Perpisahan

"Baiklah. Cepat atau lambat aku tetap harus memberitahukan nya pada ibu. Maka lebih cepat lebih baik, semoga kesehatan ibu baik-baik saja setelah aku mengatakan nya, bagaimana cara ku mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya operasi nya." Batin Hana, menatap kosong ke depan.

"Hana, ibu bertanya padamu, nak. Kenapa kamu diam?" Mina menatap Hana dengan lembut. Firasatnya sebagai ibu mengatakan kalau Hana sedang tidak baik-baik saja sekarang.

Perkataan ibu nya, membuat Hana terbangun dari lamunan nya. Dia gemetar, mengabarkan pada ibu nya, perihal diri nya akan menjadi istri belian, di bawa oleh orang asing pergi entah kemana.

Hana menghela napas panjang, gadis cantik itu menatap Mina dengan rasa bersalah. Namun, akhir nya dia menceritakan semua nya pada sang ibu.

Mina menganga tak percaya dengan lontaran yang di lontarkan oleh putri sulung nya. Dia menatap Hana lekat, menahan kuat air mata nya untuk tidak mengalir.

"Hana janji, bu. Hana janji semua nya akan baik-baik saja." Remaja dua puluh tahun itu memeluk wanita paruh baya itu dengan rasa bersalah, menahan tangis.

"Nak, kenapa kamu harus mau mengobarkan diri mu seperti ini?" Kata Mina merasa bersalah terhadap putri nya. Kalau saja dia tidak jatuh sakit mungkin keadaan nya tidak akan seperti ini.

"Tidak ada jalan lain, bu. Kita membutuhkan uang itu dengan segera. Ibu harus segera di operasi, aku tidak mau terjadi apa-apa sama ibu..." Hana mencoba meyakinkan sang ibu jika keputusan yang telah di ambil nya sudah benar.

"Hana akan merasa sangat berdosa seandai nya Hana tidak bisa membantu ibu. Hana pasti akan menyesal karena Hana tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong ibu...." Kata Hana menunduk dalam.

Mata ibu memerah, dia tidak bisa membendung airmata nya lagi, Hana memeluk tubuh ibu nya yang terbaring di atas brankar dengan erat. Mereka berdua menangis, meluapkan kesedihan hati nya.

"Kau tidak boleh melakukan nya, Nak." Air mata ibu turun membasahi wajah nya.

"Sungguh, kau tidak boleh melakukan nya, Nak." Ibu terbantuk pelan, terus menangis. Hana semakin mengeratkan pelukan nya.

"Keputusan Hana sudah bulat, bu. Semua sudah di atur, semua sudah selesai, Hana akan jadi istri orang." Hana menyeka air mata ibu nya, "Biar lah, bu. Tidak mengapa. Dengan begini.... dengan begini ibu bisa sembuh, kita punya uang untuk makan, bahkan Renata bisa sekolah."

"Tidak boleh, nak. Tidak boleh. Ya tuhan, semua ini salah ku. Kenapa Hana yang harus menanggung semua beban?" Ibu tersengal. Tak kuasa melanjutkan kata-kata nya. Hanya air mata yang mengiringi kesedihan nya kini.

"Hana terus memeluk erat ibu nya, "Ibu tidak boleh berkata seperti itu. Hana janji, bu. Pernikahan ini akan bahagia. Hana akan mencintai dia apa ada nya. Hana janji, bu, dia juga akan mencintai Hana apa adanya." Ucap Hana dengan penuh kesungguhan dalam hatinya.

Hana memilih mengorbankan diri nya. Inilah janji suci yang di ucapkan seorang gadis remaja yang masih berusia dua puluh tahun. Dia berjanji, akan mencintai suami nya apa ada nya. Dan dia juga berjanji, akan membuat suami nya mencintai nya apa ada nya. Hana berjanji akan memaksa perasaan itu tubuh mekar di pernikahan mereka.

Tiba-tiba seorang perawat masuk ke dalam kamar rawat.

"Nona Hana..."

"Iya.. saya Hana." Hana melerai pelukan nya, segera menyekap air mata di pipi nya.

"Di luar ada seseorang menunggu anda." Perawat mempersilahkan Hana mengikuti nya ke luar ruangan.

"Apakah kau akan pergi, nak? Suara tanya ibu tersendat.

Hana menatap sejenak wajah teduh ibu nya untuk terakhir kali nya, lantas mengangguk pelan. Dia tidak tahu, sesudah perpisahan ini apa akan ada pertemuan kembali? Itu masih menjadi tanda tanya.

Ibu menangis tergugu melihat anggukan kepala putri sulung nya.

"Sus, tolong berikan aku waktu sedikit lagi." Kata Hana memohon, tak kuasa meninggalkan sang ibu dengan deraian air mata begini.

Perawat mengangguk mengiyakan lalu menunggu Hana di depan pintu ruang rawat.

"Bu.." Hana memegang jemari ibu nya yang berkeriput. "Ku mohon Bu, relakan kepergianku." Kata Hana mengusap air mata di pipi sang ibu.

Dengan berat hati ibu mengangguk pelan, "Pergi lah, Nak. Jaga diri mu baik-baik, ibu akan selalu mendoakan mu di mana pun kamu berada." Kata Mina berusaha melepaskan Hana dengan penuh keikhlasan walaupun berat rasa nya.

Sementara Renata masih terlelap di sofa, Hana tidak ingin membangunkan adik nya, gadis itu mendekati sofa tempat sang adik terlelap lalu mengusap lembut surai nya, "Nat, kakak mohon tolong jaga ibu kita baik-baik." Kata Hana lalu berlalu berjalan keluar ruang rawat dan kembali mengikuti langkah kaki sang perawat.

Hana melihat sekretaris Jef sudah menunggu di luar sana. Sekretaris Jef yang melihat Hana sudah tiba langsung di arahkan untuk masuk ke mobil.

"Nona Hana, tuan sudah menunggu anda di bandara. Keberangkatan sebentar lagi." Sekretaris Jef memberitahu Hana yang di jawab dengan anggukan lemah oleh Hana.

...****************...

Joseph membawa Hana ke Jakarta pagi itu, lebih cepat lebih baik. Kepergian yang sungguh menyedihkan, tidak ada satu pun saudara, kerabat dan teman yang mengantar Hana ke bandara.

Hana bahkan tidak sempat pamit pada makam ayah nya, menyedihkan sekali.

Kalian tahu, dari ketinggian langit, tidak seperti penumpang yang pertama kali naik pesawat terbang, antusias melihat cakrawala luas, awan-awan putih, Hana hanya menatap kosong batas pulau Kalimantan. Entah di mana kampung nya di ketinggian seperti ini, yang terlihat hanya kontras warna biru gelap dan biru muda yang makin memudar.

Dia sudah ribuan kilometer meninggalkan tanah kelahiran nya. Tempat di mana dia di lahirkan dan tumbuh seperti sekarang ini. Hana menyeka ujung mata, dia berjanji, ini untuk kali terakhir nya dia menangis, tidak, dia tidak akan lagi menangis apa pun yang terjadi sesudah ini.

Hana berjanji sungguh-sungguh, menyeka ingus nya. Sementara calon suami nya, Joseph, sejak pesawat lepas landas sudah terlelap tidak peduli di kursi sebelah.

Sekretaris Jef tidak ikut bersama mereka, dia akan melakukan penerbangan sore hari nya, karena surat wasiat orang tua Joseph mensyaratkan pernikahan resmi, maka surat-menyurat harus di urus semua sebelum pernikahan di langsungkan.

*****

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!