Beberapa minggu setelah kabar Alvian mendekam di jeruji besi, Anastasya datang menemuiku.
"Bu Rena, maafkan saya. Saya tahu saya sudah banyak menyakiti ibu dan berbuat tidak baik selama menjadi karyawan ibu, tapi saya mohon maafkan saya bu."
Wanita muda itu bersimpuh dihadapanku sambil berderaian air mata.
"Anastasya, apa yang kamu lakukan? Berdirilah, jika ada yang melihatmu seperti ini, nanti orang akan berpikir yang tidak-tidak padaku," ucapku sambil mengangkat tubuh wanita itu agar sejajar denganku.
"Saya minta maaf bu. Saya sudah mencurangi ibu, saya juga sudah menghancurkan pernikahan ibu dengan Alvian, tapi sekarang ibu lihat sendiri saya sudah menuai karma atas perbuatan saya." Gadis itu menangis tersedu-sedu dihadapanku.
Sebenarnya hatiku sangat sakit saat melihatnya muncul dihadapanku, namun rasa iba yang ada dihatiku lebih besar daripada benciku. Melihat wanita muda itu menghiba dihadapanku, akupun menjadi tidak tega terhadapnya.
"Sudahlah Ana, saya sudah memaafkan semua kesalahanmu. Aku sudah tidak memikirkan semua itu lagi," ucapku menenangkannya.
"Ibu tidak membenci saya sedikitpun?" Wanita muda itu mencoba meyakinkan dirinya sambil menatap mataku.
Aku hanya menganggukkan kepala melihatnya.
"Terimakasih bu, tapi saya butuh bantuan ibu saat ini," pinta wanita itu padaku.
"Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kamu?"
"Bu, maukah ibu menerima saya menjadi karyawan ibu kembali?"
Aku terperanjat oleh ucapan gadis itu, tapi aku tidak ingin menyakitinya. Meskipun luka yang ditorehkannya bersama Alvian masih membekas dihatiku, tetapi melihat kondisinya yang memprihatinkan saat ini aku juga tidak sampai hati untuk menolaknya.
"Ahm, begini sebenarnya saya tidak ingin kamu bekera di perusahaan saya kembali, tapi saya masih mau memberi kesempatan dan kepercayaan kepada kamu," tegasku padanya.
"Benarkah bu?" Mata gadis itu terlihat berbinar-binar saat mendengar ucapanku.
"Iya, saya akan menerima kamu kembali di perusahaan ini. Asal kamu janji kamu harus bekerja dengan baik di perusahaan ini."
"Terimakasih bu, saya pasti akan bekerja dengan baik di perusahaan ini dan saya janji saya akan memperbaiki kesalahan saya pada ibu dan perusahaan ini." Wanita itu langsung memeluk tubuhku dengan erat dan kurasakan ada buliran hangat yang jatuh dari matanya yang mebasahi bahuku.
Aku bisa merasakan penyesalan yang mendalam dari wanita itu. Isakan yang membuat tubuhnya berguncang hebat membuatku mengerti dia benar-benar membutuhkan bantuanku saat ini.
Akupun memeluk kembali gadis itu kemudian menatap kepadanya.
"Sudah, sekarang jangan menangis lagi. Kamu bisa mulai bekerja diperusahaan ini mulai saat ini," jelasku padanya.
Wanita itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum bahagia.
***
Ryan baru saja masuk ke dalam ruangan kerjanya.
"Selamat pagi pak Ryan, silahkan diminum kopinya," ujar Ana padanya.
"Kau? Bagaimana kau ada disini, bukankah kau tidak bekerja disini lagi?"
"Iya pak, kemarin saya menemui bu Rena dan saya menjelaskan semuanya padanya. Saya juga meminta maaf dan meminta untuk bekerja kembali di perusahaan ini," jelas wanita itu sambil menundukkan kepalanya.
"Apa semudah itu kak Rena memaafkanmu, setelah apa yang telah kau lakukan padanya? Jangan berpura-pura padaku. Kau pasti merencanakan sesuatu hal yang buruk pada perusahaan kakakku, " hardik Ryan padanya.
"Tidak pak, tidak seperti itu saya tidak bermaksud untuk menghancurkan perusahaan ini. Saya datang ke sini karena membutuhkan pekerjaan ini." Mata wanita itu mulai berkaca-kaca.
"Jangan berpura-pura dihadapanku. Aku tidak akan mengasihanimu, lebih baik kau pergi dari sini. Aku tidak ingin melihatmu berada disini," tunjuknya pada wajah wanita itu.
Wanita itu hanya bisa menangis karena dia sangat mengerti dengan kondisinya saat ini. Dialah penyebab kekacauan ditempat itu dan sekarang dia hanya ingin mendapatkan maaf dari Ryan.
"Maafkan aku, aku tahu aku salah tapi ku mohon berikan aku kesempatan sekali saja." Wanita itu memohon padanya.
Ryan membuang pandangannya pada wanita yang berada dihadapannya. Lelaki itu masih merasa sakit hati padanya, karena Anastaya bukan hanya membohonginya tapi juga telah mematahkan hatinya, gadis yang dicintainya itu berselingkuh dengan kakak iparnya, yaitu Alvian.
Disela-sela keributan diantara kedua orang itu, Rena datang menghampiri mereka.
"Ryan, Ana, ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut sepagi ini?"
Aku merasa sedikit terganggu dengan perdebatan kedua orang itu, karena ruangan Ryan tidak jauh dari ruanganku. Jelas saja setiap keributan yang terjadi diruangan itu akan segera diketahui oleh Rena.
"Ini kak, wanita ini bilang dia akan bekerja kembali di peurusahaan ini. Apa itu benar kak?" Tunjuknya pada Ana yang masih menangis dihadapannya.
"Iya, aku telah menerimanya kembali di perusahaan ini," jawabku menegaskan pengakuan wanita muda itu.
"Apa? Kakak yakin mau menerima dia bekerja di perusahaan ini lagi? Apa kakak sudah lupa? Dia yang udah menghancurkan perusahaan kita dan dia juga yang telah merebut suami kakak!" ucap lelaki itu dengan penuh kekesalan.
Tangannya mengepal dan rahangnya mengeras menahan amarah yang sedang tertanam dihatinya. Rasanya ingin sekali dia berteriak untuk mengusir wanita itu tapi Ryan masih mengingat Rena yang merupakan pemilik perusahaan.
"Aku tahu Ryan, aku sangat menyadari itu semua dan aku sebagai pemimpin Zeneca Company telah menerimanya kembali di perusahaan ini," tegasku pada adik sepupuku itu.
"Tapi kak, bagaimana bisa kakak mempercayainya? Dia sudah mengkhianati kakak. Dia sudah berselingkuh dengan suami kakak. Kakak masih ingatkan bagaimana mas Alvian udah tega meninggalkan keluarga demi wanita itu?" Tunjuknya pada Ana dengan tatapan penuh kebencian.
"Bahkan dia juga pernah membuat perusahaan saingan untuk menjatuhkan perusahaan kita," imbuhnya lagi.
"Ryan, kakak tahu Ana sudah banyak berbuat salah, tapi kakak masih mau memberikan kesempatan padanya untuk memperbaiki kesalahannya," jelasku pada Ryan.
"Aku ga yakin dia bakal berubah," tatap Ryan dengan tajam pada Ana. Sementara gadis itu hanya menundukkan kepala layalnya orang yang sedang disidang. Dia benar-benar tak mampu menatap mataku ataupun Ryan yang berdiri tepat didepannya.
"Manusia itu adalah tempatnya salah. Baik aku ataupun kamu juga pernah melakukan kesalahan dan sudah seharusnya kita saling memperbaiki kesalahan itu bukan?" tatapku lembut pada adik sepupuku itu.
"Baiklah, kalau begitu mau kakak. Aku cuma tidak ingin perusahaan kita akan semakin terpuruk karena kita baru saja merintisnya kembali." Ryan menghembuskan nafas berat.
Aku melihat ada rasa kekecewaan yang mendalam tersirat dimatanya.
"Kakak sudah memperkirakan itu semua. Sudahlah kamu tidak usah khawatir. Kakak yakin Ana bisa dipercaya kok," tegasku padanya.
Ryanpun menganggukkan kepalanya setuju dengan keputusanku.
Sebenarnya aku masih belum yakin akan keputusanku untuk menerima Anastasya di Zeneca Company, tapi aku coba untuk memberikan kepercayaanku padanya sekaligus mengujinya apakah dia bisa menjaga kepercayaanku atau hanya ingin mengkhianatiku lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rosee
tetap semangat thoor
kapan-kapan mampir yuk ke novel aku makasih
2023-05-04
1