SCR 002 : Sentient Cupcake Guardian, P2

Aku mulai menapakkan kaki ku ke dalam ruangan yang gelap ini diikuti oleh Luna. Lentera SCR 520 sedikit membantu kami untuk melihat di dalam kegelapan. Aku dan Luna mulai berjalan melewati ruang gelap dengan sangat pelan. Mataku terus beredar untuk mengawasi area sekitar. Area penahanan ini sangat sunyi sekali, seperti tidak pernah ada yang menjaganya saja. Satu mayat pun tidak kutemukan sama sekali di sini. Luna secara tiba tiba mendekap ke arahku. Matanya menunjukkan perasaan cemas yang begitu jelas. Aku hanya menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya melanjutkan untuk berjalan sambil merangkul tubuh kecilnya. Aku dan Luna terus mengikuti jalan berliku untuk menuju ruang dari makhluk bernama SCR 002 tersebut. Masih tidak ada tanda tanda anomali apapun yang terjadi di sini. Semuanya aman aman saja.

Lebih dari 10 menit telah berlalu, namun tidak ada tanda tanda bahwa kami sudah dekat dengan ruangan itu. Sialan, ini bukanlah sebuah labirin, bukan ? Tanya ku dalam hati. Tidak ada satu suara pun yang terdengar kecuali langkah kaki kami. Tiba tiba sebuah suara keras pun terdengar dari perut Luna. Aku pun menoleh ke arahnya dan dibalas oleh Luna yang juga menoleh ke arahku sekarang.

“Eva, aku lapar.”

Aku hanya bisa menghela nafasku dengan lega sambil meletakkan tanganku ke kepalaku. Aku kira sebuah hal buruk akan segera terjadi.

“Setelah ini kita akan ke kafetaria, oke ?” bujuk ku kepada Luna. Ia hanya mengangguk paham sambil mengelus perut kecilnya itu. Kami memutuskan untuk berjalan kembali. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya kami menemukan sebuah pintu besi hitam otomatis yang bersiap untuk menyambut kami. Saat pintu itu terbuka, aku dan Luna pun berjalan melewati pintu itu. Kami tiba di sebuah ruangan kecil dengan 2 buah kursi kantor dan 1 meja putih panjang dan juga 2 buah komputer sebagai peralatan monitoring. Ruangan itu hanya dibatasi oleh kaca di depan meja putih panjang itu. Aku pun mendekati meja tersebut untuk melihat ke bawah dari balik kaca tersebut diikuti oleh Luna. Kami berdua dapat dengan jelas melihat SCR 002 sedang duduk tertegun di sebuah kursi dengan meja yang ada di hadapannya telah tersedia sebuah wadah pencetak kue dengan 8 cupcakes tersimpan di dalamnya. Aku pun menoleh ke arah Luna yang baru saja melakukan hal yang sama dengan ku. Kami berdua pun mengangguk secara bersamaan untuk mengkonfirmasi rencana kami selanjutnya, yaitu menghampiri SCR 002. Kami pun berjalan ke sebuah tangga yang ditutup oleh sebuah pintu besi manual yang ternyata tidak terkunci sama sekali. Aku pun berjalan menuruni tangga tersebut diikuti oleh Luna dengan langkah pelannya, seolah ragu ragu dalam keputusannya saat ini. Saat aku sampai duluan di bawah, aku berbalik badan ke arah Luna dan menaruh kedua lenganku ke pinggang.

“Hei, Luna ! Kalau takut kamu bisa kembali ke atas aja.” seru ku agak keras karena Luna yang berjalan dengan lambat dan selalu bimbang dalam mengambil keputusannya sendiri.

“Ma - maaf !”

Luna segera bergegas menyusul ku ke bawah. Aku dan Luna kemudian berjalan ke tengah ruangan untuk melihat SCR 002 dengan lebih jelas. Saat aku sedang mengamati SCR 002 yang tidak bergerak sama sekali itu, Luna menaruh lentera SCR 520 nya ke lantai dan mulai berjalan mendekati SCR 002. Aku tidak memperdulikannya, karena SCR 002 yang sampai saat ini tetap diam seolah tidak menyadari kehadiran kami ke dalam ruangan nya. Saat dilihat dengan lebih detail, ternyata SCR 002 bukanlah seorang manusia biasa melainkan lebih terlihat seperti sebuah robot berbentuk humanoid. Tidak lupa aku juga mengamati pergerakan Luna yang semakin lama semakin mendekat saja ke SCR 002. Aku pun sedikit heran dengan Luna. Yang awalnya dia terlihat ragu ragu dan ketakutan untuk masuk ke ruangan ini, sekarang justru mendekat ke makhluk utamanya.

Sebuah suara yang secara tiba tiba muncul pun menyadarkan ku kembali ke realita. Itu berasal dari SCR 002. Saat aku menoleh ke arah Luna, ia sudah sangat dekat dengan meja dari SCR 002 dan mulai mengangkat tangan kanannya untuk mengambil salah satu cupcakes dari tempatnya berasal. Aku mulai melangkah maju untuk mencegah Luna namun itu sudah terlambat. Sesaat Luna melangkahkan kaki kanannya, SCR 002 sudah berdiri tegak menatap ke arahnya dengan sangat intens. Seakan terbangun kembali ke realita, Luna mulai bergidik ketakutan kembali. Aku bahkan tidak sempat melihat SCR 002 bergerak. Luna berusaha untuk tidak menatap balik ke mata SCR 002 dan justru menoleh ke arah ku dengan wajahnya yang pucat pasi akibat rasa takut yang intens, namun itu adalah kesalahan yang sangat besar baginya. Sesaat Luna menoleh ke arah ku, lagi lagi tanpa pergerakan yang terlihat, SCR 002 telah berada di depan meja besinya dan semakin dekat dengan dirinya.

“Luna !”

Aku berusaha untuk berlari dengan sekuat tenaga untuk mencapai Luna, namun SCR 002 telah berdiri membelakangi diriku. Aku sudah tahu bahwa pergerakan Luna yang selanjutnya akan menjadi pergerakan terakhir darinya. Aku pun langsung berlari melewati tubuh besi dari SCR 002 namun seketika kaki kananku sudah terluka oleh serangan dari SCR 002 yang telah berdiri di belakangku. Aku pun terjatuh ke lantai seketika.

“Luna ! Jangan ber -”

Belum juga peringatanku kepada Luna selesai, SCR 002 telah berada di belakang Luna sambil mencengkeram kepalanya menggunakan tangan kiri. SCR 002 secara perlahan melukai kepala Luna dengan cakar setajam pedangnya, membuat Luna meringis kesakitan akibat darah yang mulai mengucur dari kepalanya.

“Eva, aku takut.”

Tangan kanan SCR 002 telah berubah menjadi pedang dan bersiap menusuk jantungnya dari belakang sesaat setelah Luna mengungkapkan perasaannya saat itu. Aku berusaha untuk meraihnya dari kejauhan. Namun karena panik, sebuah kata terakhir terucap dari mulutku yang bodoh ini.

“Lunaa !”

Pedang SCR 002 telah menembus jantungnya setelah aku meneriakkan nama indahnya itu. Darah pun keluar dari dalam mulutnya. Luna dengan seluruh sisa tenaganya, berusaha untuk menatapku dengan wajah lemas nya yang kini telah ternodai oleh bercak darahnya sendiri.

“Eva. Lari - lah.”

SCR 002 melepaskan tangan kanannya dari dada Luna, membuat tubuh Luna mengeluarkan lebih banyak darah segar dari dalam dadanya. Sialan ! Aku langsung berdiri dan berlari ke arah Luna, namun pergerakanku justru membuat gadis penakut itu menerima lebih banyak siksaan saat kedua tangan SCR 002 telah menembus tubuh mungilnya itu.

“Eva, lari.”

Seakan tidak peduli terhadap rasa sakit yang dialaminya, aku masih saja berjalan untuk meraihnya karena ego ku. SCR 002 menarik kedua tangannya dari tubuh Luna kembali namun gadis itu masih saja tetap berdiri, berusaha untuk mengingatkan ku untuk keluar dari ruang pembunuhan ini.

“Eva, la - ri.”

Langkahku terhenti seketika saat aku menyadari apa yang aku lakukan adalah sia sia belaka dan justru membuatnya semakin menderita.

“lari.”

Tubuh Luna kembali dihujam oleh tangan SCR 002 dengan kuat. Mulutnya terus memuntahkan darah segar terus menerus. Sambil menahan rasa sakit yang terus menghantui kematiannya, Luna mengangkat tangan kanannya untuk menunjuk SCR 520 yang tadi baru saja ia letakkan di lantai. Aku langsung mengerti apa yang sebenarnya sedang Luna ingin aku lakukan. Dengan isak tangis dan penuh rasa sesal, aku berlari terpincal pincal meninggalkan Luna yang tubuhnya terus ditusuk oleh SCR 002 menggunakan kedua tangannya. Aku berusaha untuk menghiraukan suara Luna yang kesakitan saat tubuhnya terus dicabik cabik oleh SCR 002. Aku meraih lentera yang ditinggalkan oleh Luna, SCR 520, kemudian berlari menuju pintu besi besar berwarna abu abu yang ada di depanku itu. Sambil berlari, aku menggunakan tangan kanan ku untuk menghapus isak tangisku yang pecah, tidak rela meninggalkan Luna yang masih sekitar 5 tahun lebih muda dari umurku saat ini.

Pintu besar di depanku tersebut tiba tiba terbuka, dan sesosok bayangan yang cukup aku kenal pun muncul dari balik pintu tersebut. Orang itu adalah Danny. Ia langsung memasang wajah lemas nya saat melihat SCR 002 secara terus menerus menghancurkan tubuh seorang gadis yang baru saja aku kenal itu. Aku pun langsung berhenti dan menaruh kedua tanganku di bahunya sambil menunduk, menangis sekencang kencangnya. Danny hanya terdiam dan mulutnya pun membisu. Setelah hening beberapa saat, aku mengangkat kepalaku dan berusaha untuk menahan air mataku yang terus berjatuhan.

“Kenapa ? Kenapa kamu tidak menghentikan makhluk bodoh itu ?” tanyaku dengan kesal. Danny tetap terus diam sambil menunjukkan wajah tidak teganya itu. Ia kemudian menarikku keluar dari ruang penahanan SCR 002 sambil berdecih kesal. Setelah sampai di sebuah lorong, ia langsung melempar ku dan membuatku menabrak dinding.

“Eva ! Apa apaan yang kamu lakukan di dalam ruang penahanan itu !?” bentak Danny dengan sangat keras. Aku hanya terduduk diam sambil menunduk menyesal akibat kematian Luna yang tidak bisa aku tolong itu. Danny terus berdiam sambil berdiri menatap ke arahku, sebelum akhirnya menghembuskan nafasnya. Sepertinya dia bukan memarahiku karena melihat kematian Luna tepat di hadapannya, namun justru karena aku memasuki ruangan SCR 002 itu. Ia mengkhawatirkan ku, namun tidak untuk Luna yang malang. Danny berjalan ke arahku, kemudian berjongkok di hadapanku sambil menaruh kedua tangannya di pundakku. Aku mengangkat kepalaku dan melihat ke wajah Danny yang penuh rasa bersalah itu.

“Maaf karena sudah dengan kasar melempar mu begitu saja.” ucap Danny dengan lembut. Aku hanya memalingkan wajahku dari hadapannya sambil menahan isak tangis yang mulai reda.

Kematian Luna begitu menyakitkan bagiku. Bukan hanya itu saja, namun juga membuatku menaruh dendam pada anomali yang tidak punya perasaan itu. Kenapa mereka harus diciptakan oleh Tuhan, tanyaku dalam hati.

Danny secara lembut dan perlahan membelai rambutku yang acak acakan itu.

“Berhentilah menangis, Eva. Wajahmu yang cantik itu terlihat jelek saat kamu menangis.”

Aku hanya menoleh ke arahnya dengan mata sayu ku. Danny berdiri kembali dan menyodorkan tangannya kepadaku.

“Eva, perjalanan kita masih sangat panjang, dan bahkan jauh dari kata selesai.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!