Pagi yang cerah cahaya pagi yang menyilaukan Pingkan.
" Emhhh, baru kali ini bisa tidur nyenyak, tidur dengan perut yang kenyang." Pingkan meregangkan badanya dengan semangat.
"Mandi dulu ah." Ucap Pingkan dalam hati.
"Tuk..tuk..tuk." Suara kaki pingkan menurut anak tangga menuju ruang makan.
" Hem..." Suara Gizo yang berdehem, melihat Pingkan dengan balutan gamis senada dengan jilbabnya, yang menutupi rambutnya.
" Ahhh.. kamu sudah di bawah, apakah aku menganggu?" Jawab Pingkan tidak enak hati.
" Tidak duduklah." Gizo mempersilahkan duduk Pingkan makan bersamanya.
"Lain kali jangan gunakan, nada seperti itu, dengan tidak kamu perjelas posisimu, posisimu sudah jelas." Gizo pergi meninggalkan Pingkan di meja makan.
"Apa, maksudmu?" Pingkan masih binggung dengan ucapan Gizo.
"Aku tidak suka dengan orang berbicara dengan nada seperti itu!" tegas Gizo.
"oke." jawab Pingkan tertunduk lesu.
"Ini nomerku, dan ini rekening untukmu." Gizo mendekati Pingkan sembari meletakan kerta dan kartu rekening di meja Pingkan
"Hubungi aku jika butuh sesuatu." Ucap Gizo.
"Terimakasih." Pingkan tersenyum manis kepada Gizo.
" Ahh...aku harus menemui Nina, dia sahabat satu - satunya yang aku miliki." Ucap Pingkan dalam hati.
Pingkan bergegas pergi menemui Nina di tempat kerjanya di sebuah cafe di sebuah mall.
"Pak antar aku ke mall city ya?" Ucap Pingkan kepada supir pribadinya yang di siapkan Gizo.
"Baik nyonya muda silahkan." Jawab sopir pribadi sembari membuka pintu mobil.
"Ahh tidak usah pak saya sendiri saja." Ucap Pingkan tidak enak hati karena sudah terbiasa sendiri.
" Baik nyonya muda." Jawab sopir patuh.
Mereka bergegas menuju mall city yang di tuju.
"Sudah sampai nyonya." Ucap sopir membuyarkan lamunan Pingkan.
"Baik pak terimakasih, bapak boleh ngopi, boleh jajan, boleh istrirahat, saya ke atas dulu." ucap Pingkan memberi arahan kepada sopirnya.
" Baik nyonya." Ucap pak supir.
"Ahhh aku langsung menuju kesana saja" ucap pingkan di dalam hati. Sembari menuju kafe tempat temanya bekerja.
"Dimana sih si Nina, kok nggak kelihatan." Pingkan di dalam kafe duduk di pojokan sembari celingak - celinguk.
"Permisi mbak pesan mau pesan apa?" Pelayan toko menghampiri Pingkan yang dari tadi mencurigakan celingukan.
"Ah ya saya boleh minta buku menunya?" Jawab Pingkan sopan
"Silahkan mba...kkk!! Pingkan ini kamu" Teriak pelayan yang ternyata Nina sahabatnya.
"Hah ini beneran kamu Nina...ka...kamu berhijab sekarang? aku pangling." ucap Pingkan kaget dengan penampilan temanya sekarang.
"Iya ini aku, plak.." Nina menjawab sembari menampar bahu Pingkan.
"Alhamdulillah, kamu sudah mendapat hidayah." Pingkan mengucap syukur.
"Alhamdulillahin ajalah lah, kalau Bu ustazah ngomong mah, heh keman aja kamu nggak nongol nomer hp nggak aktif, di rumah nggak ada!" Ucap Nina mengucap syukur di tutup dengan omelan.
"Ahh itu yang akan aku ceritain." Pingkan memasang wajah sedih didepan sahabatnya.
"sebentar - sebentar, ini sudah waktunya aku ganti sip kerja, baku laporan dulu terus kita nanti ganti cafe biar enak ngomongnya, tunggu ya sebentar ajah sayangku." Ucap Nina menggalakan Pingkan sendiri.
"Ayo kita gass." Dari kejauhan Nina melambaikan tangan sembari mengucap kata isarat.
" Hayuk." Jawab Pingkan dengan menggangukan kepala sebagai tanda isyarat.
"Kemana kita beasti?" Tanya Pingkan.
"Kita kecafe pojok sana aja yuk, adem." Nina menunjuk cafe paling pojok.
"okelah." Jawab Pingkan singkat.
"pojok sana ajah ya sembari melihat pemandangan." Usul Nina.
"Baiklah, sahabatku." Jawab Pingkan mengikuti sahabatnya.
"Mbak pesan Es teh sama Es jeruk, makanya kentang goreng aja." Ucap Nina kepada pelayan tanpa meminta persetujuan pingkan.
"Giman tadi mau cerita apa?" Tanya Nina dengan lembut kepada sahabatnya.
Pingkan bercerita panjang lebar tentang kejadian yang dia alami.
"Prak...keterlaluan!!!" Teriak Nina sangat marah mendengar cerita sahabatnya.
"Eh jangan membicarakan mereka lagi, aku sekarang sudah menikah lagi dengan tuan muda Gizo Pramono." Ucap Pingkan dengan memangku wajahnya di tangan sembari menggoyang - ngoyangkan minumanya.
"Apa? aku tidak salah dengar? tuan muda Gizo?" Nina kaget dengan pengakuan sahabatnya.
"Iya benar istri tuan muda yang pertama terkena kutukan, aku pasti akan mati, aku ini hanya tumbal." Pingkan membenarkan sebelum sahabatnya menjawab pertanyaan dia.
"Lantas apa yang akan kamu lakukan?" Nina khawatir dengan keadaan sahabatnya yang sudah sangat menderita.
"Kita lihat saja nanti, kita hanya perlu menjalani bukan." Pingkan menjawab dengan santai sembari menikmati es tes miliknya.
" Pingkan aku tidak akan meninggalkanmu" peluk Nina sembari menangis.
"Heh lihatlah aku, aku hidup dengan sehat dan baik bukan." Pingkan menepuk - nepuk pundak temanya.
"Ayo kita pergi berbelanja."Pingkan menarik Nina pergi.
"Heh ini masalah serius yang menimpamu, kenapa malah mengajaku berbelanja." Nina kesal dengan kelakuan Pingkan.
"Pingkan!!!" Terima seorang lelaki dari jauh.
"Bagaimana bisa kau keluar!." ucap lelaki itu yang ternyata Yudha mantan suaminya.
"Apa yang kau lakukan di luar rumah sakit jiwa, kau akan memisahkan kami, kamu sungguh wanita menjijikan, tak patut menggunakan jilbab." teriak wanita yang ternyata adalah adik tirinya yang merebut suaminya.
"Plak ..." suara tamparan yang di berikan Pingkan kepada manta suaminya.
"Kau ...kau beraninya menamparku!." Ucap Bima dengan muka memerah bekas tamparan Pingkan.
"Lelaki biadab kenapa aku tidak boleh menamparmu." Ucap Pingkan dengan tangan masih siap menampar lagi.
"Pingkan, kenapa kau malah tambah kasar keluar dari rumah sakit jiwa!." Ucap Yudha kesal.
"Yudha apakah kau titisan, iblis. Hingga tak menyadari kesalahanmu." Pingkan dengan nada tinggi mengucapkan kata- kata kasar.
"Plak ..." Tamparan yang di berikan Siva untuk Yudha.
"Apa kamu gila." Ucap Yudha kaget.
"kamu yang gila, kamu yang biadap,kamu melakukan kejahatan yang sangat kejam itu!." Nina mengamuk Yudha tanpa henti.
"Ayo pergi jangan biarkan orang bodoh ini menggangu waktu belanja kita." Nina menarik tangan Pingkan siap untuk pergi.
"Jangan bilang ayahku yang membiarkan kamu pergi?" ucap Rachel adik tiri Pingkan dengan sombongnya.
Pingkan hanya melewati Rachel tanpa mempedulikanya.
"Bagaimana bisa ayah melakukan itu?kita bisa mengurus bersama jika ada masalah pada perusahaan." Ocehan Rachel menghentikan langkah Pingkan.
"Tapi dia bersikeras, menukar kebahagiaan hidupmu demi keluarga kami." Rachel masih mengoceh tanpa henti.
"Ayah." ucap Pingkan dalam hati sembari meneteskan air matanya.
"Kak, aku sudah membukukan ayah tapi ayah sangat keras kepala ingin mengorbankanmu." Rachel masih mengoceh dengan bangganya.
"pyukkkk..." Suara tumpahan air minum.
"Apa kamu sudah gila?" ucap Rachel yang di siram air minum oleh Nina.
"Kaulah yang gila seluruh keluargamu gila." Jawab Nina dengan kesal.
"Ayo pergi Pingkan kita tinggalkan orang - orang gila ini " Nina bergegas pergi sembari mengandeng tangan Pingkan.
"Nina maafkan aku, kamu jadi terseret ke masalah ini." Pingkan merasa bersalah dengan sahabatnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments