Awal Balas dendam

Pagi menjelang siang Pingkan membuka matanya dengan kaget, di depan terlihat wajah lelaki paruh baya yang tidak asing untuknya.

"Apa kamu pikir kamu bisa hidup tenang disini!" Ucap lelaki itu tanpa basa - basi.

"Ayah." Ucap lirih Pingkan menyebut nama yang seharusnya melindunginya.

"Apa kamu sengaja memperburuk keadaan disini, setelah membuat adikmu menderita!" masih dengan nada tinggi Ayah Pingkan berbicara dengan kasarnya.

"Apa ...apa yang ku perbuat sehingga Rachel menderita, apakah ayah buta siapa yang menderita di sini?" Pinkan dengan reflek berdiri tepat di depan ayahnya, dengan memegang dadanya yang terasa sakit.

"Cukup aku tidak mau mendengar pembelaanmu, dasar anak durhaka." Ucap pak Zaenal ayah Pingkan sembari memalingkan wajahnya Engan melihat Pingkan.

"Ayah masihkah aku ini anakmu, masihkah aku kau anggap aku anak, kenapa kau perlakukan aku berbeda." Tangis Pingkan pecah mendengar ucapan ayahnya yang begitu tega.

"Cukup, aku tidak mau mendengar ucapan tidak penting darimu, Rachel akan menikah dengan Yudha! jangan membuat masalah." Pak Zaenal tetap acuh dengan Pingkan serasa orang asing.

"Apa Rachel sungguh akan menikah dengan Yudha?" Wajah Pingkan langsung berubah dia kaget dengan apa yang dia dengar sendiri langsung dari mulut ayahnya.

"Bagaimana bisa kau begitu jahat, dengan menunjukan Muka tidak senang begitu." Sahut ayah Pingkan dengan nada tinggi menegur Pingkan yang menunjukan wajah tidak senang berlinang air mata.

"Apa aku yang jahat! aku yang jahat yah?bagaimana bisa ayah berbicara seperti itu?" Pingkan tidak habis pikir dengan ucapan sang ayah yang menusuk relung hatinya yang begitu dalam.

"Masih belum berfikir apa salahmu, kamu pikir ayah tidak tau, kamu menganiaya adikmu sehingga dia terluka dan masuk rumah sakit?" ayah masih menyalahkan Pingkan tentang apa yang tidak dia tau sebenarnya.

"Aku! ayah apa kamu buta! disinilah aku korbanya lihatlah apakah aku begitu kecil. Sehingga ayah tak melihatku, jelas - jelas dia datang ke rumahku melakukan perzinahan dengan suamiku sendiri, dirumahku!" Pingkan tak habis pikir dia tidak tau harus sedih marah atau apapun itu tidak bisa terungkapkan.

"Sudahlah ayah sudah tau apa yang terjadi sebenarnya, adikmu sudah menjelaskan semuanya, dia pergi kerumahmu ingin bertemu denganmu tp di rumah kamu tidak mengerjakan kewajibanmu sebagai istri." Ayah pingsan masih membela adiknya yang telah tega menyakiti kakaknya.

"Apa membantu kewajibanku! hahaha ya dia membantu kewajibanku melayani suamiku!" Pingkan tertawa pedih mendengar ucapan Ayahnya yang begitu menyayat hatinya.

" Diam, aku lebih percaya adikmu yang polos dari pada dirimu yang seperti pel*acur." Ayah dengan tegas membantah ucapan Pingkan.

"Hahaha, apa! aku seperti pelacur dan Rachel polos, ayah dia tidur dengan suamiku, dia merebut suamiku apakah dia masih bisa kau sebut polos!" Pingkan berteriak sembari mengenggap erat dadanya yang sudah tidak sanggup lagi menahan sakitnya penghinaan yang ayahnya lakukan.

" Plak ..." Suara tamparan yang di terima Pingkan dari ayahnya.

"Diam! dan terima saja, Yudha menikahi Rachel itu menyelamatkan nama baikmu, tetangga mendengar kamu menganiaya adikmu, mereka mengetahui bahwa kamu ganguan jiwa!" Ucap ayah setelah tega menampar anak kandungnya sendiri demi membela anak tirinya

"Hahaha jika ibu masih ada ini tidak akan seperti ini." Pingkan menunjukan kepalanya seakan sudah pasrah akan keadaan.

"Heh,Plakk..., jangan membahas ibumu di depan ayahmu, dia hanya wanita kotor dan namanya saja tidak pantas di sebut." Ayah mengangkat kepala Pingkan yang tertunduk sembari memberikan tamparan yang menyakitkan yang terulang lagi.

"Merekalah yang jahat, mereka pantas mati!" dengan reflek Pingkan menjawab ayahnya, karena ibu yang dia sayang telah di hina seorang ayah yang biadab.

"Plak..." tamparanpun kembali terulang, terasa sudah biasa.

"Hahaha, aku yang jahat." Pingkan terduduk di kasur dengan tertawa pahit meratapi hidupnya air mata tanpa sadar terus mengalir.

"Kau sudah di ceraikan, kenapa kau tidak membiarkan adikmu bahagia!" teriakan wanita paruh Bayah dengan baju glamor dari luar ruangan sambil menunjuk Pingkan yang terduduk di kasur.

"Sudah...sudah dia sudah dalam kondisi seperti itu, dirimu tidak usah membuang tenaga berdebat denganya." Ayah Pingkan dari belakang menahan istri atau kita sebut ibu tiri Pingkan.

"Tapi dia menghina putri kita, aku sudah cukup baik tidak membunuhnya dengan kejam sampai mati." masih dengan nada tinggi ibu tiri Pingkan meluapkan kekesalannya.

"Membunuhnya dengan kejam, lantas apa yang akan kita manfaatkan darinya, kita tindak bisa menawarkan dia pada pernikahan bisnis dengan keluarga Pramono?" Ayah masih menenangkan istrinya, sembari menginggatkan rencana yang sudah mereka buat.

"Pingkan, ayah memberikan satu penawaran kepadamu, apakah kamu ingin keluar dari rumah perdagan ini?" Ayah berjalan menuju Pingkan dengan menawarkan dengan sebuah pertanyaan.

"Apa itu?" Pingkan menjawab dengan nada lemas tak berdaya.

"Kamu tidak mau menghabiskan sisa hidupmu di rumah perdagangan yang keji ini kan?" Ayah dengan angkuh berbicara sembari melipat tangannya kebelakang dengan muka tanpa ekspres.

"Aku tidak mau menghabiskan hidupku disini, aku harus keluar, aku arus balas dendam." ucap pingkan di dalam hati wajah kagetnya dengan mata terbuka lebar serta hatinya yang kaget tidak bisa ditutupi.

"Ayah Pingkan mohon, aku tidak mau tinggal di disini lagi, keluarkan aku dari sini!" ucap Pingkan dengan memegang kedua tangan ayahnya.

Ayah senang dengan ekspresi Pingkan karena sesuai dengan ekspektasi yang dia bayangkan.

"Baiklah, aku disini akan mengeluarkanmu." ayah menjawab dengan sigap serta raut wajah yang sumringah, serasa rencananya berjalan dengan lancar.

"Ayah terimakasih, ayah" Pingkan menggenggam erat tangan ayahnya dengan semangat.

"Ya aku akan mengeluarkanmu, aku sudah mengatur pernihan bisnis dengan adikmu tapi adikmu menolaknya, aku ingin kamu menikah dengan keluarga Pramono." Dengan muka tanpa bersalah ayah Pingkan menjelaskan panjang lebar.

"Keluarga Pramono itu berkuasa, putranya sangat tampan dia akan menjadi penerus tunggal." Ayah semakin bersemangat bercerita tanpa memikirkan Pingkan.

"Akan mendatangkan kebahagiaanmu jika kamu masuk ke keluarganya." Ucap ayah semakin bersemangat dengan membuka lebar tangannya wajahnya yang serakah terlihat jelas.

"Ternyata kalian ingin mengambil keuntungan dariku." Pingkan tanpa sadar melepaskan tangannya dari genggaman ayahnya.

"Kalau ini kesempatan yang bagus kenapa kau tidak menikahkan dengan adik saja?." Ucap Pingkan mengangkat bahunya dengan nada mengejek.

"Cplak..." Suara tamparan yang di ayunkan ibu tiri Pingkan.

"Jaga ucapanmu, seharusnya kamu bersyukur, ini yang terbaik untukmu! lagian kamu juga tidak akan hidup lama lagi!" Ucap ibu tiri Pingkan setelah menampar Pingkan.

"Hahaha, baiklah jika aku tidak setuju aku tidak akan keluar dari rumah perdagangan ini kan?" Pingkan pasrah menerima keadaan dengan tawa pahitnya.

"Ini pilihan terbaikku, aku harus pergi dari tempat jajanan ini, dari pada aku menjadi mayat disini. Aku harus keluar kemudian balas dendam!" Ucap Pingkan dalam hati.

bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!