Tika awalnya memang agak terkejut dengan ide yang diutarakan oleh Eva pada mereka yaitu meleyapkan Dela dengan paksa, namun kalau Tika pikir lagi memang tidak ada jalan lain kecuali memang mereka harus melakukan hal tersebut. Ariandra sendiri kini dilema apa langkah berikutnya yang harus ia ambil.
“Mama pergi dulu,” pamit Tika yang kemudian pergi dari ruangan kerja tersebut hingga menyisakan Ariandra dan juga Eva.
“Kenapa kamu diam saja dan raut wajahmu seperti itu? Apakah kamu mencintai wanita itu sampai-sampai tidak rela kalau dia mati?” tuduh Eva.
“Bukan seperti itu, hanya saja membunuh itu adalah sesuatu hal yang terlalu kejam,” ujar Ariandra.
“Aku pikir hati nuranimu sudah mati, rupanya aku salah menilaimu.”
“Sejahat apa pun aku pada Dela, tidak pernah terpikir dalam benakku untuk membunuhnya.”
“Lalu apakah sampai mati aku ini hanya akan menjadi selingkuhanmu?”
“Tidak, tentu saja tidak, aku akan memikirkan jalan lain, namun kalau soal membunuh Dela, aku rasa itu sudah sangat keterlaluan dan aku tidak dapat melakukan hal tersebut, tolong kamu mengertilah.”
****
Ketika Tika baru saja tiba di lobi dan hendak pulang ke rumah, ia berpapasan dengan Denis yang kebetulan baru saja keluar menemui klien perusahaan mereka, Denis menyapa Tika dan menanyakan kenapa mamanya itu
datang ke tempat ini.
“Mama datang ke sini untuk bertemu dengan kakakmu.”
“Kakak? Apakah Mama berhasil menemui dia?”
“Kenapa kamu menanyakan hal itu?”
“Tidak, hanya saja….”
“Hanya saja apa? Apakah kamu mengetahui sesuatu?”
Denis nampak ragu untuk mengatakan apa yang ia ketahui pada sang mama, apalagi saat ini mereka sedang ada di lobi kantor yang mana banyak pegawai yang berlalu lalang di sekitar mereka.
“Bagaimana kalau kita membicarakan ini di luar saja?”
“Baiklah, tidak masalah.”
Denis mengajak sang mama menuju sebuah café untuk mereka berdua bicara, selepas memesan minum dan pelayan pergi dari meja mereka, barulah Denis mengatakan apa yang selama ini ia ketahui namun tidak pernah ia
ceritakan pada siapa pun.
“Baiklah, sebelumnya aku minta maaf kalau ceritaku ini akan membuat Mama agak terkejut.”
“Jangan berbelit-belit Denis, cepat ceritakan apa yang kamu ketahui.”
“Sebenarnya selama ini Kak Ariandra berselingkuh dengan wanita lain dan selingkuhannya itu sering mampir ke kantor untuk menemuinya.”
“Kamu tahu dari mana berita seperti itu?”
“Aku sering memergoki mereka, aku juga langsung bertanya pada mereka mengenai hubungan apa yang mereka jalani saat ini dan mereka pun mau jujur kalau mereka menjalin hubungan terlarang di belakang Dela.”
****
Denis kembali ke kantor selepas membicarakan soal perselingkuhan antara kakaknya dengan Eva, awalnya ia tidak mau menceritakan hal ini pada siapa pun bukan karena ia takut pada Ariandra, namun ia lebih ingin menjaga perasaan kedua orang tuanya ketika mengetahui soal perselingkuhan Ariandra dan Eva. Saat ia menunggu lift, ia berpapasan dengan Eva yang baru saja keluar dari dalam lift, mereka sempat bersitatap sebelum akhirnya Denis
masuk ke dalam lift.
“Apakah benar kalau mama tidak bertemu dengan wanita itu tadi?”
Denis masih bertanya-tanya mengenai apakah benar mamanya tidak melihat keberadaan Eva ketika bertemu dengan Ariandra tadi, akhirnya ia sampai juga di lantai tempatnya bekerja, ruangan tempatnya bekerja masih satu lantai dengan Ariandra dan ketika ia baru saja keluar dari lift, nampak Ariandra baru saja keluar dari dalam ruangan kerjanya.
“Kamu sudah kembali rupanya,” ujar Ariandra.
“Apakah barusan mama datang menemuimu?” tanya Denis penasaran.
“Iya, dia datang menemuiku, ada keperluan apa kamu menanyakan itu padaku?”
“Apakah mama melihatmu dengan wanita itu?”
“Kenapa kamu seperti reporter acara gosip, huh? Urus saja masalah pribadimu,” ujar Ariandra tegas dan kemudian pria tersebut masuk ke dalam lift.
****
Tika baru saja sampai di rumah, ia terkejut karena menemukan besannya ada di rumahnya dan yang lebih membuatnya terkejut adalah besannya ini marah-marah karena sudah memperlakukan putrinya tidak baik.
“Kenapa anda begitu tega sekali memperlakukan putriku dengan tidak baik? Dia ini menantumu bukan asisten rumah tanggamu.”
“Bu, sudahlah,” ujar Dela membujuk supaya ibunya tidak memperpanjang masalah ini.
“Tidak bisa Dela, sebagai Ibu aku tidak terima kalau kamu diperlakukan layaknya seorang asisten rumah tangga, kamu ini menantu di rumah ini.”
“Dela, apa saja yang sudah kamu katakan pada dia soal aku?” tanya Tika dingin.
“Aku tidak mengatakan apa pun, Ma.”
“Sudahlah Dela, kamu tidak perlu takut pada wanita ini, kamu memang diperlakukan layaknya asisten rumah tangga di rumah ini kan?”
“Bu, sudah hentikan, aku mohon,” pinta Dela.
“Kalau iya kenapa? Aku memang memperlakukan anakmu ini sebagai asisten rumah tanggaku, apakah itu menjadi masalah untukmu? Asal kamu tahu saja, putrimu itu sama sekali tidak cocok bersanding dengan keluarga kami,
berani sekali kamu memintaku untuk bersikap baik pada putrimu.”
“Beraninya kamu menghina putriku!”
“Apa? Apakah ucapanku barusan salah? Kalian itu sama sekali tidak setara dengan keluarga kami, andai saja putrimu tidak menggoda putraku dan mengaku-ngaku kalau dia hamil maka putraku tidak akan pernah mungkin terperangkap dengan wanita dari keluarga miskin seperti anakmu itu.”
“Beraninya kamu mengatakan itu, Della memang saat itu sedang hamil dan asal kamu tahu saja anakmu yang menghamili anakku! Wajar kalau Dela meminta tanggung jawabnya sebagai seorang ayah!”
“Lalu apakah kamu bisa menjelaskan ke mana perginya anak yang dikandung oleh anakmu itu? Dia itu adalah penipu ulung, di balik wajah lugunya dia seperti ular.”
Sebenarnya ibunya Dela masih ingin memperpanjang masalah ini, namun Della mengatakan pada sang ibu untuk berhenti karena ia malu pada Tika.
“Kenapa kamu harus merasa malu pada wanita ini, Nak? Wanita ini sudah merendahkanmu!”
“Bu, tolong sekarang Ibu pulang, ya?”
“Kenapa kamu jadi menyuruh Ibu pulang, Della? Ibu di sini sedang membelamu.”
“Sudahlah, aku malas berdebat denganmu, cepat angkat kaki dari rumahku ini sebelum aku memanggil satpam untuk menyeretmu keluar dari rumah ini,” tegas Tika.
“Aku tidak akan pergi dari rumah ini kecuali dengan Dela.”
“Oh silakan saja, bagus kalau kamu mau membawa anakmu ini pergi dari rumah ini, silakan bawa orang ini pergi dari rumahku ini karena kehadirannya sama sekali tidak berguna.”
“Sekarang juga kamu kemasi barang-barangmu, kita tinggalkan penjara ini,” ujar ibunya Dela membawa putrinya itu untuk segera mengemasi seluruh pakaiannya yang ada di dalam lemari.
"Bu, aku tidak mau pergi dari rumah ini,” ujar Dela.
“Apa katamu? Kenapa kamu tidak mau pergi dari rumah ini? Jelas-jelas mereka sudah merendahkanmu dan wanita itu ingin sekali kamu pergi dari rumah ini.”
“Aku tidak akan pergi sebelum aku dan Ariandra benar-benar bercerai, Bu.”
“Astaga Dela, sadarlah mereka sama sekali tidak menginginkanmu di rumah ini.”
“Aku akan bertahan di rumah ini Bu, tolong hargai keputusanku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments