Perlakuan Kasar

Kemudian Arla pergi menuju dapur untuk mengerjakan aktivitasnya kembali.

"Pagi sayang!" sapa Khalisa pada Satria yang baru turun dari tangga menghampirinya.

"Pagi juga sayang," Satria tersenyum pada Khalisa lalu mencium pipi istrinya sambil melirik Arla yang memandang ke arah mereka.

Dia sengaja bersikap manis pada Khalisa saat berada di hadapan Arla. Semua itu juga sudah tercantum dalam perjanjian pra nikah antara dirinya dan juha Khalisa yang sudah menandatangani pernikahan kontrak yang sudah mereka sepakati.

Mereka berdua sudah bersepakat akan melakukan adegan romantis di hadapan orang lain juga di hadapan keluarga, agar mereka mengira keduanya memang sungguh sudah saling mencintai.

"Ayok, sarapan dulu sayang," ujar Khalisa sambil tersenyum pada suaminya.

"Iya, sayang, tapi kayakya aku belum bisa bekerja hari ini," jawab Satria sambil duduk di samping istrinya.

"Kenapa? Apa kamu sakit?" Khalisa menempelkan tangannya di kening Satria untuk memastikan jika suaminya itu baik-baik saja.

"Iya, aku lagi gak enak badan sayang," jawab Satria.

"Kalau begitu, nanti kamu periksa ke Dokter ya, aku mau berangkat bekerja sekarang, meeting dengan klien akan aku urus nanti, sebaiknya kamu istirahat yang banyak agar cepat sembuh ya!" ucap Khalisa sambil mencium pipi Satria.

Arla tak sengaja melihatnya, entah mengapa kali ini dadanya terasa perih melihat kemesraan mereka. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya mencuci piring.

"Juminten!" teriak Khalisa.

"Hmmpt..wkwkwk..." Satria menahan tawa saat mendengar istrinya memanggil Arla dengan sebutan Juminten.

Khalisa menoleh sekilas pada suaminya. Dia merasa tidak ada yang aneh pada sikap Satria, karena dia mengira Satria tertawa mendengar nama kuno milik pembantunya.

Dia sama sekali tak tahu tentang status Arla yang pernah berpacaran dengan suaminya dahulu. Julukan nama itu juga di beri tahu oleh Satria pada Khalisa, agar istrinya itu tidak merasa curiga terhadap kejadiran Arla yang dia ketahui nama Arla itu adalah nama dari mantan Satria.

Khalisa hanya mengetahui nama Arla saja. Dia tidak tahu wajah asli mantan suaminya, maka dari itu, Khalisa tak marah melihat kehadiran Arla rekomendasi pembantu dari Satria yanh hadir di tengah-tengah kehidupan mereka.

"Iya, Nyonya," Arla berjalan mengahadap ke arah Khalisa.

"Ambilkan tas kerjaku di atas! Jangan lama-lama! Aku tidak suka pembantu lelet!" titah Khalisa.

"Baik," jawab Arla menunduk lalu melirik Satria sekilas yang memandang ke arahnya.

Arla segera naik ke atas untuk mengambilkan tas kerja milik Khalisa. Dia kebingungan saat akan mengambil tas, karena terdapat banyak tas berjejer di sana.

"Tas yang mana ya, yang di maksud Nyonya Khalisa?" gumam Arla.

Dia tak ingin berlama lagi, karena takut kena semprot majikan galaknya. Arla mengambil asal tas yang ada di lemari khusus.

Dia mengambil tas kecil berwarna hijau gelap yang dia yakini tas kerja milik Khalisa.

"Ini tasnya Nyonya," ucap Arla sambil mengulurkan tas itu.

"Astaga! Dasar bodoh!" Khalisa melempar tas itu ke wajah Arla.

Arla tersentak kaget mendapat perlakuan barusan. Begitupun Satria yang masih duduk di meja makan. Rasanya dia ingin sekali membela Arla, tapi itu adalah waktu yang tidak tepat karena dia tak ingin malah nantinya Arla akan semakin kena omelan dari Khalisa.

"Bukan tas yang ini, apa kau benar-benar wanita kampung yang bodoh hah?! tas ini ukurannya sangat kecil, mana mugkin aku membawa tas sekecil ini ke kantor, ambilkan aku tas yang lain! Ingat, tas berwarna kuning emas! Awas saja sampai kau salah lagi, aku akan memecatmu!" ancam Khalisa.

Karena sudah mendengar penjelasan barang yang akan di ambilnya, Arla kembali naik menuju kamar Khalisa yang berukuran luas.

Air matanya hampir menetes karena merasa harga dirinya di rendahkan oleh Khalisa. Tapi dia tak bisa berbuat apapun lagi selain menurutinya. Statusnya kini hanya seorang pembantu, mana mungkin dia bisa melawan majikannya.

Ingin sekali Arla pergi jauh berhenti bekerja dari tempat itu. Tapi, lagi-lagi dia berpikir keras untuk melakukannya karena di jaman sekarang sangat susah sekali mencari pekerjaan. Menjadi pembantu saja sudah merasa untung memiliki pekerjaan di tengah kerasnya kehidupan kota Jakarta.

Selesai mengambilkan tas untuk Khalisa yang baru saja pergi. Arla kembali melanjutkan pekerjaannya.

Dia tak menyadari Satria yang berjalan mendekatinya. Saat berbalik, Arla terkejut Satria sudah ada di belakangnya.

"Astaga!" ucapnya lantang.

PRANG!

Sebuah piring terlempar mengenai kaki Satria yang kini berdarah terkena pecahannya.

"Aww!" ringis Satria merasakan sakit saat beberala beling kaca itu menusuk jari kakinya.

"Ya ampun!" Mata Arla membelalak, dia segera jongkok untuk memeriksa keadaan kaki Satria.

Dari atas Satria tak sengaja melihat belahan d@d@ Arla yang kancingnya terbuka. Membuat pikirannya traveling kemana-mana.

"Buka bajumu!" ujar Satria pada Arla yang kini mengernyit kesal.

"Apa maksudmu?!" Arla berdiri sambil menatap tajam ke arah Satria.

Satria terkekeh, "Maaf, aku salah bicara, maksudku, tutup kancingnya," kata Satria dengan matanya melihat ke arah bagian sensitif itu.

Arla melotot, dia segera menutup bagian itu dengan kedua tangannya. "Jangan kurang ajar kau, atau aku akan melaporkan semua perbuatanmu pada Nyonya Khalisa!" ancam Arla.

"Ayok, ikut aku sekarang!" Satria menarik tangan Arla, tapi kemudian dia meringis kesakitan.

"Aww!"

"Itu karma karena kau sudah membuat kesalahan besar padaku! Karma selanjutnya masih berlaku!" ujar Arla pada Satria.

"Tolong, kakiku sakit," kata Satria sambil berjongkok.

Mau tak mau Arla segera mengambil obat p3k yang tersedia di lemari dapur. Dia berjalan kembali menghampiri Satria yang meringis kesakitan.

Darah bercucuran dari jari kakinya. Satria duduk di kursi agar Arla bisa dengan mudah mengobati lukanya.

Arla mengancingkan bajunya terlebih dulu, setelah itu dia mencoba mengobati kaki Satria.

Tak hentinya Satria memandang kagum pada mantan kekasih yang masih mengisi hatinya. Perasaannya begitu bahagia bisa kembali melihat wajah cantik Arla, setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu.

Meski Arla bekerja di perusahaan milik Ayah mertuanya. Satria tidak pernah hadir ke tempat itu. Dia juga sibuk mengelola bisnis keluarganya.

"Terimakasih," ucap Satria setelah Arla selesai mengobati luka nya.

Satria hendak berjalan, tapi tiba-tiba dia terpeset membuat Arla reflek menahan tubuhnya, tak di sangka bibir mereka malah beradu.

Deg!

Jantung keduanya berdegup, mata mereka saling memandang.

"Iya, meeting hari ini akan segera aku urus dan..." suara seseorang terhenti karena melihat adegan keduanya.

Andi berdiri terpaku saat melihat kedua orang itu tampak seperti tengah berciuman. Matanya melotot merasa tak percaya. Handphone yang tadi di pegangnya melakukan panggilan telpon terjatuh ke lantai.

Arla dan Satria segera menyudahi drama ketidak sengajaan itu.

Terpopuler

Comments

Kiromah

Kiromah

ko ketawanya gitu thor🤣🤣

2023-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!