Menjadi tugas rutin bagi Sara untuk membersihkan kamar Rava. Seperti yang Suna perintahkan.
Sara menutup kembali pintu kamar Rava setelah selesai membereskannya.
Sara menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Namun, saat di pertengahan anak tangga, langkah kaki Sara terhenti ketika mendengar sesuatu.
"Ahh, "
Sara menoleh, dia melihat ada pintu kamar di bawah sana terbuka sedikit. Dengan langkah pelan dia menuruni anak tangga dan mendekati pintu itu.
Awal nya Sara ragu, dia juga sempat berdebat dengan Sari.
"Ayo intip Sara" usul Sari.
"Tidak aku tak mau" balas Sara menjauh dari kamar itu. Namun rasa penasaran menyelimuti hati nya. Akhirnya untuk memenuhi rasa penasaran Sara kembali berbalik dan mencoba mengintip.
Astaga, Sara tak menyangka dengan apa yang di lihatnya.
Prang!! ~
Sara menatap pecahan vas bunga di lantai, lututnya bergetar.
"Apa yang kau lakukan! " bentak Rava keluar dari kamar. Jesika ikut keluar setelah memakai baju nya.
"Maafkan aku Alpha"
Plak!!!
"Kau mengganggu waktu ku! " bentak Rava lagi.
"Kau melakukan hal salah" lirih Sari dingin mengambil alih tubuh Sara.
"Berani sekali kau? " tunjuk Jesika.
"Diam kau, aku tak berbicara padamu"
Plak!
Tamparan kembali mendarat di pipi Sara. "Jaga bicara mu, dia mate ku! " bentak Rava menatap tajam pada Sari.
"Mate? "beo Sari.
"Yah, aku Mate Alpha Rava" sahut Jesika menyeringai. Sari terdiam, mencoba menahan ketika Sara mencoba mengambil alih tubuhnya.
"Apa kau berfikir jika Mate Alpha itu dirimu? " cibir Jesika
Sara menggeleng "Aku tak mungkin mengkhayal seperti itu"
"Saya permisi Alpha"
"Kau menyakiti hati Mate ku" dengus Arvie merasa bersalah pada Matenya yang sudah berlalu pergi.
Jesika bersorak di dalam hatinya, ditambah lagi Rava mengklaim dirinya sebagai Luna.
"Apa kau serius dengan ucapan mu? " tanya Jesika memastikan.
Namun, Rava tidak menggubris ucapannya. Rava memilih untuk meninggalkan nya.
"Sari.. " panggil Sara melalui midlink, sejak ia mengambil alih tubuhnya tak merasakan kehadiran Sari lagi.
"Sari, tolong sahut aku"
"Sari.. " panggil Sara lagi, namun tak kunjung mendapat balasan. Memeluk lututnya, Sara duduk sendirian di tepi sungai perbatasan.
"Sudah jangan menangis"
"Sari, akhirnya aku mendengar mu" ujar Sara tersenyum dalam tangisnya. Ia pikir Sari akan meninggalkan nya untuk selama lamanya.
"Aku tak akan meninggalkan mu sendiri, tak akan pernah"
"Terimakasih" balas Sara mulai tenang, tangisnya sudah mereda. Di lihatnya daerah sekitar, hutan sepi yang sejuk membuat hatinya semakin tenang.
"Apa yang akan kau lakukan untuk selanjutnya? " tanya Sari.
"Hmm entah lah, aku tidak bisa memikirkannya" jawab Sara menghela nafas berat.
"Kau bersama Jesika lagi? " tanya Malvin tak percaya.
"Memangnya kenapa? "
"Kau sudah memiliki Mate, kenapa kau masih melayani wanita ular itu! " tutur Malvin. Rava menatap Malvin kaget.
"Kau mengetahui nya? "
"Ya, aku mendengar perdebatan mu dengan nya" jawab Malvin datar.
"Kau tidak boleh merubah takdir, dia Mate mu belahan jiwa mu. "
"Dia bukan Mate ku!!!, dan tidak akan pernah Menjadi Mate ku! " bantah Rava.
"Apa kau begini karena tragedi masa lalu? " tanya Malvin tak di jawab Rava.
"Kau bahkan tak melihat kejadiannya, kau hanya mendengar isu. Sadar lah Rav" ujar Malvin berharap sahabat nya ini membuka pikiran nya.
"Tidak, dia tidak pantas menjadi Mate ku! " balas Rava tetap kukuh dengan pendapat nya.
"Terserah kau saja" balas Malvin kesal meninggalkan Rava sendiri
Rava masih termenung dengan ucapan sang Beta, ia tak bisa melupakan kejadian dimana keluarga Sara berkhianat pada pack nya.
"Bagaimana pun dia Mate kita" ujar Arvie.
"Diam kau" serga Rava memutuskan midlink nya membuat Arvie mendengus kesal.
"Ayo pulang Ra, hari sudah mulai sore" ajak Sari, mereka sedang duduk menatap lajunya aliran sungai mengalir. Tempat ini menjadi tempat favorit bagi Sara jika hatinya tengah kacau.
Hampir malam akhirnya Sara dan Sari tiba di pack. "Dari mana saja kau! "
"Aku dari hutan" jawab Sara menunduk.
"Cepat kerjakan itu! " hardik Suna sembari menunjuk cucian yang begitu banyak.
"Baik" balas Sara berjalan menuju wastafel pencucian.
"Dasar bodoh, kau ini Luna. Tidak pantas melakukan hal yang seperti ini. " gerutu Sari dari dalam pikiran Sara.
"Kau yakin Luna nya? " Sari cemberut, mengingat mate nya menolak kehadirannya.
"Haa sudahlah, aku mau tidur saja"
Sara terkikik mendengar ucapan Sari, ia tetap melanjutkan pekerjaan nya dengan senang hati.
"Kau tahu, Alpha sudah menemukan Mate nya"
"Benarkah? " tanya seseorang tak percaya.
"Yah, besok Luna Melani akan pulang"
Sara hanya diam mendengar para omega lain bercerita. Hatinya sakit, pasti Jesika yang mereka maksud.
"Hei Sara"
Merasa namanya di panggil ia pun menoleh, Sara mengerut melihat siapa yang memanggilnya.
"Aku Lisa Mate Malvin" jelasnya berdiri dihadapan Sara.
"Ada apa mencari ku? " tanya Sara takut takut, tak biasa orang orang mencarinya seperti ini kecuali Luna Melani.
"Aku hanya tak sengaja melihat mu tadi" jawab Lisa, Sara mengangguk.
"Aku mendengar tentang mu dari Malvin" ujar Lisa spontan membuat Sara mendekat padanya dan menarik pergelangan tangan Lisa.
"Kenapa kau membawaku kemari? " tanya Lisa tak mengerti, mereka kini berada di taman belakang pack yang jarang di tempuh yang lain.
"Aku takut mereka mendengar ucapan mu" ujar Sara datar.
"Bukankah mereka sudah tahu, Alpha telah menemukan Matenya" tanya Lisa heran, sedangkan Sara hanya tersenyum kecut.
"Yah, kabar itu memang sudah tersebar, tapi bukan aku yang mereka maksud" jelas Sara menghela nafas.
"Bukannya kau Mate Alp-" Sara langsung membekap mulut Lisa yang melotot bertanya-tanya.
"Jangan katakan itu lagi, nanti ada yang mendengar nya" peringat Sara berbisik pada Lisa.
"Tapi kenapa? " tanya Lisa setelah terlepas dari bekapan tangan Sara. Ia tidak terlalu memahami cerita tentang Sara, hidup selama ini di dunia manusia membuat Lisa tak tahu soal kisah Sara di pack ini.
"Pergilah, sebelum ada yang melihat mu berbicara dengan ku" usir Sara.
"Tapi kenapa? " tanya Lisa tak mengerti.
"Pergilah, Malvin lebih tahu semuanya" jelas Sara mendorong tubuh Lisa untuk menjauh pergi.
"Alpha" ucap Sara kaget.
"Jangan panggil aku begitu" ucap Arvie.
"Maksudnya? " Sara mendongak ketika Arvie sudah berdiri di depan nya.
Tubuhnya yang tinggi membuat Sara sedikit menengadah. Menatap lekat mata kehijauan milik Arvie yang mengisyaratkan rasa kerinduan.
"Mate" panggil Arvie lagi. Dia langsung merengkuh tubuh mungil Sara.
"Mate" balas Sara tersenyum bahagia, dia membalas pelukan Arvie, ia menggunakan kesempatan ini untuk melepas kerinduan nya, kehangatan yang selalu di dambakan nya.
"Maaf jika si bodoh itu menyakiti mu" sesal Arvie yang di balas gelengan dari Sara.
"Terimakasih, kau telah menerima ku. "
"Arvie, panggil aku Arvie honey" ucap Arvie semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku ingin memeluknya juga" rengek Sari yang sedari tadi melompat lompat tak sabar. Sara pun membiarkan Sari mengambil alih tubuhnya.
"Vie vie " panggil Sari manja membuat Arvie terkekeh mendengar panggilan yang di buat Sari.
"Apa ini Mate wolf ku" tanya Arvie manja.
"Tentu" balas Sari menatap lekat mata Matenya.
Rava tak tahan lagi, ia berusaha mengambil alih tubuhnya untuk menjauhkan gadis itu dari tubuhnya.
"Serigala bodoh, jauhkan tubuh itu dari tubuh ku" maki Rava kesal.
"Diam saja kau disitu, aku tak pernah melarang mu untuk berdekatan dengan ****** yang jelas memiliki mate nya sendiri, mengapa kau melarang ku untuk bersama mate ku. " Balas Arvie panjang lebar membuat Rava diam membisu.
🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments