ngeri. "Serem banget! Bulu kuduk ku jadi berdiri saat di sapa sama laki-laki tadi."

"Lagian Tamara lagi! Ngapain sih tuh anak harus ke tempat ini. Mana pencahayaannya remang-remang begini, gimana aku bisa menemukan dia coba!" omel Devina sendiri karena tak kunjung menemukan sang sahabat.

Setelah beberapa saat kemudian. Devina pun keluar dari tempat itu dengan membawa tangan kosong tanpa menemukan sahabatnya yang entah di mana. "Aduh gimana dong ini. Tamara juga gak angkat telefon nya lagi. Bikin orang cemas aja tuh anak!"

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas tapi gadis itu belum ditemukannya. Dan saat Devina sudah menyerahkan mencari sosok sahabatnya itu dan hendak pulang. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan gadis itu.

Terlihat jendela kaca mobil itu terbuka dan menampilkan seorang laki-laki yang tadi menghampirinya dengan tersenyum ke arahnya. Devina yang melihat laki-laki itu pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari melihat apakah ada taksi yang lewat.

"Hei!!! Butuh tumpangan?" tanya laki-laki yang berada di dalam mobil itu.

"Enggak!" sahut Devina dengan judesnya dan tanpa melihat ke arah orang yang tak dikenalnya itu.

"Udah gak usah bohong! Ayo, aku antar kamu pulang." ucap laki-laki itu lagi dengan sedikit nyaring.

"Nggak, makasih!"

Laki-laki itu nampak menghembuskan nafasnya panjang saat laki-laki itu sabar menghadapi gadis di depannya itu. "Hei! Kalau kamu menunggu taksi di jam seperti ini, mau kamu menunggu sampai jam lima subuh pun taksi gak bakalan ada yang lewat di jalan ini."

Devina masih mengabaikan perkataan laki-laki yang tak dikenalnya itu. Mungkin itu hanya taktik seorang laki-laki yang mencoba untuk menggodanya agar ikut dengannya. Gadis itu terus dengan pendiriannya yang mengabaikan laki-laki di depannya itu.

"Hei! Jangan bilang, kamu gak mau karena kamu takut aku apa-apain ya?" ucap laki-laki itu sekedar menebak.

Mengetahui tebakannya benar. Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya dan langsung turun dari mobilnya untuk menghampiri gadis itu. Devina yang melihat laki-laki itu turun dari mobil langsung bersiap-siaga takut-takut laki-laki itu akan menyergap dirinya.

"Mau ngapain kamu?" ucap Devina dengan tas yang sudah berada di tangannya, siap untuk memukul laki-laki di depannya itu.

"Apa sih! Aku tuh cuma mau bersikap baik ya mau nolongin kamu. Ini itu sudah malam, jika kamu masih berdiri di tempat ini akan mengundang hasrat Laki-laki untuk memakan mu." ucap laki-laki itu dengan kesal.

"Kalau kamu enggak mau aku tolongin, yaudah! Terserah! Tapi jangan menyesal ya, jika ada seseorang yang akan menggoda kamu." sambungnya lagi. Dan laki-laki itu hendak pergi untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Tu-tunggu!!!" ucap Devina menahan tangan laki-laki itu yang hendak pergi.

Laki-laki itu pun langsung membalikkan badannya dan melihat ke arah gadis itu. "Apa lagi? Kamu mau mengira kalau aku bakal menerkam mu, iya? Ck!! Jangan terlalu pede! Tipe selera ku itu bukan kaya kamu."

"Udah, ah lepas! Ngapain kamu pegang-pegang tangan aku?" ucap laki-laki itu mencoba melepaskan tangan gadis itu.

"Maafkan aku. Tapi, bisakah kamu mengantarkan aku pulang?" ucap Devina yang kali ini harus menanggung malu karena tadi tawaran laki-laki itu di tolaknya.

"Merepotkan! Yaudah, naik! Tadi di tawarin gak mau." sahut laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu pun melepaskan tangan Devina dan langsung berjalan menuju ke tempat duduknya dan langsung diikuti oleh Devina yang langsung masuk ke dalam mobil laki-laki itu.

Keduanya pun sudah berada di dalam mobil dengan keheningan yang terjadi di sana. Laki-laki itu fokus pada mengemudinya sedangkan Devina. Gadis itu menatap ke arah jendela menatap jalanan yang sudah nampak sepi itu.

"Btw.. sahabat kamu sudah bisa di hubungi belum?" tanya laki-laki itu kemudian. Mencoba memecahkan keheningan di antara mereka berdua.

"Nggak tau. Aku sudah mencoba menghubunginya berulang kali tapi dia tidak mengangkatnya," balas Devina tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kamu sudah menghubungi keluarganya, belum? Siapa tau sahabatmu itu sudah sampai di rumahnya."

Devina menggelengkan kepalanya. "Keluarganya sudah bercerai dua bulan yang lalu dengan meninggalkan anaknya sendirian di rumahnya."

Laki-laki yang sedang mengemudi mobilnya itu mengernyitkan keningnya saat mendengar penuturan gadis di sampingnya itu. "Maksud, kamu. Kedua orang tuanya meninggal sahabatmu itu sendiri? Jadi... sahabatmu itu tinggal sendiri tanpa tinggal bersama salah satu orang tuanya?"

Devina pun hanya mengangguk kecil. "Iya, sahabatku ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya entah dimana keberadaannya. Dan itu yang membuatnya menjadi depresi, menutup dirinya dan sering keluar malam hanya untuk minum-minum untuk sekedar menghilangkan rasa sakitnya."

"Kasian sekali, sahabatmu itu. Dia mungkin sangat terpukul dengan perceraian kedua orang tuanya." ujar laki-laki itu. Dan langsung mendapat anggukan kepala dari gadis di sebelahnya.

.

.

.

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!