Joseph menyandarkan tubuh nya pada sandaran kursi mobil sambil menatap keluar ke arah jalanan, senyum nya mengembang dengan sempurna.
"Kalian kira aku tidak bisa melalui hal semacam ini? Itu sebuah kesalahan besar! Aku Yoseph Stalin akan memperjuangkan apa pun yang menjadi hak ku. Aku tidak akan aku biarkan semua nya jatuh segampang itu ke tangan negara." Ucap Joseph dalam hati, masih setia menatap ke arah jalanan lewat jendela nya.
"Jef, kalau sudah sampai bangunkan aku. Aku ingin istirahat sejenak." Kata Yoseph kepada sekretaris kepercayaan nya. Dia memejamkan mata nya dengan tangan yang terlipat di dada.
"Baik tuan." Ucap nya tanpa mengalihkan padangan nya ke arah depan.
Joseph dan sekretaris Jef tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di tempat yang dituju. Sekretaris Jef memakirkan mobil nya di area parkiran hotel yang telah di sediakan dan kemudian membangun' kan tuan nya.
"Tuan, kita sudah sampai." Kata sekretaris Jef pelan, penuh kehati-hatian.
Yoseph mengerang beberapa saat dan mengerjapkan mata nya untuk menyesuaikan kondisi cahaya yang ada. Kemudian sekretaris Jef turun terlebih dahulu untuk membuka' kan pintu mobil untuk tuan nya.
"Mari tuan." Kata sekretaris Jef membungkuk hormat pada sang tuan.Joseph melangkahkan masuk dengan penuh angkuh memasuki hotel itu dengan di ekori oleh sang sekretaris Jef dari belakang nya.
Ternyata pak Arnord sudah menunggu mereka di ambang pintu sana.
"Mari tuan Joseph, kami sudah menemukan beberapa amoy cantik dengan kriteria anda. Mungkin ada yang tertarik untuk anda pinang." Ucap pak Arnord ramah sambil tersenyum.
Joseph tidak mengubris sedikit pun perkataan pak Arnord. Pria paruh baya itu hanya bisa menelan saliva nya dengan susah payah karena aura orang di hadapan nya benar-benar menakut' kan.
Joseph berjalan dengan begitu angkuh nya masuk ke dalam ruangan seleksi, di dalam sana sudah ada enam gadis amoy. Dari penampilan nya semua amoy itu sangat menarik untuk di pinang, termasuk Hana ada di sana juga.
Pak Arnord mempersilakan Joseph duduk di kursi yang sudah di sediakan, lalu tanpa mau basa-basi Joseph langsung bersuara.
"Perkenalkan diri kalian satu persatu." Ujar Joseph dengan gaya angkuh nya.
"Perkenalkan saya---"
"Satu persatu." Ucap Joseph lagi dengan suara tinggi nya, saat mereka serentak ingin memperkenalkan diri nya masing-masing.
"Tolong nona yang baju merah dulu ya. Lalu sebelah nya dan berikut nya." Kata pak Arnord tenang menunjuki si wanita paling ujung kanan berbaju merah.
Sepuluh menit kemudian...
"Jadi bagaimana tuan? Bukan'kah mereka benar-benar cantik dan sesuai dengan kriteria anda? Jadi tentukan lah pilihan anda tuan."
"Hmm.." Joseph tampak berpikir, tangan telunjuk nya menyentuh hidung nya sambil di gerakan.
"Jef.." Ucap Joseph pada sekretaris nya yang berdiri di samping kanan nya.
"Iya tuan." Sekretaris Jef sedikit menunduk, mensejajarkan posisi nya dengan posisi sang tuan.
"Aku ingin minta pendapat mu, di antara mereka aku harus memilih yang mana?" Tanya Joseph kepada sekretaris kepercayaan nya.
"Hah, kenapa jadi aku yang harus memilih di antara gadis-gadis ini? Yang menikah aku atau tuan ku?!" Batin Sekretaris Jef menggerutu.
"Tuan.. anda sudah pasti tahu yang mana yang harus anda pilih yang terbaik untuk diri anda tuan." Ucap sekretaris Jef hati-hati tidak ingin tuan nya tersinggung dengan perkataan nya.
"Aku ingin mendengar pendapat mu Jef." Ucap Joseph dingin, tidak ingin di bantah.
Sekretaris Jef menghela napas nya pelan. Baru kali ini diri nya di hadapkan dengan situasi seperti ini. Dia melirik sekilas ke arah pak Arnord. Pak Arnord yang sudah paham apa maksud nya. Dia memberikan kode kepada sekretaris Jef untuk memilih gadis amoy yang sebelah kiri.
Sekretaris mengangguk paham, lalu dia menunduk pelan ke tuan nya, membisik'kan sesuatu ke telinga nya.
"Jika aku harus memilih, aku akan memilih wanita itu tuan, seperti nya dia masih gadis, bukan amoy tipuan seperti yang lain nya." Bisik sekretaris Jef kepada tuan nya.
Sekretaris Jef berharap cemas, apa pilihan nya akan di setujui oleh tuan nya atau tidak.
Joseph melihat Hana dari atas hingga ke bawah, "Lumayan." Batin nya, lalu mengangguk setuju, "Baiklah."
"Aku memilih gadis itu." Joseph menunjuk ke arah Hana yang menunduk kan kepala nya.
Hana menunduk dalam. Sekujur tubuh nya ingin berontak, dia hampir muntah menahan rasa benci atas apa yang telah di lakukan nya.
"Hanya karena bayangan wajah Ibu yang sekarat, membuat ku mampu bertahan." Batin Hana, terus menunduk dalam sambil mencengkram paha nya kuat.
*****
"Kalau semua sudah beres, apakah pembayaran bisa dilakukan sekarang?" Tanya Hana dengan suara bergetar.
Joseph tertawa renyah, "Mana ada pembayaran sebelum menikah." Joseph memukul meja di hadapan nya, membuat Hana tersentak kaget.
Yoseph mendekat kan wajah nya ke arah wajah Hana dan membisik kan sesuatu di telinga nya, "Kalian dari kalangan bawah memang rendahan, jika sudah bicara tentang uang lupa segala nya." Setelah mengatakan itu Joseph kembali duduk di posisi nya semula.
Kata-kata Joseph membuat hati Hana seperti di iris-iris sembilu, menyayat sekali. Hana sekuat tenaga menahan tangis nya.
"Saya membutuhkan uang sekarang tuan, jika memungkinkan, pernikahan di langsungkan hari ini juga saya siap."
Astaga, Hana yang sangat benci dengan "kawin foto" ini, justru malam itu dia meminta pernikahan di segerakan.
Kalian tahu, dalam hidup ini, kita masih sangat beruntung, karena kita masih selalu banyak pilihan. Apa saja masalah kita, tetap saja banyak pilihan solusi yang tersedia.
Namun, Hana tidak punya sama sekali. Dia sungguh tidak punya pilihan. Bapaknya sudah meninggal dunia. Ibu nya sedang sekarat, adik nya butuh makan. Pernikahan ini yang akan memberikan jalan keluar.
Joseph berjanji akan membiayai semua biaya pengobatan ibu nya, menjamin seluruh pengeluaran keluarga Hana setiap bulan, dan dia pun akan merenovasi rumah Hana agar menjadi lebih bagus lagi.
Pikiran nya buntu, bagi Hana, pilihan ini lebih terhormat di banding mengemis, meminta-minta atau menjual diri seperti gadis-gadis lain. Lagi pula, tidak ada hukum yang melarang membeli istri, bukan? Itu sah-sah saja, anggap saja pembayaran mahar.
"Ku mohon tuan, Ibu ku sedang sekarat saat ini, tolong berbelas kasih lah padaku." Ucap Hana memelas.
"Aku tidak peduli tentang apa masalah mu gadis bodoh. Mau ibu mu sekarat, mati pun sekalian, aku tidak peduli." Kata nya, yang membuat Hati Hana lagi-lagi tersayat.
Hana beranjak dari kursi nya dan bersimpuh di kaki Yoseph, memohon belas kasih nya, "Ku mohon tuan." Kata Hana sambil menangis.
Yoseph merasa kesal dengan tindakan Hana, dia menendang Hana, hingga tersungkur beberapa centi, "Jef kau urus semua nya." Joseph memalingkan wajah nya dengan angkuh.
Sekretaris Jef mengangguk.
"Mari Nona.."
Hana lantas bangkit, dia mengikuti langkah kaki sekretaris Jef dari belakang sambil menahan air mata nya sepanjang jalan menuju area parkiran. Dia ingin berteriak, tapi kerongkongannya kelu. Dia ingin marah, tapi pada siapa? Pada Tuhan? Keputusan itu dia ambil sendiri, tidak ada yang bisa di salahkan. Semua pilihannya sendiri, apa pun risiko dan harga nya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments