Ketika telah sampai di parkiran Ryan langsung menuju ke arah mobil Camry berwarna hitam miliknya, tapi saat melihat Anastasya yang sedang menunggu angkutan umum segera Ryan menlajukan mobilnya kehadapan wanita itu.
"Masuklah, biar kuantar kau pulang," Ryan membukakan pintu mobilnya untuk Anastasya.
"Tidak usah pak,saya naik amgkot saja," ujar Ana saat melihat Ryan yang sedang memberikan tumpangan padanya.
"Ayo cepat, aku hanya memberi tawaran satu kali. Jika kau menolak aku takkan mengajakmu lagi," tutur Ryan sedikit memaksa.
Bukan tanpa sebab Ryan ingin mengantarkan Ana pulang, Ryan hanya ingin tahu dimana tempat tinggal wanita itu saat ini. Apakah dia masih hidup mewah dan tinggal di apartemen high class seperti dulu? Atau tinggal dirumah kontrakan? Karena tadi, saat bersama Rena dia mengatakan dirinya butuh pekerjaan.
Dengan sedikit canggung Ana segera masuk ke dalam mobil kemudian duduk di sisi kiri Ryan. Lelaki itu segera mengemudikan mobilnya membelah jalanan sore hari.
"Kau tinggal dimana sekarang?" tanya Ryan memecahkan keheningan dan kekakuan diantara mereka.
"Saya mengontrak pak."
Ryan tersenyum miring mendengar pengakuan gadis itu. Dia masih mengingat bagaimana angkuhnya Anastasya saat menjadi selirnya Alvian dan mendapatkan fasilitas mewah dari Alvian. Bahkan saat Ryan mencoba mengungkapkan isi hatinya pada Ana, dengan mudahnya wanita itu menolaknya, karena beranggapan Ryan bukan tipenya.
Namun, apa yang terjadi sekarang? Keadaan telah berbanding terbalik. Anastasya telah menjadi gadis biasa, bahkan kendaraan untuk pulang saja dia tak punya. Berbeda dengan Ryan yang kini terlihat sangat berkelas dengan mengendarai mobil mewahnya.
"Bagaimana kabar Alvian? Apa kau masih berhubungan dengannya?"
Deg!!!
Pertanyaan macam apa itu? Mengapa Ryan menanyakan tentang Alvian padanya?
"Ahm, saya sudah berpisah dengan mas Alvian semenjak dia berkasus," jawab Ana sedikit gugup. Dirinya benar-benar malu jika mengingat dengan apa yang telah dia perbuat bersama Alvian.
"Dimana rumahmu?" Ryan memasuki sebuah areal rumah kontrakan yang ditunjukkan Ana padanya.
"Di sebelah sana," tunjuknya pada salah satu rumah kontrakan sederhana yang berada di depan jalan.
"Kau yakin itu rumahmu?" Ryan terperanjat saat melihat rumah kontrakan kecil milik Ana.
"Ya, itu rumahku. Berhenti disini pak kita sudah sampai," pintanya pada Ryan.
Ryan menghentikan laju mobilnya dan melihat Ana yang kesusahan membuka safety belt nya. Ryan membantunya dengan sebelah tangannya.
"Apa setelah kau tinggal ditempat ini, kau sudah lupa cara membuka safety belt ?" ejek Ryan padanya.
"Maaf," Ana benar-benar merasa malu karena Ryan telah memandangnya sebelah mata saat ini. Merasa tidak betah berlama-lama di dalam mobil itu, Rena bergegas keluar.
Namun, gerakannya terhenti saat Ryan mencengkram tangannya.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengejekmu," tutur Ryan menyadari Ana yang mulai menangis karena ucapan ketusnya.
"Ahm, tidak apa-apa pak. Saya memang pantas diperlakukan seperti itu,"
"C'mon Ana, jangan membuatku semakin merasa bersalah," pinta Ryan dengan sangat menyesal.
"Baiklah," Ana tersenyum kecil "apa bapak mau mampir dulu?" ucapnya berbasa-basi.
"Lain kali saja," senyum Ryan terlukis diwajahnya.
"Terimakasih atas tumpangannya pak," ucap Ana sambil menuju ke rumahnya.
***
Malam itu Kenan tidak bisa tidur, karena masih saja mengingat tentang Renata. Ingin sekali rasanya dia menghubungi Rena saat ini juga untuk melepaskan kerinduannya, namun hari telah menunjukkan pukul dua belas dini hari. Tidak etis jika menghubungi seorang wanita baik-baik malam-malam begini.
Merasa jenuh dengan kesendiriannya, Kenan memutuskan pergi ke Club. Mungkin disana dia akan menemukan seseorang yang bisa melepaskan dahaganya.
Kenan segera memakai baju kaos dan jaket kulitnya, lalu mengambil kunci mobilnya. Dirinya bergegas menuju baseman untuk mengendarai wrangler rubicon hitamnya menuju ke Stary Club.
Sesampainya ditempat itu, Kenan disambut oleh seorang bartender yang telah mengenalnya.
"Halo bos, sudah lama tidak ke sini. Apa kau baru saja pulang dari Amerika?" lelaki muda berusia dua puluh tahun itu melontarkan senyuman pada Kenan.
Kenan hanya tersenyum dan membalas, "bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Seperti yang kau lihat bos," lelaki itu segera membuatkan minuman yang biasa dipesan Kenan saat ke Club.
"Bos, minumanmu." Pemuda tampan itu memberikan wine yang baru saja dibuatkannya untuk Kenan.
"Terimakasih Axelle," Kenan mengambil minumannya kemudian menyesap minuman itu.
Axelle melanjutkan pekerjaannya untuk melayani para tamu dengan menghidangkan minuman pesanan mereka.
Dentuman musik disko yang dibawakan DJ memecahkan keheningan malam. Kenan mengedarkan pandangan ke arah DJ perempuan yang sedang bersorak gembira mengajak para pengunjung ikut menari diatas panggung.
Kenan cukup terpesona dengan DJ cantik itu, tidak hanya kompeten bermain musik dia juga terlihat sexy dengan baju berwarna hitam yang menonjolkan bagian dadanya, ditambah dengan hot pants yang menonjolkan bokong wanita itu tak lupa boots hitam hingga lutut membuat tampilan gadis itu semakin membuat mata lelaki takkan mau berkedip memandanginya.
"Siapa dia Axe? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya," tatapan Kenan masih tertuju pada sang DJ. Gadis itu masih meliuk-liukkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sambil tangannya yang satu ke atas dan satu lagi memutar disck yang sedang mengeluarkan suara musik beat box.
"Dia Cadereyn DJ baru disini bos," ucap Axelle mengedarkan pandangannya pada wanita itu.
Kenan hanya menganggukkan kepala mendengarkan perkataan Axelle sambil tetap menandangi gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki dan secara tak sengaja manik mereka saling beradu. Kenan yang kepergok sedang menatap wanita itu langsung saja mengangkat minumannya ke arah DJ wanita itu. Sang DJ tersenyum sambil tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Siapkan ruanganku dan sampaikan pesanku pada gadis itu," titah Kenan pada Axelle.
Axelle yang mengerti akan maksud Kenan segera mengikuti perintahnya. Axelle segera menyuruh seorang pelayan membereskan ruangan favorit Kenan dan membisikkan pesan Kenan apda gadis yang bernama Cadereyn. Gadis itu menganggukkan kepala dan mengikuti perkataan Axelle.
***
Kenan telah berada di ruangan yang telah di bookingnya. Cadereyn mengetuk pintu kamar itu perlahan.
"Masuklah," suara dari dalam kamar itu menyahut.
"Maaf tuan, apa anda memanggilku tadi?" wajah gadis muda itu menyembul dari balik pintu.
"Kemarilah aku ingin bicara denganmu," Kenan menjulurkan jari telunjuknya agar wanita itu mendekat padanya.
Dengan perasaan canggung Cadereyn menghampirinya. Pemandangan indah benar-benar terpampang nyata dihadapan Kenan saat gadis itu menghampirinya perlahan.
"Berhenti," titah Kenan saat gadis itu telah berada ditengah ruangan.
Kenan segera beranjak dari sofa, menghampiri gadis itu dan berjalan memutari tubuh gadis itu. Dapat dipastikan kini Axelle benar-benar bisa memperhatikan gadis itu dengan jarak yang sangat dekat.
Aroma maskulin dari parfume Kenan tercium karena jarak yang begitu dekat diantara mereka. Semakin mempercepat detak jantung Cadereyn. Kenan menyentuh dagu gadis itu dengan ibu jari dan telunjuknya. "maukah kau menemaniku?" tawarnya pada gadis itu.
Cedereyn hanya tersipu malu tak menjawab. Namun, tanpa aba-aba Kenan langsung melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu dan menyesap bibir merah gadis itu. Cedereyn cukup terkejut dengan keagresifan Kenan, tapi dia menikmati ciuman lembut yang mendarat dibibirnya. Cedereynpun membalas ******* bibir Kenan yang sedari tadi menuntut padanya. Sesekali Cedereyn melepaskan tautan bibir mereka untuk menghirup oksigen. Kenan menjadi tidak sabar, langsung menyapu leher jenjang gadis itu dengan bibirnya dan menghembuskan nafasnya yang hangat ke leher putih mulus itu. Cedereyn semakin bergejolak dadanya kembang kempis menahan rasa yang tidak dapat dia jelaskan. Tangannya mengusap rambut kecoklatan milik Kenan hingga rambut halus diwajah lelaki itu.
"Apa kau memintaku untuk melakukannya sekarang?" tanya gadis itu sambil menggigit bibir bawahnya.
Kenan tersenyum nakal pada gadis itu dan mengeratkan tangannya pada pinggang wanita muda itu mempertemukan pinggang keduanya sambil meremas bongkahan bokong Cedereyn yang cukup padat.
Darah gadis itu semakin berdesir kencang tanpa basa-basi Kenan melepaskan pakaian atas wanita itu sehingga memperlihatkan tubuh sexy dan dua gundukan yang begitu menggodanya untuk menyentuhnya. Kenan yang sudah dipenuhi oleh hasrat langsung menggendong wanita itu kepelukannya, kenudian mendaratkan ciuman diwajah hingga dada Cedereyn.
Cedereyn seakan menuntut dirinya langsung melingkarkan kakinya ke pinggang Kenan dan membiarkan tubuh rampingnya diangkat oleh lelaki yang berada dihadapannya untuk dihempaskan ke atas ranjang. Belum puas untuk menyiksanya, Kenan juga menarik hot pans yang masih melekat ditubuh gadis itu, kini meninggalkan bra dan g-string yang bertengger ditubuh ramping itu.
"Kau benar-benar menantangku ya," gemasnya sambil membuka baju merangkak ke atas tubuh mungil itu.
"Apa kau ingin mencobanya?" tantang Cedereyn dengan wajah mendamba menatap tubuh sixpack Kenan.
"Tentu saja, aku akan menyiksamu hingga kau takkan berhenti untuk berteriak malam ini," Kenan mulai menyentuh bagian bawah gadis itu yang terasa mulai berkedut.
"Aaaahhh Kenan, kau benar-benar menyiksaku," Cedereyn menggelengkan kepalanya dan nafasnya mulai tak beraturan. Kenan tersenyum sambil melepaskan sisa-sisa pakaian yang melekat ditubuh gadis itu.
Melihat gadis itu begitu tersiksa, Kenan melucuti celananya menunjukkan bagian bawahnya yang begitu menantang. Kenan mendekatkan tubuhnya pada gadis itu namun Cedereyn mengangkat saru kakinya ke dada Kenan dan mengusapkan kakinya ke dada bidangnya. Membuat Kenan tergelitik, hingga dada bidangnya bergetar dan hal itu terlihat sexy dimata Cedereyn.
"Jangan terburu-buru, kita bisa bermain-main sebentar," godanya pada Kenan dengan debaran yang bergemuruh di dadanya.
"Baik sayang, nikmati permainanku," Kenan menarik kaki gadis itu hingga tubuh gadis itu berada dipinggangnya dan dengan nakalnya Kenan memainkan tubuh bagian bawahnya ke wajah Cedereyn.
"Kau siap?" tanya gadis itu sambil mengusap milik Kenan dengan jemarinya.
Kenan semakin terbakar menahan gejolak didalam dirinya. Matanya mulai memerah hingga wajahnya ikut menegang merasakan sentuhan nakal dari Cedereyn.
Kenan yang sudah dipuncak hasratnya segera menghimpit tubuh gadisnya dan menyelesaikan hasrat mereka dimalam panas itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments