"Mama" seru Rava memeluk Melani yang baru saja tiba di pack.
"Papa" johan beralih memeluk papanya.
Senyum bahagia terlihat di wajah keduanya.
"Beri tahu mama sayang, siapa orang nya? " tanya Melani tak sabaran. Kini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Halo Luna" sapa Jesika ramah, Melani tak mengubrisnya.
"Sayang, jawab siapa calon Luna nya" tanya nya lagi karena tak di jawab Rava.
"Nanti mama akan tahu" balas Rava datar. Jesika yang tak sabar akan di perkenalkan merengut kesal mendengar jawaban Rava.
"Aduhhh kau ini" desah Johan yang juga penasaran dengan Mate putranya.
"Sara mana? " tanya Melani menatap sekitar tak melihat kehadiran Sara. Sejak bertemu bersama Arvie kemarin Sara tak lagi menampakkan diri.
"Mungkin di taman belakang Luna" jawab Malvin.
"Lihat lah, mama juga tidak suka dengan ****** mu" cibir Arvie.
"Aku sangat senang, putra ku tidak jomlo lagi" ujar Melani senang.
"Malvin, kerahkan semua anggota pack, kita akan mengadakan pesta yang sangat besar. " Titah Melani.
"Baik Luna"
"Besok pack kita akan mengadakan pesta besar. " sahut omega yang kini tengah tersenyum senang.
"Iya, kesempatan kita untuk mencari mate di pesta ini" sorak yang satunya.
Sara hanya menghela nafas berat mendengar pembicaraan omega itu.
"He Sara! " hardik salah satu dari mereka yang melihat Sara berdiri di dekat mereka.
"Kau pasti berharap bertemu dengan mate mu kan"
"Tentu saja kau berharap, semoga saja mate mu tidak menolak kehadiran mu" cibir yang lain.
Sara menunduk, perkataan mereka benar Mate nya tak menginginkan nya.
"Kau salah, Arvie sangat menyayangi kita. " serga Sari membantah pikiran Sara.
"Sudah sudah kembali bekerja, kita akan sangat sibuk hari ini" tegur Janet.
"Dan kau" tunjuk Janet tajam pada Sara.
"Kerjakan semua itu, dan jangan lupa tugas utama mu membersihkan ruangan Alpha. "
"Iya" balas Sara kemudian kembali bekerja.
"Kau pasti sangat lelah" ujar Sari
"Tidak, aku sudah terbiasa dengan semua ini"
"Mate!! Mate!!! " teriak Sari melompat kegirangan.
Sara menajamkan penciuman nya, aroma wewangian menyejukkan hati menyeruak ke dalam penciuman nya.
"Kita harus pergi" ujar Sara menjauh dari taman belakang.
"Kenapa? " tanya Sari bingung.
"Sara!! " teriak Melani keras.
"Hai Luna" sapa Sara nyengir. Niat hati ingin kabur malah terjebak dengan Luna Melani dan Alpha Rava, Mate nya sendiri.
"Kenapa menghindari ku? "
"Tidak Luna, aku tidak berani melakukan itu"
"Kau tahu, Rava sudah menemukan Matenya! " ujar Melani berbinar. Sara melirik pada Rava yang menatapnya datar.
"Wah bagus dong Luna"
"Kau harus dandan cantik, di pesta penyambutan Luna baru nanti" ujar Melani antusia.
"Aku tidak cocok untuk itu Luna" geleng Sara. "Aku akan membantu yang lain dulu Luna"
"Eh tidak boleh, kau harus dandan cantik, siapa tahu kau bertemu Mate mu nanti" cegat Melani menarik tangan Sara.
"Sudah lah ma, biarkan dia bekerja" sahut Rava langsung mendapat pelototan dari Melani.
"Enak saja, Sara itu sudah mama anggap putri mama sendiri. " Serga Melani garang.
"Kau cepat kembali bekerja" titah Rava dingin.
" Baik Alpha"
"Maaf Luna aku merasa hal ini tidak cocok dengan ku" balas Sara menelan tangis yang kini ingin tumpah. Sara berjalan cepat meninggalkan Melani dan Rava.
"Kau ini, terlalu kasar dengan nya. "
"Ma, sudah sukur dia di Terima di pack ini, jangan perlakukan dia khusus" titah Rava dingin.
"Kau akan menyesal mengatakan hal itu jika mengetahui siapa dia! " ucap Melani dingin dan berlalu pergi.
Rava terdiam dan mendudukan bokongnya di bangku taman. Fikiran nya sedang kacau, besok adalah hari pelantikan resminya dan penyambutan Luna, pendamping hidupnya dan belahan jiwa nya.
"Jangan pernah berfikir ingin menl reject nya Rava" ucap Arvie mencoba membaca fikiran Rava.
"Diam saja kau serigala bodoh! "
"Kau yang bodoh! aku dan kau itu sama" sungut Arvie kesal.
"Terserah kau saja" desah Rava memutuskan midlink mereka.
Sara berjalan cepat, bukan menuju dapur melainkan ke pinggir sungai. Ia sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Sara ingin cepat cepat sampai dan menumpahkan semuanya.
"Sari" panggil Sara pelan. Kini ia tengah duduk di pinggir sungai dengan kaki menjuntai di dalam air.
"Jangan bahas dulu Ra, " ujar Sari sendu. Hatinya masih terluka mendengar semua perkataan tajam dari Mate mereka sendiri.
"Apa kau sudah sanggup jika hidup tanpa Mate Sari? " tanya Sara pelan.
"Aku tak tahu, bagaimana dengan mu? " tanya balik Sari.
"Entahlah, tujuan hidup ku untuk bertemu dengan Mate ku, hidup bersama belahan jiwa ku, membina keluarga bersama. " Tutur Sara panjang lebar, berusaha menahan air mata yang ingin menyeruak keluar.
"Siapa kau? " tanya Sara ketika seorang pria tiba-tiba duduk di sampingnya sembari mengulurkan sapu tangan.
"Aku rasa kau membutuhkan ini" ujar si pria tanpa menjawab pertanyaan Sara.
"Simpan saja untuk, aku tidak butuh" balas Sara ketus kemudian bangkit dari duduknya hendak pergi.
"Hei, aku hanya ingin berteman. "
"Aku tidak butuh teman! " balas Sara tetap melanjutkan langkah nya.
"Jika kau mencari tempat untuk menampung diri mu, datang lah ke puncak bukit itu, kau akan menemukan ku di sana. " Teriak pria itu kemudian berlalu pergi.
Sara berhenti dan berbalik menghadap pria asing yang menurutnya aneh.
"Kemana pria itu? " tanya Sara bingung.
"Mungkin dia siluman" sahut Sari.
"Kau lupa soal diri mu" cibir Sari.
"Terserah kau sajah" dengus Sari pasrah.
"Sebaiknya kita kembali saja, banyak pekerjaan yang kita tinggalkan di pack" ujar Sara bergegas kembali.
"Awh" ringis Sara tiba-tiba di dorong oleh seseorang.
"Kenapa kau mendorong ku! " ujar Sara mencoba bangkit.
"Awas saja jika kau mengatakan jika kau mate Alpha" peringat Jesika tajam.
"Kenapa? aku memang Matenya! "
"Kau tidak pantas, hanya aku yang pantas! " bentak Jesika menggebu, ambisinya sangat kuat untuk menjadi Luna di pack ini.
"Lagi pula Rava juga tidak menginginkan mu, jangan terlalu berharap" cibir Jesika lagi, kemudian berlalu pergi.
Sara kembali melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tinggal tadi. Semua anggota pack terlihat begitu sibuk, lebih sibuk di banding kan dari acara penyambutan wherewolf baru.
"Kau terlihat sangat lelah" ujar Sari prihatin,Sara tengah merenggang kan tubuhnya yang sudah terasa sangat pegal.
"Tidak masalah Ri, kita akan melakukan semuanya untuk terakhir kali"
"Maksud kamu? " tanya Sari tak mengerti melalui Mindlink.
"Nanti kau juga akan tahu" balas Sara tersenyum getir.
"Hidup mu sudah rumit, jangan membuat nya lebih rumit" dengus Sari kesal
"Hihihi, terimakasih sudah mau bersama ku" ujar Sara lirih.
"Kenapa kau berbicara seperti itu, kau dan aku itu sama " serga Sari.
"Hei kau!! cepatlah selesaikan itu, masih banyak pekerjaan yang harus di kerjakan. " Hardik Sunah garang.
"Iy-iya" balas Sara menunduk dan cepat cepat menyelesaikan mencuci piring, kemudian berlalu melakukan pekerjaan lainnya.
🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments