Asap mulai memenuhi ruang penahanan SCR 012. Suhu di sekitar pun mulai meningkat, dan disitulah aku sadar bahwa kami berdua sedang dalam bahaya. Danny pun langsung menarik tanganku dan berlari keluar dari ruang penahanan SCR 012. Semakin jauh kami berlari, semakin jelas aku melihat benang benang dari SCR 008 yang telah memenuhi area bawah tanah ini. Danny dengan lincahnya membawa ku ke lorong dengan jumlah SCR 008 yang lebih sedikit, seolah Danny paham betul dengan topologi dari area bawah tanah ini. Perlahan aku bisa merasakan bahwa lantai di sepanjang lorong yang kami lewati mulai bergetar dan mengeluarkan asap. 'Bagaimana bisa sebuah komputer kecil sepertinya mampu mempengaruhi area seluas ini ?' pikirku. Aku ingin mengutarakan pikiran sempit ku itu, namun saat melihat wajah Danny yang sedang serius, aku pun mengurungkan niatku sendiri.
Kami terus berlari sambil menghindari benang SCR 008 yang menghalangi jalan kami. Lantai lantai mulai hancur dan mengeluarkan semburan api. Dari arah depan, tiba tiba gerombolan mayat hidup SCR 008 mulai menyerang. Danny kemudian melepaskan tangan ku dan mengambil flamethrower nya untuk membakar musuh. Gerombolan tersebut pun terbakar. Setelah tiba di sebuah lorong dengan 2 jalan yang terpisah, aku ditarik oleh Danny ke jalan kanan. Gerombolan dari SCR 008 pun masih menghalangi kami. Saat Danny ingin mengambil jalan kiri, terdapat sebuah kelompok dari benang SCR 008 yang sedang menggerakkan mayat dengan badan yang sangat besar dan mengalami mutasi yang hebat di tubuhnya. Danny pun akhirnya lebih memilih untuk kembali ke jalan kanan dan menerobos pasukan mayat hidup SCR 008 di depan kami. Kami berdua terus berlari sambil menunduk. Area di sekitar kami pun mulai memanas. Ledakan ledakan api pun terus menyerang kami dari berbagai arah. Sepertinya SCR 012 ini sudah mencapai batas maksimumnya dan akan mulai meledak. Danny terus menggunakan flamethrowernya untuk membuka jalan akibat keadaan kami yang sedang terpojok. Namun situasi menjadi semakin gawat saat flamethrower milik Danny kehabisan bahan bakarnya.
“Sialan !” kata Danny. Ia kemudian langsung menyimpan flamethrower nya dan beralih ke sebuah pistol kecil biasa. Ia terus menembaki mayat mayat SCR 008 di depannya, namun itu tidak menimbulkan efek apapun selain memperburuk tampilan luar mereka. Aku mulai berlindung di samping Danny yang terus berusaha untuk menerobos gerombolan mayat di hadapan kami. Tiba tiba aku melihat sebuah mayat terlempar dari belakang kami. Saat aku menoleh ke belakang, ternyata itu adalah ulah dari makhluk bertubuh gempal yang baru saja kami temui tadi. Rasanya situasi kami mulai memburuk saat lantai yang sedang ku pijak mulai menurun ke bawah. Aku mulai gemetaran sambil memasang wajah ketakutan. Aku saat ini belum mau mati, itulah pikir ku saat ini. Aku pun langsung kembali memanjat ke atas sebelum akhirnya lantai tersebut dihancurkan oleh sebuah erupsi api yang cukup besar hingga membuat benang benang dari SCR 008 yang sedang mengontrol mayat hidup mereka tersebut menggerakkan boneka mereka ke belakang untuk menghindar. Formasi mereka pun menjadi kacau dan aku langsung ditarik oleh Danny untuk berlari melewati mayat mayat SCR 008 itu.
“Eva, setelah kita sampai di lorong berikutnya, kita akan berpisah ! Mengerti ?”
"K - kenapa ?” tanyaku dengan cemas. Danny kemudian menghadap ke belakang dan langsung menembaki makhluk besar yang terus mengejar kami itu.
“Aku akan menggiring ****** sialan itu ke arahku dan bertarung dengannya setelah area ini meledak, jadi kamu harus mengambil jalur yang lebih aman !” seru Danny kepadaku. Belum juga selesai aku mengangguk paham terhadap rencana nya tersebut, ia kembali menarik lenganku. Sesuai rencana, saat terdapat sebuah persimpangan jalan, kami pun mengambil jalan yang berbeda. Aku langsung mengambil jalan kiri sementara itu Danny sempat berhenti untuk kembali menarik perhatian mayat raksasa tersebut dengan menembakinya sebelum berlari ke lajur kanan. Ledakan pun semakin menjadi jadi. Aku terus berusaha untuk berlari sekencang kencangnya untuk tidak terlahap oleh si jago merah yang terus mengejar ku itu. Hingga pada akhirnya aku melihat sebuah pintu besi berwarna hitam dan langsung membukanya. Aku sempat melompat kemudian berguling sehingga dapat menghindar dari ledakan api yang terus mengejar ku dengan lebih cepat. Ledakan tersebut berhenti tepat di belakang pintu besi yang baru saja ku lewati tersebut. Nampaknya, aku telah berhasil untuk berlari hingga sejauh 50 meter dengan ditarik oleh Danny. Aku sedikit khawatir kepadanya untuk sesaat karena ia harus bertarung melawan monster raksasa tersebut sehabis ini, namun aku berusaha untuk berpikir positif karena aku tahu kalau dia adalah orang yang sangat hebat. Dia bahkan bisa menghafal semua rute di area bawah tanah ini.
Aku pun mulai mengangkat kepala ku untuk melihat ke atas. Aku dikejutkan oleh seorang gadis yang sedang berdiri menghadap ke arah ku dengan wajah yang sangat kaget sekaligus ketakutan. Sepertinya ledakan besar tersebut berhasil membuatnya ketakutan setengah mati.
“K - kamu s - siapa ?” tanya gadis itu gelagapan. Aku langsung berdiri dan mengangkat kedua tanganku untuk menunjukkan bahwa aku tidak berbahaya.
“Maaf buat jumpscare nya yang barusan tadi. Namaku Eva, senang bertemu dengan mu. ” jawab ku dengan senyum ceria, berusaha untuk menenangkan dirinya yang masih meringkuk ketakutan. Gadis berambut putih gelap tersebut secara perlahan mulai menatap ke arah ku dengan gugup dan mulai membuka mulutnya.
“A - aku, Luna.” jawab gadis itu dengan senyum yang terlihat agak sedikit dipaksakan itu. Aku sempat tertawa kecil saat melihat wajah polos gadis ini. Dia terlihat sangat imut dengan wajah oval dan mata berwarna birunya itu. Aku pun berjalan melewati gadis itu sebelum akhirnya menyodorkan tangan kiri ku kepadanya.
“Hei, mau berteman denganku ?”
Gadis bernama Luna itu sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju dengan ragu. Namun, bagiku itu adalah ya.
Setelah beberapa menit menyusuri lorong dari area bawah tanah yang gelap dan sempit ini, aku mulai melihat beberapa tanda peringatan yang menunjukkan lokasi ruang penahanan dari beberapa SCR yang ada di sini. Mulai dari SCR 125 dengan gambar seperti sebuah pot tanah liat, SCR 198 dengan gambar humanoid hitam dengan postur tubuh seorang wanita tinggi, hingga SCR 002 dengan gambar sebuah makhluk humanoid yang duduk di sebuah kursi dengan beberapa kue terletak di sebuah meja di hadapannya. Aku sempat melototi gambar dari SCR 002 tersebut dengan sangat tajam yang membuat Luna akhirnya kebingungan, sebelum akhirnya kembali menoleh ke arah depan. Jalan di depan kami sebenarnya tidak buntu, namun tetap saja aku sedikit gelisah. Jika dilihat lihat dari petunjuk gambar SCR 002 tadi, pintu di hadapan ku dan Luna saat ini pastinya adalah gerbang untuk menuju ke ruang penahanan SCR 002. Saat ini aku tidak lagi bersama dengan Danny. Melihat tubuh Luna yang kecil membuatku yakin bahwa dia pasti lemah dan tidak bisa apa apa. Hingga pada akhirnya aku teringat dengan lentera yang sedang dipegang oleh Luna saat ini yang berlabelkan SCR 520. Ya, sejak tadi, Luna sudah menggunakan lentera sebagai alat penerangan jalan yang sebenarnya merupakan sebuah anomali, walaupun sampai sekarang pun masih belum ada tanda tanda bahwa sifat anomali dari lentera tersebut akan berbuat ulah sekarang ini. Mungkin saja, jika aku masuk ke ruangan ini, aku dan Luna dapat mengetahui seberapa bahaya nya SCR 520 yang sedang di bawa oleh Luna.
Aku pun berjalan mendekat dan tiba tiba saja pintu di depan kami terbuka. Aku sempat menelan lidahku sebelum akhirnya merangkul Luna yang juga terlihat sedang ketakutan.
“Apa kamu mau ikut denganku, Luna ?”
“Tentu saja. Kita kan sekarang sudah menjadi teman.” jawab Luna dengan tegas. Jawaban Luna barusan seketika membuat hatiku luluh dan aku hanya menjawabnya dengan senyuman miring. Dia pasti adalah orang yang sangat baik, pikir ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments