Keputusan Besar

Joseph Stalin seorang CEO muda dan kaya, berusia hampir mendekati kepala tiga. Wajahnya yang tampan dan menawan didukung oleh fostur tubuh yang ideal, garis wajah nya yang tegas juga dengan sorot mata nya yang tajam di tambah dengan sikap nya yang dingin dan arrogant, selain itu memiliki kekuasaan dan status yang tinggi.

Orang tua nya telah meninggal beberapa tahun lalu dalam insiden kecelakaan pesawat terbang di atas Laut Selat Sunda, dan jasad mereka tidak pernah di temukan.

Orang tua Joseph mewariskan perusahaan nya dan semua harta benda pada anak semata wayang mereka. Namun, naas nya untuk mendapatkan semua warisan mendiang orang tua nya Joseph di haruskan telah menikah untuk memperoleh semua harta benda dan juga kalau sampai diumur tiga puluh tahun Joseph belum kunjung menikah maka otomatis semua harta yang ada akan jatuh kepada negara.

Isi wasiat itulah yang membuat kapiran semua masalah.

...****************...

Joseph menatap keluar kantor nya dari jendela kaca besar di hadapan nya, menatap padat nya bangunan-bangunan pencakar lagi dengan mata elang nya. Dia sesekali mengusap kasar wajah nya dan juga mendengus kesal.

"Shitt!!" Umpat nya dengan tangan nya mengepal kuat, sampai-sampai urat nadi nya terbentuk dengan jelas.

Pria blasteran Indonesia-Amerika itu mengumpat berkali-kali. Jef sang sekretaris menciut di belakang nya. Wajah nya tertunduk dalam tidak berani menatap wajah bos nya yang sangat menyeramkan itu. Meski Jef berdiri membelakangi nya tapi aura yang di keluarkan nya terlalu menakutkan.

"Bagimana bisa kedua orang tua bangka itu sebelum meninggal memberikan syarat semacam ini?" Gumam nya kesal.

Joseph begitu kesal pasal nya surat warisan yang di pegang pengacara keluarga mensyaratkan dia harus telah menikah untuk memperoleh semua harta benda dan juga kalau sampai diumur tiga puluh tahun Joseph belum menikah maka otomatis semua harta yang ada akan jatuh kepada negara.

Di usia nya yang hampir mendekati kepala tiga itu, Joseph masih belum terpikir untuk mencari pasangan hidup nya, dia masih betah menyendiri dan fokus pada pekerjaan nya.

Pekerjaan nya masih menjadi prioritas utama nya, dia tidak ingin memikirkan hal yang lain nya, tapi karena surat wasiat itu mau tidak mau, suka tidak suka, Joseph harus segera mencari wanita untuk di jadikan istri.

"Jef.." Suara baritonnya terdengar berat.

"Iya, Tuan." Jawab Jef menunduk takut-takut.

"Apa kau punya ide?"

"Maksud tuan?" Tanya sekretaris Jef tak mengerti.

"Carikan aku wanita yang cocok untuk menjadi istri ku. Aku menginginkan wanita yang tidak banyak tingkah untuk aku nikahi."

"Tuan jika kau ketauan menikah karena terpaksa dan alasan nya hanya karena harta orang tuamu maka.." ucapan sekretaris Jef terpotong oleh Joseph.

"Itulah alasan nya aku menyuruh mu mencarikan wanita yang tidak banyak tingkah. Lagipula di surat wasiat itu tidak mengatakan kalau aku harus menikah dengan cinta kan? Jadi tidak ada yang perlu di khawatir."

"Tiga hari lagi aku akan berumur 30 tahun. Kita tidak banyak waktu lagi, aku tidak ingin jatuh miskin Jef." Tambah nya lagi, masih menatap keluar kantor nya dari jendela kaca besar di hadapan nya.

Sekretaris Jef berpikir sejenak di mana mendapatkan wanita sesuai keinginan tuan nya itu, yang tidak banyak tingkah, karena sekarang sudah sangat sulit menemukan gadis seperti itu.

"Ah iya. Aku tau tuan, kalau tidak salah, saya pernah mendengar di wilayah Sumatra tentang amoy sikarawang, gadis-gadis yang bisa beli, mereka tidak banyak tingkah, anda bisa memilih nya sesuai selera anda."

Joseph berpikir sejenak mengenai apa yang sekretaris nya usulkan, tidak terlalu buruk pikir nya, maka ia menyetujui usulan dari sekretaris nya itu.

"Oke. Aku tidak ingin menunda nya lagi. Lebih cepat lebih baik. Segera persiapkan semua nya. Kita akan berangkat hari ini.

Jef mengangguk, "Baik, Tuan."

Maka berangkat lah Joseph dengan sekretaris nya untuk mencari istri yang bisa dibeli, yang tidak banyak tingkah.

...****************...

Hana dan Renata masih setia menemani Ibu nya yang terbaring lemah dengan selang infus dan beberapa alat medis yang terpasang di beberapa bagian tubuh Ibu nya. Hati mereka begitu kalut melihat keadaan sang Ibu yang terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.

"Aku harus melakukan sesuatu agar ibu sembuh dan segera di operasi. Harus!" Batin Hana.

Hana tiba-tiba teringat pada Wulan, sahabatnya. dia takut jika Wulan mengcemaskan nya karena pergi dengan tergesa-gesa sambil menangis tadi sore. Hana pun menghubungi Wulan.

"Halo Wulan."

"Hana akhir nya kau menghubungi ku, kamu baik-baik saja kan..? Tanya Wulan dengan cemas.

"Kamu tahu aku sangat mengkhawatirkan kamu, Hana. Tadi sore kamu pergi dengan tergesa-gesa sambil menangis." Tambah nya lagi.

"Aku baik-baik saja. Tapi..." Hana tak mampu membendung air mata kesedihan nya, Hana menangis dengan suara terisak, seketika membuat Wulan menghentikan kegiatan nya.

Wulan yang harus mengantar pesanan pelanggan terpaksa menunda nya, dia meminta teman nya yang lain untuk mengantar pesanan itu kemudian meminta waktu beberapa menit untuk menerima telepon dari Hana, sahabat baik nya.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Ibuku masuk rumah sakit, Lan, penyakit paru-paru basah nya memburuk. Aku butuh uang secepatnya untuk biaya operasi Ibu." Ucapnya penuh dengan nada kesedihan.

"Emmm... Hana sebenarnya aku ingin sekali membantumu, tapi uang di tabungan aku saja tidak separuhnya dari biaya operasi ibumu." Ujar Wulan dengan sangat menyesal.

"Wulan aku sudah cukup bahagia mendengar niat mu yang ingin membantu ku, kau tidak perlu khawatir! Aku pasti akan mendapatkan uang itu." Ucap Hana dengan penuh semangat, tidak ingin membuat Wulan ikut pusing memikirkan masalah nya.

"Baiklah, tapi kalau kau butuh apa pun jangan sungkan untuk menghubungi aku, oke!"

"Oke, terima kasih Wulan." Hana langsung menutup ponsel nya.

"Ya ampun uang dari mana untuk biaya operasi ibu?" Hana menghela napasnya. "Aku tidak mungkin meminjam uang pada bos, dia sangat arrogant dan kasar, pasti tidak akan meminjamkan ku uang." Gumam Hana dalam hati.

...****************...

Di tengah situasi darurat itu, di tengah kalut pikiran, tidak ada tetangga, kerabat atau sahabat yang bisa membantu, Hana tiba-tiba teringat tentang "kawin foto". Kejadian setahun silam terputar ulang di memori ingatan nya.

Dua orang teman dekatnya, setahun silam dipaksa orang tua mereka (kawin foto) menikah dengan pria dari Jakarta.

Dia menyaksikan sendiri dua teman nya itu menangis hingga kering air mata, Hana sendiri yang memeluk, menghibur, melakukan apa saja untuk kedua teman nya yang tidak punya kekuatan untuk menolak nya. Hana benci pernikahan itu, sebenci dia dengan kemiskinan dan kebodohan yang menjerat mereka.

"Hanya ini jalan satu-satunya pilihan untuk menyelamatkan ibu." Batin Hana

Sayang nya, kebencian yang besar terkadang tidak cukup untuk melawan sesuatu. Hana memutuskan mengambil pilihan itu, pilihan yang amat dia benci, dia bersedia menjadi istri belian. Maka berangkat lah Hana ke tempat itu, tempat pemuda asing mencari istri.

******

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!