Bab 4

"La! Siapa itu? Ganteng banget! Bahkan kondisi remang-remang gini aja masih kelihatan kalau dia ganteng maksimal!" Rosa tanpa malu-malu mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Sstt! Jangan malu-maluin gitu! Kalau dia denger, bisa bikin melambung nanti!" Nirmala membekap mulut Rosa.

"La! Aku pulang dulu! Nanti kalau udah mau pulang, kabari aja! Aku jemput." Dimas berteriak dari tempatnya.

"Oke, siap, Kak!" Nirmala melambaikan tangannya. Dimas berbalik, dia meninggalkan rumah Rosa.

"Jadi itu yang kamu ceritain tadi? Kakak angkat kamu?" Rosa mengambil kesimpulan.

"Iya, itu Kak Dimas, yang aku ceritain tadi. Aku nggak disuruh masuk, nih?" Nirmala menggerak-gerakkan kakinya yang pegal.

"Eh, iya. Ayo, ke kamarku aja! Papa Mamaku udah tidur. Nggak usah nyapa mereka, nggak papa." Rosa membuka pintu ruang tamu lebar-lebar, memberi jalan untuk Nirmala.

"Oke." Nirmala segera masuk, dia berjalan duluan, ke kamar Rosa yang sudah dia hafal dimana tempatnya. Sedangkan Rosa menutup pintu dan menguncinya lagi.

"Jadi gimana? Kamu mau cerita apa tadi?" Rosa langsung menagih cerita pada Nirmala, saat sudah menyusul ke kamarnya.

"Kayaknya kamu bakal ntraktir aku bakso selama seminggu deh!" Nirmala tersenyum lebar.

"Idih, baru juga sehari! Kok udah sok mutusin gitu sih?" Rosa tidak terima dengan kepedean Nirmala yang maksimal.

"Ya iya, soalnya, baru sehari aja udah ketahuan kalau aku bakalan berhasil." Nirmala tersenyum lebih lebar.

"Emangnya gimana? Kok kamu bisa seyakin itu?" Rosa duduk memangku bantalnya, siap mendengar cerita Nirmala.

"Jadi tadi di rumah, dia kan minta aku buat ambilin makan. Nah kan aku nggak tau, porsi dia makan biasanya. Jadi aku ambilin aja, sesuai porsiku. Dan katanya kebanyakan, jadi dia minta aku buat makan bareng sama dia!" Nirmala bercerita penuh semangat.

"Bentar, bentar! Makan bareng Kak Dimas? Sepiring berdua gitu?" Rosa mencoba mencermati cerita Nirmala.

"Iya!" Nismala tersenyum lebar.

"Trus, trus? Kamu mau gitu?" Rosa menyelidik.

"Ya jelas mau, lah! Kapan lagi bisa dapat kesempatan kaya gitu, ya kan?" Nirmala tersenyum puas, dia selangkah menuju kemenangan. Menang taruhan dengan Rosa.

"Ya ampun!" Rosa tidak percaya, secepat itu Nirmala bisa mendekati Dimas. Bahkan buka. Nirmala yang mendekati, tapi justru Dimas yang mendekati Nirmala.

"Dan bukan cuma itu aja! Dia nyuapin aku juga tadi!" Nirmala tersenyum lebih lebar lagi, apalagi melihat ekspresi Rosa yang seakan tidak percaya itu.

"Hah? Disuapin juga? Astaga! Parah banget sih kalau itu." Rosa geleng-geleng kepala.

"Alah! Bilang aja kamu takut kalau kalah taruhan, kan?" Nirmala tambah gencar menggoda Rosa.

"Eh, bentar, bentar! Jangan-jangan kamu lagi bohongin aku, ya? Kamu pasti lagi halu, kan?" Rosa tiba-tiba berpikiran kalau Nirmala cuma sedang berkhayal saja.

"Enak aja! Aku nggak lagi halu, ya! Itu real, benar terjadi apa adanya. Nggak aku tambah dan nggak aku kurangi!" Nirmala tidak terima dituduh bohong oleh Rosa.

"Kan, siapa yang tau? Aku nggak ada di sana, bisa aja kamu cuma lagi bohongin aku!" Rosa masih tetap kekeuh mengira Nirmala sedang bohong.

"Kalau kamu nggak percaya, kamu tanya aja sama Ibuku! Claudia juga lihat kok! Kalau berani, tanya sama ayahku juga boleh. Dan mereka pasti bakal bilang kalau apa yang aku ceritakan tadi bener-bener terjadi!" Nirmala bersungut kesal.

"Juga, kamu lihat sendiri kan tadi? Kak Dimas bela-belain nganterin aku ke sini. Juga nanti kalau mau pulang, mau jemput aku. Kurang jelas apa lagi coba? Semua udah terpampang di depan mata kamu, kan?" Nirmala kembali memberikan buktu yang nyata dilihat oleh Rosa.

"Iya deh, iya. Percaya! Tapi aku maunya kalian sampai jadian ya, inget. Jadian! Kalau cuma kode-kode nggak jelas gitu, nggak termasuk!" Rosa tak kalah akal.

"Oke! Setuju! Tunggu ya, pasti nggak lama lagi, Kak Dimas bakalan ngajak aku jadian." Nirmala tertawa penuh keyakinan.

"Jangan besar kepala dulu! Belum tentu! Siapa tau, dia emang kayak gitu sama semua cewek!" Rosa masih mencoba membuat Nirmala patah semangat.

"Nggak mungkin, lah!" Nirmala menyangkal, meskipun dalam hati, dia jadi ragu juga. Jangan-jangan memang benar, apa yang dikatakan oleh Rosa.

"Ya kan siapa tau, soalnya aku udah lihat sendiri, tampang Kak Dimas emang ganteng banget. Pasti banyak juga cewek yang suka. Apalagi kalau sikapnya yang sangat ramah juga baik hati. Pasti banyak cewek yang klepek-klepek deh! Kalau aja dia baik sama aku, aku juga pasti bakalan meleleh dan super baper, kok!" Rosa tersenyum-senyum sendiri, dia jadi berangan-angan, kalau dia ada di posisi Nirmala.

"Huu! Nggak boleh! Kak Dimas itu punya aku! Awas ya! Kamu nggak boleh ikut-ikutan naksir sama dia!" Nirmala langsung memasang wajah marahnya. Dia tidak ikhlas kalau incarannya diserobot sahabatnya sendiri.

"Iya! Iya! Lagian aku seleranya yang seumuran, kok! Nggak yang udah tua gitu! Emangnya kamu? Sukanya sama yang jauh lebih tua. Hahaha." Rosa tertawa, meledek Nirmala lagi.

"Biarin aja! Yang penting aku suka! Kalau kata orang kan cinta tak pandang usia? Ya itu, aku salah satunya. Hahaha." Nirmala ikut tertawa. Mereka berdua benar-benar menyukai saat cerita seperti ini.

"Eh, aku belum ngerjain PR matematika, nih. Kamu udah belum?" Nirmala mengalihkan pembicaraan mereka.

"Belum juga. Yaudah, kerjain sekarang aja, yuk! Keburu ngantuk!" Rosa mengambil buku PR-nya.

Nirmala dan Rosa mengerjakan PR mereka masing-masing. Meskipun kadang mereka saling bertanya, jika ada soal yang belum dipahami. Tak terasa sudah jam 10 malam, Nirmala berpamitan pulang.

"Ros, udah jam 10, nih. Aku pulang dulu, ya?" Nirmala mengemasi bukunya.

"Loh, nggak jadi nginep?" Rosa heran.

"Enggak, ah! Kan mau dijemput Kak Dimas." Nirmala tersenyum centil.

"Eleh! Yang lagi kasmaran! Jadi nggak betah di sini. Padahal kemarin-kemarin kan nggak betah di rumah?" Rosa meledek Nirmala.

"Ya, kan sekarang beda!" Nirmala kembali tersenyum bahagia.

"Yaudah, kabari Kak Dimas sana! Biar cepet dijemput."

"Oke, bentar!" Nirmala mengirim pesan pada Dimas, dan tak butuh waktu lama, pesan Nirmala sudah dibalas.

"Yuk, ke depan! Nunggu Kak Dimas di luar aja." Nirmala bergegas menggendong ranselnya.

"Iya deh, iya. Yang nggak sabar pengen ketemu cem-ceman." Rosa kembali menggoda Nirmala.

"Biarin aja!" Nirmala melengos, meskipun dia tersenyum.

Nirmala dan Rosa menunggu Dimas di depan rumah Rosa, sambil terus saling ledek. Tak lama kemudian, Dimas sudah datang.

"La! Ayo, pulang!" Dimas hanya menjemput sampai tempat dia berdiri tadi.

"Ya! Ros, aku pulang dulu, ya!" Nirmala berpamitan pada empunya rumah.

"Ya, hati-hati! Kak Dimas, jagain dia, ya! Awas, jangan diapa-apain!" Rosa berteriak ke arah Dimas yang hanya dijawab dengan acungan jempol.

"Ih, apaan sih! Malu-maluin!" Nirmala menutup wajahnya.

"Hahaha, biarin!" Rosa tertawa, merasa berhasil membuat temannya malu.

Nirmala dan Dimas bersama-sama pulang. Mereka mengobrol asyik sambil berjalan santai, seperti saat berangkat tadi. Tak terasa mereka berdua sudah sampai di rumah. Mereka berdua masuk rumah.

"Met bobo, La! Semoga mimpi indah, ya!" Dimas tersenyum, ia berpesan sebelum mereka berdua berpisah ke kamar masing-masing.

Nirmala terdiam, dia bingung harus menjawab apa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!