Love Line (Gavin X Elle)
...Happy reading 💕...
...Hope you enjoyed......
...----------------...
"Elle!!! Keluar kau!!!"
Suara seorang pria terdengar menggema memenuhi luasnya rumah yang baru saja dia pijaki.
"Elleonor!!" Suara pria itu kembali terdengar menggema, sarat akan emosi yang teramat besar.
Pria itu berjalan dengan langkah lebar menuju salah satu kamar yang ada di dalam rumah itu.
"Elle! Buka pintunya!!" Pria itu menggedor pintu kamar itu dengan sangat brutal.
"Apa yang salah denganmu Dean?"
Seorang wanita membuka pintu kamar itu, dia menatap pria yang dipanggilnya Dean itu dengan alis yang menukik tajam.
"Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani bertanya apa yang salah denganku?!!"
Dean menatap Elle dengan tatapan nyalangnya, bahkan urat-urat di lehernya terlihat menonjol akibat luapan emosi yang di tahannya.
Bukannya takut, Elle justru menatap Dean dengan tatapan meremehkan.
Wanita itu mengangkat sebelah alisnya seraya bersedekap dada.
"Kau berteriak di depan muka ku hanya karena aku membantah perintah ibumu?"
Sontak saja, nada suara acuh tak acuh yang keluar dari mulut wanita itu membuat Dean merasa semakin murka.
"Hanya kau bilang!! Ibuku memintamu untuk mengurus pakaian Risa dengan baik-baik tapi kau justru menolaknya dengan lugas hingga membuat ibuku mengeluarkan air matanya dan kau sebut itu dengan kata HANYA!!"
Pria itu menekankan perkataan akhirnya, kedua matanya membulat sempurna seolah akan keluar dari tempatnya.
"Dengar Elle, aku menikahimu bukan hanya sekedar untuk berdiam diri dan menikmati hasil kerjaku!" Tambah pria itu dengan gigi yang bergemelutuk.
Garis rahang pria itu tercetak dengan sangat jelas.
"Jaga perkaanmu Dean!" Tungkas Elle, wanita itu kini sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.
"Sudah cukup selama ini aku diam! Sudah cukup selama ini aku melakukan semua apa yang kau minta! Tidak sadarkah selama ini aku begitu bersabar dalam menghadapi sikap arogan ibu dan kakakmu!!"
Elle menunjuk muka Dean dengan penuh emosi. "Hanya satu kali ini saja aku menolak untuk mengurus pakaian Risa, dan kau bersikap seolah aku sudah melakukan kesalahan paling fatal! Kau dengan seenak hati mengataiku kalau aku hanya berdiam diri dan menikmati hasil kerjamu? Apa kah otakmu itu sudah tidak lagi bisa kau gunakan untuk berpikir? Apa kah otakmu itu sudah tidak lagi bisa kau gunakan untuk mengingat?? Selama aku menikah denganmu, tidak pernah kau memberikan aku hartamu barang satu peser pun!"
Dean seketika saja menelan ludahnya, dia perlahan meredupkan tatapan matanya pada Elle, dia menyadari kalau apa yang dia ucapkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Dia lupa kalau selama ini dia tidak pernah memberikan satu persen pun harta pada Elle.
"Sudah cukup selama ini aku menerima perlakuan hina darimu! Sudah cukup selama ini aku berdiam diri menerima sikap angkuh kau dan keluargamu! Sudah cukup!"
Elle mengatur nafasnya yang sedikit memburu.
"Ingat, tidak pernah satu kali pun aku meminta hal apa pun dari mu Dean!!" Elle merendahkan intonasi suaranya.
"Jika kau memang tidak sudi membahagiakan aku dengan hartamu, setidaknya bahagiakan aku dengan pengertianmu!! Jika kau tidak bisa memperlakukan aku selayaknya seorang ratu, setidaknya jangan memperlakukan aku selayaknya seorang pembantu!!"
Dean seketika saja terdiam mematung, mulutnya seolah terkunci rapat. Pikirannya melayang mencerna setiap kalimat yang dia lontarkan wanita itu.
"Sudah cukup! Aku sudah tidak tahan lagi!" Wanita itu masuk ke dalam kamarnya.
Setelah memakai jaketnya, dia menyambar kunci mobil dan tasnya yang terletak di atas meja. Dia berjalan melewati Dean dengan sedikit menyenggol bahu pria itu.
Seolah tersadar atas perkataan buruk yang dia lontarkan pada Elle, pria itu segera membalikkan badannya untuk mengejar wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
"Tunggu Elle, jangan pergi, mari kita bicarakan baik-baik."
Dean menyamakan langkahnya dengan Elle yang hendak pergi meninggalkan rumah. Pria itu berusaha meraih lengan Elle.
Namun Elle segera menepis tangan Dean dengan kasar.
"Elle, aku mohon.. Mari kita bicarakan hal ini baik-baik. Aku salah karena tidak mengontrol perkataanku. Aku terlalu lelah sehingga membuatku sedikit kehilangan akal."
Pria itu berusaha mencegah Elle yang hendak masuk ke dalam mobilnya.
Elle menatap Dean dengan tatapan penuh luka. "Menyingkir dari jalanku Dean! Aku butuh waktu untuk menangkan diriku."
"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Aku mohon, tetap di sini. Mari kita bicarakan baik-baik, hmm.." Pria itu menatap Elle dengan sangat memohon.
Namun Elle mengabaikannya, dia mendorong Dean yang menghalangi pintu mobilnya dengan sekuat tenaga hingga pria itu jatuh terduduk.
Tanpa berkata apa pun lagi, bahkan tanpa melirik Dean, wanita itu masuk ke dalam mobilnya kemudian segera melajukan mobilnya dengan perasaan yang berkecamuk.
Elle memelankan laju mobilnya setelah dia berkendara cukup jauh dari rumahnya. Air mata yang sedari dia tahan kini luruh juga. Isakan kecil mulai keluar dari mulutnya.
Dia menepikan mobilnya karena matanya sudah benar-benar buram akibat buliran bening yang tidak hentinya keluar dari kedua matanya.
Wanita itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, isakan pilu kini mulai memenuhi sempitnya ruang mobil itu.
Dia meratapi nasib pernikahannya yang sangat amat berantakan. Dia kini sedikit menyesal karena telah menikah dengan pria yang dipilihkan oleh orang tuanya.
Bukan, dia menikah bukan karena cinta.
Wanita yang memiliki paras manis nan cantik yang bercampur menjadi satu itu menikah karena perjodohan.
Dia menerima perjodohan itu karena dia pikir, laki-laki itu merupakan pilihan terbaik untuk menjadi pasangannya.
Lagi pula, siapa juga orang tua yang akan menjodohkan putrinya dengan laki-laki yang buruk.
Elle menjalani kehidupan rumah tangganya dengan tinggal satu atap bersama ibu mertua dan kakak perempuan Dean.
Mulanya, dia menjalani pernikahan itu dengan perasaan bahagia. Meskipun Dean bukan seseorang yang banyak bicara, namun Dean merupakan pria yang baik. Begitu pula dengan ibu mertua dan kakak iparnya, mereka juga memperlakukan Elle dengan baik.
Namun, setelah beberapa bulan menjalani kehidupan berumah tangga. Sikap ibu mertua dan Kakak iparnya perlahan mulai berubah.
Perlahan, Elle mulai di perlakukan dengan tidak baik. Mereka selalu meminta Elle untuk melakukan pekerjaan rumah.
Dean bukanlah pria yang bergelimang harta sehingga mereka tidak mempekerjakan asisten rumah tangga.
Awalnya, Elle dapat memaklumi apa yang di perintahkan oleh ibu mertuanya. Satu atau dua kali dia mengerjakan pekerjaan rumah itu sendiri, Elle merasa tidak masalah. Elle berusaha mengerti kalau mungkin saja ibu mertua dan kakak iparnya merasa lelah akibat bekerja.
Ya meskipun sejatinya Elle juga merasa lelah akibat dirinya yang juga bekerja, namun Elle tetap melakukan pekerjaan rumah itu dengan ikhlas tanpa ada penolakan sedikit pun.
Tapi, lambat laun, Elle mulai merasa jengah karena hampir setiap hari dia harus melalukan pekerjaan rumah itu sendiri.
Terlebih lagi, dia juga harus mengurusi segala keperluan kakak iparnya yang bahkan sudah berumah tangga.
Lambat laun, Elle merasa seperti di jadikan pembantu. Elle merasa seperti harga dirinya telah di injak-injak.
Meskipun Elle juga tidak berasal dari keluarga konglomerat, tapi Elle selama ini tidak pernah mengerjakan seluruh pekerjaan rumah sendirian. Ibunya selalu ada untuk membantunya, bahkan terkadang ibunya meminta Elle untuk tidak melakukan pekerjaan rumah dan meminta Elle hanya untuk fokus bekerja.
Elle benar-benar merasa seperti dia tidak di pandang di dalam keluarga Dean.
Belum lagi, Dean yang selalu menghindar untuk menyentuhnya. Bahkan hingga saat ini, setelah 2 tahun pernikahan, Elle masihlah seorang gadis yang suci.
Jangankan untuk menyentuh, Dean bahkan tidak pernah satu kali pun mencium bibirnya. Dean hanya satu atau dua kali pernah mengecup kening Elle. Selebihnya, Elle merasa seperti kalau Dean tidak tertarik padanya.
Tidak hanya itu, Dean bahkan belum pernah satu kali pun memberikan nafkah pada Elle. Elle memang tidak memintanya, Elle ingin Dean berinisiatif sendiri dalam memberikan nafkah untuk Elle.
Tapi sayangnya, Dean tidak memiliki inisiatif itu. Membuat Elle merasa kalau Dean menikahinya benar-benar hanya untuk menjadikannya seorang pembantu.
Apa lagi dengan sikap Dean yang seakan membiarkan Elle untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Semakin membuat Elle berpikiran buruk pada Dean.
Masih baik seorang pembatu, dia mendapatkan upah atas pekerjaannya. Tapi Elle? Dia harus mengerjakan pekerjaan itu sendiri tanpa mendapatkan upah apa pun.
Namun, Elle memendam semua perasaan itu sendiri. Elle menerima semua perlakuan itu.
Ah, sudah cukup Elle harus menerima dan memendam semuanya sendiri. Kali ini, Elle akan melawan, Elle tidak akan lagi mau di hina dan di injak-injak seperti itu.
Elle menghela nafasnya. "Kau kuat Elle.." Dia menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Wanita itu kembali melajukan mobilnya, memecah jalanan kota yang cukup sepi tanpa ada tujuan pasti.
...-TBC-...
Thanks for reading..
Jangan lupa kritik dan saran..
Dan jangan lupa beri dukungan..
Karena sesungguhnya, semangat sensi dalam membuat karya adalah dukungan dari wakk wakk sekalian..
Pokoknya.. Salam sayang dari sensi 💕
Bye bye..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
𒁍⃝Ғνᷤcͣκᷜɪͭиͥʙ⨻ꚃтʌʀÐ︎᚛➢
Semangat terus yah ka😄
2023-04-03
1