Pernikahan Seumur Jagung

Satu minggu setelah pertemuan dipesta, Alvian menemui Mila, lalu menanyakan tentang aku,

"Mil, teman kamu yang waktu itu dipesta mana ya?"

Mila yang waktu itu lagi bersama Zia langsung menebak maksud Alvian, “maksud kamu Rena, pasti mau ngomongin sesuatu ya”.

Alvian hanya tersenyum mendengar pertanyaan Mila. Mila langsung menunjuk ke arah depan pintu kelas dan berkata “orang yang kamu cari ada di sana.”

Alvian langsung menoleh kearah depan kelas dan menuju kepadaku.

“Hai Ren, gimana kabarmu?” Tanya Alvian sambil tersenyum.

“Baik,” jawabku sambil tersenyum.

“Ren, nanti kalo ga sibuk dateng ya ke Cafe belakang kantin, aku tunggu jam tiga sore aku mau omongin sesuatu,” pinta Alvian padaku.

Tanpa berpikir panjang aku mengikuti perkataannya. Tepat jam tiga sore aku menemui Alvian bersama Zia dan Mila. Penasaran banget sebenarnya Alvian mau bilang apa? Tiba-tiba di atas panggung Alvian menyerukan sesuatu sambil memegang mikrofon “Selamat sore, mohon perhatiannya sebentar.

Hari ini adalah hari yang sangat spesial untuk seseorang yang spesial.”

Mendengar ucapan Alvian para pengunjung bertanya-tanya, begitu juga dengan Mila, Zia dan aku. Kira-kira siapa ya orang spesial yang dimaksud Alvian? Sambil menatap sekeliling cafe.

Alvian melanjutkan ucapannya “seorang wanita cantik yang baik hati yang ada di depan saya,  namanya Rena”.

Mendengar ucapan Alvian aku menjadi gugup, Zia dan Mila menggenggam tanganku sambil tersenyum lebar. Tiba-tiba saja Alvian mengajakku ke atas panggung lalu melanjutkan perkataannya “Rena… Will You Marry Me?” sambil memberikan seikat bunga dan sebuah cincin padaku. Teman-temanku yang menyaksikan kejadian itu langsung bersorak “terima ... terima … terima …” tanpa berpikir panjang aku langsung menerima Alvian.

Akhirnya kamipun jadian, kami melewati masa pacaran selama satu tahun, saat itu aku juga telah menyelesaikan S2 ku begitu juga dengan Alvian dan tiga bulan setelah itu kamipun menikah.

Pernikahan kami berlangsung dengan sangat mewah, karena aku anak satu-satunya dan kesayangan ayah, ayah merayakan pesta pernikahanku dengan sangat mewah dan hari itu adalah momen bahagia yang aku miliki bersama orang yang kucintai.

Awal pernikahan, terasa sangat menyenangkan. Alvian terlihat sangat bertanggung jawab kepadaku dan ayah, kami juga mengelola perusahaan ayah bersama. Satu tahun menikah kami dikaruniai seorang anak lelaki yang tampan. Anak pertamaku kuberi nama Dhafi artinya tamu, karena memang anak ini adalah tamu pertama kami, menjalani satu tahun pernikahan bersama Alvian. Membuatku sangat bahagia.

Aku melihat dia sangat menyayangi putraku dan memberikan perhatian yang sangat besar pada anakku, hingga aku memiliki anak kedua, seorang bayi perempuan lucu yang kuberi nama Belvina, dalam kondisiku yang memiliki dua anak yang ku urus sendiri tanpa pengasuh aku masih memimpin perusahaan tapi lama-kelamaan aku merasa sudah tidak sanggup untuk mengelola perusahaan karena juga mengurus anak-anak dan rumah. Akhirnya aku memutuskan supaya Alvian menjadi pimpinan perusahaan dengan izin dari ayah. Awalnya ayah tidak mau, tapi setelah aku menjelaskan kondisiku akhirnya ayah mau mengerti.

****

Pertama kali menjadi direktur perusahaan Alvian sangat menunjukkan rasa tanggungjawabnya pada pekerjaan dan prospek perusahaan juga semakin membaik, sampai suatu ketika perusahaan kami membutuhkan seorang sekretaris.

Ryan sepupuku merekomendasikan seorang wanita yang disebutnya sebagai teman kampusnya, namanya Anastasya, dia meminta kepada Ryan untuk dicarikan pekerjaan karena orang tuanya lagi sakit dan dia butuh biaya untuk pengobatan ibunya, karena merasa iba Alvian menerimanya bekerja di Perusahaan dan mengisi kekosongan sekretaris di perusahaan, tapi semenjak kedatangan Anastasya semua jadi berubah, Alvian mulai tidak peduli padaku.

Dia lebih sering menghabiskan waktu di luar daripada di rumah, alasannya kesibukan di perusahaan semakin bertambah karena permintaan pasar semakin meningkat, pernah suatu waktu aku ingin meminta Alvian untuk mengantarkanku ke rumah sakit karena ayah kena serangan jantung, tapi Alvian tidak ada di kantor kata resepsionis Alvian lagi ada meeting diluar bersama sekretarisnya, sampai keesokan harinyapun Alvian tetap tidak datang menjenguk ayah, jangankan datang bertanyapun tidak. Aku mulai curiga, aku mulai bertanya pada Alvian apa yang menyebabkannya tidak bertanya tentang ayah dan cenderung tidak peduli, dia hanya menjawab sibuk dengan urusan pekerjaan dan banyak deadline dengan klien.

Tidak percaya begitu saja akhirnya aku meminta Ryan mengantarkanku ke perusahaan dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi, benar saja ketika aku ke perusahaan Alvian dan sekretarisnya tidak ada di kantor, akupun menanyakan pada resepsionis dan rekan-rekan di perusahaan apa benar banyak jadwal meeting dengan klien, mereka menjawab tidak ada, kalaupun ada palingan cuma sesekali. Kecurigaanku semakin bertambah saat aku meminta laporan keuangan hasilnya sangat mengejutkanku, uang perusahaan telah digelapkan dan semuanya dimasukkan ke rekening Alvian untuk membeli rumah dan mobil mewah, sementara Alvian tidak pernah memberikanku kejutan apapun. Aku benar-benar kesal dengan yang baru saja aku lihat, akupun pulang ke rumah dengan sangat marah.

Sesampainya di rumah aku menunggu kedatangan Alvian, seperti biasa dia pulang larut malam.

"Dari mana saja kamu mas?"

"Tadi ada rapat sama klien," jawabnya seperti biasa.

"Rapat? Masa rapat tiap hari mas?" selidikku padanya.

"Mau bagaimana lagi? Banyak klien yang mau bekerjasama sama dengan perusahaan kita, pastinya aku harus menyeleksi mereka," jelasnya lagi padaku.

"Oh begitu ya?" tanyaku datar padanya.

Dia tetap bungkam dan tak memberikan penjelasan apapun padaku.

Akupun melanjutkan pertanyaanku.

"Bagaimana dengan kantor apakah perusahaan baik-baik aja mas?"

"Ya, perusahaan baik-baik saja dan omsetnya selalu meningkat," jawabnya tanpa ada keraguan dimatanya.

Aku tidak percaya begitu saja ucapannya, "benarkah mas?" tanyaku lagi sambil menatap netranya, mencoba mencari kejujuran didalam sana.

Alvian masih mencoba meyakinkanku, "iya sayang, kamu kok ga percaya sama suamimu sendiri?"

"Lalu ini apa mas?" cecarku sambil memberikan fakta yang sebenarnya seperti yang aku lihat siang tadi di perusahaan.

"Apa ini sayang?" tanya Alvian sangat terkejut.

"Itu bukti kalau mas udah bohong sama aku tentang perusahaan kita," ucapku sambil meluapkan emosiku padanya.

Alvian masih mencoba berkilah, "itu fitnah sayang, pasti ada orang yang ingin menjatuhkanku," belanya terhadap dirinya.

Aku yang merasa kesal, memberikan bukti-bukti yang telah aku salin dari perusahaan.

"Lihat ini mas, kamu udah ketahuan berbohong kepadaku dan juga ayah!" Tegasku sambil melemparkan bukti-bukti yang kuperoleh ke atas meja.

Merasa terdesak Alvian mengakui semuanya.

"Oh itu, memang benar aku yang melakukannya, tapi itu semua hakku. Aku adalah pimpinan perusahaan jadi aku punya hak untuk menggunakan uang perusahaan," sungutnya tanpa rasa bersalah.

"Aku benar-benar sangat kecewa sama kamu mas, ternyata kamu telah menggelapkan uang perusahaan untuk bersenang-senang dengan Anastasya sekretarismu! Kamu ga mikirin aku dan anak-anak kita?" Tangiskupun pecah saat itu juga.

Alvian yang melihatku menangis langsung merangkulku, dia membawa tubuhku ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku sayang,  aku melakukan itu bukan tanpa sebab tapi karena Anastasya membutuhkannya untuk biaya rumah sakit ibunya," jelasnya padaku.

"Kamu masih saja berbohong mas. Aku tahu kamu selingkuh dibelakangku kan?"

Seketika dia melepaskan pelukannya dan menatap mataku dengan intens. Mencari celah dari setiap ucapanku.

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Itu ga benar sayang," kilahnya lagi.

"Mas jujur saja, sebenarnya mas ada hubungan apa dengan sekretaris yang bernama Anastasya itu?"

"Maaf sayang aku memang salah, tapi aku ga pernah membohongi kamu. Aku memang pernah dekat sama dia tapi itu dulu dan sekarang udah ga lagi," ucapnya meyakinkanku.

Sulit bagiku untuk memaafkannya kalau bukan mengingat anak-anakku rasanya aku ingin sekali mengusirnya dari rumah, tapi aku mencoba memaafkannya dan berharap dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

Ternyata Alvian tidak pernah berubah, aku pikir setelah kejadian itu dia tidak akan berhubungan dengan Anastasya, ternyata hubungan mereka masih tetap berlanjut.

Merasa lelah dengan sikap Alvian yang semakin menjadi-jadi akupun memintanya meninggalkanku.

"Mas aku cape dibohongi sama kamu terus-terusan. Aku ga bisa melanjutkan hubungan kita mas. Aku rasa berpisah adalah jalan terbaik untuk kita," pintaku sambil berderaian air mata.

Alvian tersenyum miring memperhatikanku dengan tatapan mencemooh.

"Baik, kalau itu maumu aku akan ikuti kemauan kamu, tapi dengan satu sayarat."

"Syarat apa mas?" tanyaku sambil menghapus jejak air mataku.

"Aku rasa aku tidak perlu berpura-pura lagi. Aku juga udah muak sama kamu, hidup membosankan dengan wanita rumahan yang cuma bisa mengurus anak dan rumah saja. Aku jenuh denganmu."

Ucapan yang terlontar dari bibirnya itu benar-benar menyakitku, aku tak rela dia menghinaku.

"Aku begini juga karena kamu mas. Aku dirumah mengurus anak-anak dan juga kamu." Aku mencoba membela diri.

"Ya aku tahu itu, tapi setidaknya jangan buat aku bosan dengan penampilanmu yang seperti ibu rumah tangga itu. Aku mau wanita yang modis dan cantik. Bukan seperti kamu." Tunjuknya ke wajahku dengan tatapan merendahkanku.

"Kamu jangan lupa ya mas. Aku ini istrimu dan aku juga yang udah memberikan kamu jabatan di perusahaanku sampai kamu jadi hebat seperti sekarang ini, tapi kamu ga boleh seenaknya begitu," ucapku sambil menatap tajam ke netra kecoklatan lelaki itu.

"Jadi sekarang kamu mau hitung-hitungan sama aku?" gertaknya padaku.

"Bukan begitu mas, aku cuma ga suka kamu merendahkanku seperti itu." Aku mencoba merendahkan suaraku dan sedikit mengatasi egoko.

"Ah, sudahlah! Lama-lama kamu itu membosankan ya. Kamu tadi bilang mau pisah dari aku? Yakin bisa dapatkan yang lebih baik dari pada aku?" Masih saja lelaki itu merendahkanku.

"Apa kamu pikir diusiamu yang memasuki kepala tiga dan memiliki dua orang anak seperti sekarang, lelaki mana yang mau denganmu?" sambungnya sambil mencerca padaku.

"Aku ga pernah berpikir untuk mencari pendamping lagi mas. Aku cuma ingin hidup bahagia dan anak-anakku juga bahagia," jelasku sambil menahan tangisku.

"Oh begitu, jadi kamu tidak bahagia bersamaku? Lantas kamu pikir kamu bisa menjalankan perusahaanmu itu tanpa aku?" tuturnya meremehkanku.

"Aku pasti bisa mas," jawabku singkat.

"Baik, kalau begitu maumu. Kita lihat saja apa kamu akan sanggup menjalankan perusahaan itu tanpa aku dan satu lagi, aku mau separoh dari aset perusahaan harus kamu berikan padaku, kalau tidak jangan harap aku akan mau berpisah denganmu."

Sejenak aku tertegun mendengar ucapannya. Benar saat ini aku tidak bisa menjalankan perusahaan itu tanpa dirinya, tapi aku tidak akan tinggal diam jika dia mencoba merendahkanku terus. Lama berpikir, akhirnya aku putuskan untuk mengikuti permintaannya, tanpa butuh waktu lama aku memanggil pengacaraku untuk mengurus pembagian aset perusahaan, akupun memberikan separuh aset perusahaan untuknya dan semua itu juga telah mendapat persetujuan dari ayah.

Setelah membagi aset perusahaan akupun memutuskan untuk berpisah dengan Alvian. Beberapa bulan setelah perpisahanku dengan Alvuan, kondisi ayah menirun. Ayah terkena serangan jantung dan kondisinya semakin memburuk. Ayah memang sangat menyayangi Alvian, karena ayah tekah menganggapnya seperti anak sendiri, tentu saja perpisahanku dengan Alvian menjadi beban pikirannya. Ayah dirawat beberapa minggu dirumah sakit dan akhirnya menutup mata untuk selamanya, aku sangat sedih karena kehilangan orang yang sangat aku sayangi dihidupku, disisi lain Alvian tidak pernah peduli tentang ayah, juga tidak pernah menemui anak-anakku dan yang lebih menyakitkan lagi tanpa merasa bersalah dan tanpa bertanggung jawab sedikitpun ia masih melanjutkan hubungannya dengan Anastasya, mereka membuat perusahaan kontruksi saingan, tapi sayang semuanya tidak berjalan dengan mulus karena usut punya usut perusahaan mereka sering melakukan kecurangan dan penyuapan.

Alvian juga kelakuannya makin menjadi-jadi dia sering gonta-ganti pasangan. Sampai akhirnya aku mendapatkan kabar Alvian masuk penjara karena tuduhan penggelapan uang rekan bisnisnya dan berpisah dengan Anastasya.

Aku merasa kasihan padanya, tapi ya… mau gimana lagi itukan pilihan dia, aku udah mencoba memberinya kesempatan tapi dia menyia-nyiakannya. Lagi pula sekarang aku sudah tidak bersamanya. Aku telah menjalani kehidupanku yang baru bersama kedua anak-anakku dan kembali menjadi pimpinan perusahaan dan Ryan sepupuku sebagai orang kepercayaanku mengelola perusahaan.

Episodes
1 Pertemuan di Pesta Pertunangan Zia
2 Pernikahan Seumur Jagung
3 Bangkit Kembali
4 Kembalinya Kenan
5 Midnight
6 POV Alvian
7 Visualisasi Tokoh Utama
8 Salah Menduga
9 Malaikat Kecil
10 Menyelamatkan Cedereyn
11 Kejutan
12 Buket Mawar Putih
13 Memancing
14 Memaksa
15 Memberikan Perlindugan
16 Menikahlah Denganku!
17 Misi Kenan
18 Kenan VS Alvian
19 Penasaran
20 Melamar
21 Galau
22 Panggil Aku Dady
23 Pertemuan dengan Jenita
24 Mengambil Keputusan
25 Siasat Alvian
26 Cedereyn Diculik
27 Misi Penyelamatan Cedereyn
28 Sahabat Kecilku
29 Soto Ayam Mas Karyo
30 Rencana Pernikahan
31 Kelicikan Ana
32 Jangan Takut Aku Bersamamu
33 Persiapan Pernikahan
34 Persekongkolan Alvian dan Anastasya
35 Alvian dan Anastasya
36 Hari Bahagia
37 Akhirnya Sah
38 Menyesal
39 Menyambut Kedatangan Menantu
40 Surprise
41 Kecurigaan Ryan
42 Terluka tapi Menikmati
43 Jesi untuk Jeni
44 Menikmati Malam Bersama
45 Menyelidiki
46 Aku Tak Perduli
47 Jebakan
48 Gloria Terbunuh
49 Aku Percaya Kamu
50 Fakta yang Terkuak.
51 Kejutan untuk Kenan
52 Hasutan
53 Alvian Kecelakaan
54 Khawatir
55 Berpisah
56 Stevany Terluka
57 Memberikan Penjelasan
58 Meminta Maaf
59 Kesabaran Rena
60 Kembali Pulih
61 Sebuah Ancaman
62 Pernikahan Semu
63 Tentang Alvian
64 Rencana Pelenyapan Jenita
65 Mengejar
66 Mulai Membuka Hati
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Pertemuan di Pesta Pertunangan Zia
2
Pernikahan Seumur Jagung
3
Bangkit Kembali
4
Kembalinya Kenan
5
Midnight
6
POV Alvian
7
Visualisasi Tokoh Utama
8
Salah Menduga
9
Malaikat Kecil
10
Menyelamatkan Cedereyn
11
Kejutan
12
Buket Mawar Putih
13
Memancing
14
Memaksa
15
Memberikan Perlindugan
16
Menikahlah Denganku!
17
Misi Kenan
18
Kenan VS Alvian
19
Penasaran
20
Melamar
21
Galau
22
Panggil Aku Dady
23
Pertemuan dengan Jenita
24
Mengambil Keputusan
25
Siasat Alvian
26
Cedereyn Diculik
27
Misi Penyelamatan Cedereyn
28
Sahabat Kecilku
29
Soto Ayam Mas Karyo
30
Rencana Pernikahan
31
Kelicikan Ana
32
Jangan Takut Aku Bersamamu
33
Persiapan Pernikahan
34
Persekongkolan Alvian dan Anastasya
35
Alvian dan Anastasya
36
Hari Bahagia
37
Akhirnya Sah
38
Menyesal
39
Menyambut Kedatangan Menantu
40
Surprise
41
Kecurigaan Ryan
42
Terluka tapi Menikmati
43
Jesi untuk Jeni
44
Menikmati Malam Bersama
45
Menyelidiki
46
Aku Tak Perduli
47
Jebakan
48
Gloria Terbunuh
49
Aku Percaya Kamu
50
Fakta yang Terkuak.
51
Kejutan untuk Kenan
52
Hasutan
53
Alvian Kecelakaan
54
Khawatir
55
Berpisah
56
Stevany Terluka
57
Memberikan Penjelasan
58
Meminta Maaf
59
Kesabaran Rena
60
Kembali Pulih
61
Sebuah Ancaman
62
Pernikahan Semu
63
Tentang Alvian
64
Rencana Pelenyapan Jenita
65
Mengejar
66
Mulai Membuka Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!