Bab 3

Semenjak hari itu, Kenzo memang lebih perhatian pada Tiara. Ketika berangkat ke kampus, gak jarang Kenzo sengaja berpura-pura memanaskan mesin mobilnya demi menunggu Tiara lalu mereka pun berangkat bersama. Tak jarang juga kalau pulang dari kampus, Kenzo sengaja menunggu Tiara di gerbang kampus. Meski tak jarang Tiara menolak, karena tak enak pada Erik kalau pacarnya itu melihatnya terlalu sering berangkat dan pulang kampus bersama Kenzo.

Hingga pada suatu ketika Meri sepertinya menyadari kalau Kenzo menaruh hati pada Tiara. Dia yang sengaja ingin menjauhkan Tiara dengan Erik pun mencoba untuk berteman dengan Kenzo dengan tujuan memotivasi Kenzo untuk lebih berusaha lagi agar Tiara menerimanya.

Suatu hari ketika jam pelajaran di kelas Tiara usai, Meri langsung berpamitan pada Tiara dan Erik.

“Aku duluan ya, mau latihan pemandu sorak!” ucapnya yang tanpa menunggu tanggapan dari Erik dan Tiara dia langsung pergi keluar dari ruang kelas mereka.

“Eh, tumben banget. Ini bukan hari kamis loh!’ kata Erik.

Tiara yang mendengar apa yang dikatakan Erik itu menyipitkan matanya ke arah pacarnya dong.

“Tahu banget kamu kalau Meri latihan tiap hari Kamis?” tanya Tiara yang mulai curiga dengan hubungan pacarnya itu dengan sahabatnya sendiri.

Tapi bukannya merasa bersalah atau bersikap lebih baik untuk menjelaskan pada Tiara. Erik malah langsung berdiri dan meraih tasnya.

“Aku sudah mulai capek ya sama kamu. Kamu tuh selalu aja curiga, selalu aja cemburu gak jelas. Meri itu siapa? Dia itu teman aku dari kecil. Sekarang yang jadi pacar aku itu kamu. Kenapa sih, kamu terus cari-cari masalah supaya kita ribut?” tanya Erik langsung ngegas di depan Tiara.

Tiara sampai kaget Erik jadi semarah itu padanya, padahal dia hanya ingin tahu kenapa Erik sampai sebegitu perhatian nya sama Meri. Padahal Erik saja tidak tahu dan tidak mau tahu kapan Tiara ada bimbel atau hal lainnya.

“Aku Cuma tanya...!”

Tapi baru Tiara mau bicara, Erik kembali menyelanya.

“Hoh, jangan-jangan benar apa yang kemarin Meri bilang sama aku. Kamu tuh emang sengaja cari-cari salahnya aku sama Meri. Padahal kamu tuh lagi deket sama itu tetangga kamu yang suka nganter jemput kamu, iya kan?” tanya Erik dengan tatapan sangat mengintimidasi Tiara.

Tiara lantas menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Gak Rik, gak ada hubungannya sama Kenzo!”

“Tuh kamu mungkir kan, sudahlah Tiara gak usah nyari kambing hitam atas kelakuan kamu itu!”

“Nyari kambing hitam gimana? Aku Cuma tanya kamu kok tahu Meri latihan hari Kamis, segitunya kamu perhatian sama dia. Sedangkan kamu aja gak tahu kan kapan aku bimbel?” tanya Tiara yang mulai emosi di tuduh yang tidak-tidak oleh Erik.

“Terus aja nyangkal, males tahu aku ngomong sama kamu. Bisanya nyalahin orang terus!”

Setelah berkata seperti itu, Erik langsung pergi meninggalkan ruang kelas tersebut. Tiara berusaha menahan Erik karena ingin menjelaskan masalah hubungannya dengan Kenzo, tapi Erik malah menepis tangan Tiara dan mendorongnya.

Tiara hanya bisa menangis. Dia sendiri bingung karena Erik sebelumnya tak pernah kasar padanya. Sedangkan di luar pintu, Meri ternyata sudah memanggil Kenzo dan saat ini sedang bersama dengan Kenzo melihat apa yang terjadi antara Tiara dengan Erik.

“Tuh, kamu lihat sendiri kan kelakuan Erik sama Tiara! Kamu gak percaya sih apa yang aku bilang dari kemarin-kemarin. Tiara itu selalu di siksa sama Erik. Pacaran mereka itu sudah gak sehat, tapi tetap saja si Tiara bucin sama Erik. Cuma kamu yang bisa memisahkan mereka berdua, Kenzo. Kasihan Tiara!” ucap Meri yang lantas meninggalkan Kenzo yang masih terus memperhatikan Tiara yang sedang menangis.

‘Kasihan kamu Tiara, di rumah kamu di siksa oleh ayah dan ibumu sendiri. Di kampus kamu di kasari begitu sama pacar kamu sendiri!’ batin Kenzo.

Dan semenjak saat itu, Kenzo semakin perhatian dengan Tiara. Meski Tiara selalu berusaha menjauhinya untuk menjaga perasaan Erik. Namun Kenzo tetap saja terus berusaha untuk dekat dengan Tiara.

Hingga pada suatu hari, Saat hari sedang hujan. Tiara pun berteduh di halte bus dekat kampus. Dia sudah mencari Erik sejak tadi tapi tidak menemukannya. Ternyata Erik berpesan pada Meri untuk mengatakan pada Tiara kalau dia sedang ada di ruang basket. Namun Meri malah tidak menyampaikannya pada Tiara, Meri memang sengaja melakukan itu. Sedangkan Meri juga sengaja menghapus semua pesan dan panggilan dari Tiara di ponsel Erik ketika Erik ke kamar mandi.

Alhasil, di sinilah Tiara. Menunggu di halte bus. Karena untuk pulang hujan terlalu deras.

Tak lama berselang, sebuah jaket seperti melindungi Tiara dari terpaan air hujan. Tiara senang, berharap itu Erik. Namun ternyata saat dia berbalik. Itu adalah Kenzo. Tiara yang tidak mau Erik salah paham mencoba untuk menolak kebaikan Kenzo. Namun sayangnya di saat yang bersamaan Erik datang dengan Meri.

“Bagus ya, aku tunggu kamu setengah jam lebih di ruang basket. Kamu malah asik-asikan berduaan sama orang ini di sini! Keterlaluan kamu Tiara!” pelik Erik yang kesal sampai mendorong lengan Tiara.

“Aku sudah hubungi kamu, aku juga kirim pesan sama kamu, aku tungguin kamu di sini!” jelas Tiara yang memang tidak bersalah.

“Bohong kamu, gak ada pesan masuk!”

“Aku kirim pesan tadi, lihat...!”

Tapi baru akan menunjukkan ponselnya, Meri sengaja mendorong Tiara hingga ponselnya jatuh. Ponsel itu basah dan rusak.

“Ya ampun maaf ya Tiara, tapi kamu keterlaluan sih. Padahal aku kan sudah bilang kalau Erik nungguin kamu di ruang basket!”

“Kamu gak bilang..!”

“Cukup Tiara, sebaiknya kita gak usah bicara dan ketemu dulu. Kamu introspeksi diri kamu!” ujar Erik yang lantas pergi dengan Meri.

Tiara menangis lagi, namun saat Kenzo berusaha menenangkannya dia malah berlari menerobos derasnya hujan untuk pulang ke rumah.

Saat tiba di depan gerbang, Tiara membuka pintu dan bersiap berlari masuk ke dalam rumah. Namun di depan pintu sudah ada ibunya dengan berkacak pinggang dan mata yang melotot marah.

“Bodoh banget sih kamu, kenapa gak berteduh dulu. Kenapa malah hujan-hujanan. Kalau sakit siapa yang susah, baju basah sepatu basah mau masuk rumah. Jangan bikin orang kesal terus kenapa sih?” pekik Minah.

Tiara yang sudah tak tahan lagi pun berlari pergi dari rumahnya. Sepanjang jalan dia menangis, dia merasa hidupnya begitu menyedihkan. Hanya ingin pulang dan menenangkan diri setelah hatinya terasa sangat sakit saja tidak bisa. Tiara benar-benar putus asa, dia terus berlari sampai di dekat sebuah sungai. Tiara memandang nanar ke depan, ke arah sungai tersebut.

“Kalau tidak ada yang menginginkan aku, untuk apa aku hidup!” ucap Tiara sebelum dia melompat ke sungai.

Byurrr

***

Bergabung...

Terpopuler

Comments

nacl

nacl

plis deh kenzo jangan percaya sama.si meri

2023-03-19

2

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

Tiara 😔😔

2023-03-17

3

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ya Allah tiara yg sabar..danerik mau aja di adu domba

2023-03-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!