Bab 4: Salah tuduh

Bab 4: Salah tuduh

BRUK...

Kayla melompat dengan cepat dan mendarat dengan amannya tidak lupa dengan balon yang sudah berada ditangan nya.

“Waaa kaka hebat...hahaha aku juga ingin naik,” gadis kecil itu turun dari kursi kayu kemudian menghampiri kayla dengan senyuman lebar, gadis itu tampak senang melihat kayla yang baru saja memanjat pohon untuk mengambil balonnya, bukan karena ia ingin mengambil balon itu namun ingin ikut menaiki pohon sama seperti yang dilakukan kayla.

“Adik kecil jika ku ingin menaiki pohon kau turun tumbuh besar seperti ku dulu baru bisa menaiki pohon ini,” jelas kayla dengan elusan lembut di kepala.

“Tidak, aku mau naik.”

“Tidak boleh,” kayla menggeleng kepala nya pelan.

“Boleh.”

“Tiidak boleh.”

“Boleh,” jawab gadis itu lagi tak mau kalah.

“Tidak boleh, pokoknya tidak boleh ini berbahaya,” kayla menyilang tangan nya pada tubuhnya menandakan larangan yang tak bisa di toleransi lagi.

“HUWAAAAAAA,“ anak itu menangis dengan keras nya.

“Aduh bagaimana ini, adek cantik jangan nangis ya nanti... kaka belikan es krim mau.”

“Huwaaaa, kaka hiks....”

“APA YANG KAU LAKUKAN PADA ADIK KU!” teriak seorang lelaki dari sisi pancuran.

Lelaki itu berlari kearah gadis kecil yang sedang menangis keras disisinya, dengan tatapan penuh amarah, ia menatap kayla dengan sorot mata tajam.

“Aku… aku tidak melakukan apa-apa sungguh.”

SEBELUMNYA….

“Nah sekarang pilihlah mainan mu,” pinta alex pada una yang sudah berada di toko mainan.

“Aku mau yang ini dan ini juga” una menunjuk mainan yang berada di rak paling atas, terlihat boneka besar berbentuk kuda poni dan juga beruang berwarna putih.

“Baiklah pilihlah, kaka akan membelikannya untuk mu.”

“Horeee,” una melompat kegirangan.

Setelah memilih banyak mainan keduanya keluar dari toko tersebut, disisi lain ajudan yang mengikuti kemana pun alex pergi sekarang berganti profesi sebagai kuli pengangkut barang belanjaan una.

Lelaki itu menatap tuan nya dengan tatapan tabjuk sisi seperti ini jarang ia lihat pada tuan nya, ia berpikir tuan nya takan tersenyum atau pun banyak bicara seperti ini, namun sejak tuan kecilnya datang, alex mulai menunjukan senyum dan suara lembut bak malaikat.

Namun sayang nya hal itu hanya berlaku pada una seorang, sedangkan bawahannya, ia masih menunjukan sikap dingin nya tegas selayaknya bos.

Mereka kembali menaiki mobil dan mulai melanjutkan perjalanan menuju rumah.

“Kakak ada balon disana,” titah una melihat dari arah kaca mobil.

Tampak seorang lelaki parubayah menjual balon dengan gerobak kecilnya, una melihat nya dari sebrang jalan lalu lintas.

“Kau ingin balon?”

“Iya.” sembari mengangguk dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya.

“Baiklah ayo kita turun dan membelinya,” Alex keluar dari mobil diikuti una yang sudah digendong olehnya.

Alex berdiri diseberang jalan, sembari melihat ke kiri dan ke kanan untuk bersiap menyebrang ke sebrang jalan, saat sampai, alex bergegas mendekati pedagang gerobak yang menjual balon udara.

“Pak saya beli semua balon nya,” titah alex tanpa basa-basi.

“Semuanya pak?” tanya bapak penjual balon dengan raut wajah terkejut, pasalnya setiap orang tua yang lewat bersama seorang anak kecil selalu membeli balon nya satu dari semua bentuk balon yang ada, jika mereka membeli lebih pun hanya sekitar 2 atau 3 balon saja dalam sehari.

Namun saat ini, sosok alex yang masih terlihat muda memandangnya tabjup, ia berpikir bahwa seorang anak kecil yang sedang ia gendong adalah anaknya, ia berpikir bahwa kasih sayang lelaki ini lebih dari apapun sehingga ingin memborong balon-balonnya hingga terjual habis.

"Iya, Pak."

“Tunggu sebentar ya pak saya lepaskan dulu talinya.”

“Pak berikan aku balon yang itu.” una menunjuk balonnya yang berwarna pelangi.

“Ini dek,” sembari menyodorkan balon pada una yang berada disisi gerobak dorong.

“Terimakasih.”

Alex tersenyum tipis melihat kepolosan sang adik, alex sangat jarang tersenyum kecuali pada una yang merupakan adik kesayangannya.

“Lihat kaka bolanya sangat cantik.”

“Adik ku lebih cantik dan man-” belum selesai berbicara terdengar suara dering dari arah ponselnya, alex mengangkat ponselnya dengan cepat.

Alex yang masih sibuk dengan ponselnya tak melirik kearah una yang sedang bermain balon sendirian, ia berpikir bahwa hal bahaya tidak mungkin datang pada dirinya, namun itu berlaku hanya untuknya bukan adiknya.

Una yang masih sibuk dengan balon udaranya bermain sendiri sembari berputar-putar mengikuti hembusan angin, karena angin yang semakin bertiup kencang balon una pun lepas dari genggamannya.

Una mengejar kearah taman yang tidak jauh dari tempat penjual balon berada, tanpa menghiraukan alex yang berada disampingnya ia mengejar balon tersebut hingga hilang keberadaan una ditempat sebelumnya.

Seusai menelfon alex ingin mengajak una untuk pulang. sayang nya una sudah tidak berada pada tempat tersebut alex memerintah kan ajudannya yang berada di mobil untuk mencari sang adik di wilayah tersebut.

Alex dengan raut wajah yang cemas, bergegas berlari kesana kemari untuk mencari keberadaan adiknya yang menghilang dalam sekejap, alex melirik sekitar, dimatanya hanya menangkap mobil dan motor yang terus melintas dijalan raya.

Hati nya bergetar, raut wajah gelisah dengan peluh di pelipis wajahnya, alex melirik kearah taman sesaat, ia berpikir mungkin saja una berada disana, walau taman itu cukup luas, bukan berarti dia tidak akan mencarinya.

Dengan langkah yang panjang, alex berlari menuju gerbang taman yang masih terbuka, iris matanya tak diam, melirik kesana kemari mencoba mencari sesosok gadis kecil miliknya, memang membutuhkan waktu yang lama, karena taman itu dipenuhi pohon-pohon hias yang menutupi sebagian pandangannya, walau begitu ia tetap mencarinya.

Alex menghentikan langkahnya sesaat untuk meraup habis udara disekelilingnya, napasnya masih tesenggal-senggal diikuti raut wajah yang belum tenang sejak una menghilang 30 menit yang lalu, hingga akhirnya mendengar suara tangisan dari sebrang pancuran yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

Alex sempat berpikir, apakah itu adik nya ataukah bukan, sejak berada dirumahnya, alex tak pernah mendengar jika una menangis, sejak alex tinggal terpisah dari kedua orang tuanya, alex baru menemui una untuk kedua kalinya saat ditimpakan oleh ibunya, wajar jika alex belum mengenal tangis seorang bocah, karena sejak awal alex jarang menemui adiknya bahkan tak pernah berinteraksi dengan seorang anak kecil berusia 5 tahun.

Dengan langkah yang ragu, alex berjalan mengitari pancuran, raut wajahnya berubah saat melihat gadis kecilnya berada tepat didepannya, walau tubuh una membelakangi alex, namun alex tahu bahwa sosok gadis kecil yang sedang menangis adalah una, alex dapat mengetahui nya dari gaun biru yang una kenakan saat keluar bersama alex.

Alex melirik sosok gadis asing yang menggangu adiknya, amarahnya memuncak saat mengetahui gadis itu lah yang membuat adiknya menangis dengan sangat kerasnya.

“Kelian berdua tangkap gadis itu!” perintah alex dengan lantang nya.

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ

⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ

kirain Kayla jatuh, rupanya itu bunyi melompat dari pohon 🙊.
Una keras kepala juga yah, dia hanya mau inginnya wmwkwk.
tuh sampai nangis, sampai² Alex salah sangka 😂😂.
padahal adeknya nangis gara² ga dibolehin manjat pohon 🏃🏃

2023-03-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!