Bab 2

"Ya sudah, ayo ke kelas!” kata Erik yang terlihat masih sedikit kesal pada Tiara.

“Kamu duluan saja, aku masih mau di sini!”

“Ya sudah!”

Erik langsung meninggalkan Tiara dan pergi ke kelas mereka.

Tiara menghela nafasnya panjang dan mengusap wajahnya perlahan. Rasanya dia benar-benar lelah, mungkin benar apa kata Erik. Dia terlalu berlebihan, dia punya masalah di rumah tapi membawanya ke kampus. Itu tidak fair untuk Erik. Jika dia malah mencurigai Erik dan Meri. Padahal Erik selalu menjelaskan hubungan mereka hanya sebatas teman saja.

Tiara masih berusaha untuk menetralkan emosinya, ketika dia melihat ke arah lantai tiga. Seorang petugas kebersihan yang sedang membersihkan jendela kaca dengan sebuah gondola terlihat terus bergeser ke arah kiri. Sedangkan di arah kirinya ada sebuah ember yang pastinya itu berisi air. Karena sesekali petugas kebersihan itu mencelupkan alat pembersihnya ke ember tersebut dan memerasnya.

Sementara di bawahnya, Tiara melihat ada seorang pemuda yang akan naik tangga dan menuju tepat di bawah gondola tersebut. Menyadari bahaya yang akan menimpa pemuda itu, Tiara langsung berdiri dari duduknya dan berlari ke arah pemuda tersebut.

Byurrr

Gedubrakkk

Benar saja, ember itu terjatuh dengan air yang begitu kotor ikut tumpah karena embernya pecah.

Tapi untung saja, Tiara datang tepat waktu dan berhasil menarik pemuda itu menjauh dari sana. Meski keduanya sempat tidak seimbang dan akhirnya menabrak sebuah dinding dekat tempat kejadian.

Pemuda itu lantas menoleh ke arah ember yang pecah dengan air yang berwarna butek tidak karuan itu. Lalu menoleh lagi ke arah Tiara yang juga melihat ke arah ember yang pecah. Pemuda itu menatap Tiara dengan perasaan yang sulit di artikan.

Deg deg deg

Detak jantung pemuda itu bahkan bisa di dengar oleh Tiara yang langsung menarik dari dari pemuda itu dan perlahan mundur, menjauh dari pemuda itu.

“Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Tiara.

Pemuda itu lantas tersenyum.

“Iya, terimakasih. Aku Kenzo!” kata pemuda itu sambil mengulurkan tangannya pada Tiara.

“Tiara”

Tiara juga mengatakan namanya sambil menjabat uluran tangan Kenzo.

Tak berselang dari perkenalan mereka. Terdengar teriakan salah satu teman Tiara yang mengatakan kalau dosennya sudah masuk ke dalam kelas. Tiara langsung meninggalkan Kenzo dan berlari ke arah temannya yang sedang memanggilnya.

Kenzo yang melihat Tiara berarti pun tersenyum penuh arti. Kenzo memegang dadanya dan tersenyum lagi.

“Sepertinya aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama padanya!” kata Kenzo sambil berlalu.

Di dalam kelas, Tiara duduk di sebelah Erik seperti biasanya. Namun dia terkejut, karena yang ada di sisi lain Erik bukan Nathan teman Erik. Tapi Meri.

“Kamu... duduk di situ?” tanya Tiara yang lumayan terkejut.

“Iya, pengen ganti suasana aja. Di belakang terus bosen!” kata Meri cuek.

“Sudah.. sudah. Masalah tempat duduk mau kamu jadikan masalah juga?” tanya Erik pada Tiara.

Tiara langsung diam dan fokus melihat ke arah depan. Dia juga tidak mau tanya karena masalah tempat duduk saja dia di tegur dosen nanti.

Setelah semua pelajaran selesai, seperti biasanya Erik akan mengantar Tiara pulang. Tapi kali ini, Erik bilang sedang ada urusan keluarga yang mendesak. Hingga dia tidak bisa mengantarkan Tiara.

Tiara pun memaklumi hal tersebut. Dan kembali berjalan pulang sendirian. Tak di sangka saat akan melewati jalan yang biasa dia lewati, dia melihat ada mobil truk pindahan rumah yang berhenti dekat rumahnya.

Tiara juga melihat beberapa warga ikut membantu. Saat Tiara melihat pak RT dan Bu RT, Tiara pun menegur mereka.

“Pak RT, Bu RT selamat siang!” sapa Tiara sopan.

“Eh, nak Tiara. Baru pulang?” tanya Bu RT.

“Iya Bu, mari!” kata Tiara.

Namun ternyata, saat Tiara sedang menyapa Bu RT dan pak RT, seorang pemuda memperhatikan Tiara dari dalam rumah. Pemuda itu lantas berlari keluar ketika yakin kalau itu Tiara.

“Kenzo.. ngapain lari-lari. Itu bantuin tukang-tukang atur letak perabotan!” kata seorang wanita paruh baya berambut pendek.

“Iya Bu!” kata Kenzo.

‘Jadi dia tinggal di daerah sini juga, kebetulan sekali!’ batin Kenzo senang.

Kenzo pun sambil membantu para tukang mengangkat barang. Dia mendekati Bu RT yang juga sedang membantu.

“Bu RT, itu tadi Tiara kan?” tanya Kenzo.

“Iya betul, kenapa? Kalian saling kenal?” tanya Bu RT.

“Iya Bu, kami satu kampus. Ternyata satu komplek juga, rumahnya yang mana Bu?” tanya Kenzo.

“Oh, kebetulan sekali ya. Itu rumahnya yang paling besar di ujung itu. Yang pagarnya paling tinggi, rumah warna putih!” jelas Bu RT.

Beberapa jam berlalu, Tiara yang baru saja selesai mengangkat jemuran dan melipatnya ingin istirahat sebentar karena dia terlalu lega hari ini. Bukan hanya tubuhnya yang lelah, hatinya juga mulai lelah.

Dia anak tunggal di keluarga ini, tapi malah seperti seorang pembantu saja di perlakukan oleh ayah dan ibunya.

“Tiara! Ya ampun... kenapa malah bengong. Ini sudah mau waktunya makan malam. Kamu masih leha-leha di sini. Terus ayah kamu mau di kasih makan apa?” tanya Minah pada Tiara dengan nada tinggi dan bersungut-sungut.

Tiara juga tidak menjawab, dia hanya diam. Karena semakin di jawab, ibu angkatnya itu akan semakin marah dan tak jarang akan main tangan.

Tiara pun bergegas ke arah dapur, karena terburu-buru, salah satu pakaian yang sudah Tiara lipat jatuh dan terinjak olehnya.

“Ya ampun, Tiara!” pekik Minah.

Minah langsung mengambil bajunya yang jatuh itu dan menyabetkannya di badan Tiara.

Bat bet bat bet...

“Dasar gak becus apa-apa, ini baju harganya mahal... ih ngeselin banget!”

“Ampun Bu, Tiara gak sengaja!”

Semakin Tiara meminta ampun, Minah semakin kasar dan memukulnya.

Kenzo yang kebetulan datang dan melihat itu langsung menghalangi Minah memukul Tiara. Kenzo memasang badannya sebagai tameng untuk Tiara.

“Heh, siapa kamu?” tanya Minah kesal.

“Saya warga baru, saya mau kasih itu ke ibu. Tapi saya lihat ibu pukulin Tiara. Apa salah Tiara?” tanya Kenzo terus dengan posisi melindungi Tiara.

“Haih, tanya sendiri. Bikin kesel aja!” seru Minah yang langsung meraih bingkisan dari Kenzo lalu masuk ke dalam rumah.

Kenzo lantas menuntun Tiara untuk duduk.

“Apa kamu sering mendapatkan perlakuan seperti ini?” tanya Kenzo.

Tiara hanya diam. Dari diamnya Tiara itu, Kenzo tahu kalau pertanyaannya itu tak butuh jawaban.

Kenzo lantas menggenggam tangan Tiara dan berkata.

“Jangan takut Tiara. Mulai sekarang kamu tidak sendirian. Aku akan menjadi teman kamu, kamu bisa cerita apapun padaku, semua keluh kesah mu. Aku akan selalu ada untukmu!” ujar Kenzo terdengar begitu tulus.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

nacl

nacl

aku sih berharap dg hadirnya Kenzo jadi bantu tiara lepas dari mak bapa angkatnya.
jahat banget kan gatau diri udah numpang idup eh main pukul aja 👿👿

2023-03-19

2

nacl

nacl

calon ganti erik ya?😲

2023-03-19

2

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

dirumah dijahatin orang tua
kayaknya disekolah dijahatin temennya 🤭

2023-03-17

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!