Setelah mengetahui keduanya sudah pergi, Arla segera memakai kembali pakaiannya. Berjalan cepat, tapi saat dia membuka pintu, Khalisa sudah ada di depan mata.
Deg!
Jantung Arla berdegup lebih kencang karena merasa panik. Entah apa yang harus dikatakan kepada Khalisa jika dia bertanya tentang keberadaannya yang baru saja membuka pintu kamar.
"Kau Juminten?" tanya Khalisa pada Arla yang perasaannya berganti heran.
"Apa?" Arla mengernyitkan dahi.
"Bereskan kamarku sekarang juga, hari ini semua pelayan sudah aku pecat! Jadi kau yang harus membereskan semuanya! Jangan lupa untuk membuatkan aku dan suamiku teh hangat, antar sekarang juga ke kolam renang!" suruhnya pada Arla yang hanya mengangguk.
"Minggir! Aku mau masuk kamar!" kata Khalisa lagi sambil mendorong tubuh Arla.
Arla masih kebingungan, apa maksud dari perkataan Khalisa barusan? Apakah semua ini sudah direncanakan oleh Satria?
Karena tak ingin Khalisa marah, dia menurut saja, lalu berjalan mencari dapur. Banyak sekali ruangan disana, Arla akhirnya menemukan letak dapur setelah berjalan kesana-kemari.
Dengan cepat dia segera membuat pesanan dari nyonya rumah. Kemudian mengantarkan teh hangat pesanan Khalisa menuju kolam renang.
Arla menaruh dua cangkir teh hangat dengan matanya melirik ke arah Satria juga Khalisa yang tengah berenang sambil berpelukkan.
Sakit rasanya melihat hal itu. Arlapun merutuki dirinya yang tak seharusnya sakit hati dengan kemesraan mereka.
*********
Pagi harinya Arla dipanggil ke kamar oleh Khalisa untuk membawa beberapa piring kosong juga gelas yang masih tertinggal.
Setelah mengetuk pintu, dia segera masuk karena tak ada suara yang menjawab. Disana terlihat Satria yang masih tertidur tengkurap, tanpa mengenakan baju. Beberapa baju berserakan diatas lantai, Arlapun memungutnya lalu membawanya untuk segera di cuci.
Tapi sebuah tangan menanhannya untuk pergi, membuat Arla terkejut lalu menoleh.
"Aku minta maaf atas perbuatanku semalam," ucap Satria yang kini sudah duduk.
Karena hatinya masih sakit atas perlakuan itu, Arla melepaskan tangan Satria.
"Biarkan aku pergi dari sini, biarkan aku bekerja di tempat lain!" jawab Arla.
Satria terdiam memandang Arla yang masih berdiri. Sedangkan Arla kembali berjalan tanpa mendengarkan jawaban mantannya terlebih dahulu.
Karena merasa kesal, Satria mengacak rambutnya. Dia akan mencari cara agar Arla tidak pergi dari rumahnya. Dia tahu perlakuannya pada Arla sangatlah salah, apalagi masih menginginkan wanita itu berada di sisinya yang kini sudah mempunyai istri adalah suatu kesalahan besar.
Apalagi jika keluaraga Khalisa maupun keluarganya mengetahui hal ini. Bisa habis Satria jika sampai mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Walau bagaimanapun, dan apa yang akan terjadi nantinya, Satria akan tetap bertanggung jawab. Karena dari kecil dia di ajarkan untuk selalu bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah di perbuat.
"Kau yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, ingat! Kau juga harus menyiapkan sarapan seperti ini setiap hari, disini sudah tidak ada pelayan lagi selain kau. O, ya. Juminten, aku juga ingin kau yang menyiapkan segala keperluan suamiku, aku sibuk, tidak ada waktu untuk menyiapkan semuanya!" perintah Khalisa yang kini masih menikmati sarapannya.
"Baik, Bu." Jawab Arla hendak pergi ke dapur.
"Apa katamu? Ibu?" suara itu kembali membuat Arla menghadap ke arah majikannya.
"Jangan panggil saya Ibu! Panggil saya Nyonya!" tegasnya menekankan kata terakhir.
Mendengar permintaan itu Arla mengangguk saja.
PRANG!
Sendok Khalisa jatuh ke lantai. Dia menendangnya dengan kaki menyuruh Arla untuk mengambilkannya.
"Ambilkan!" perintahnya.
Arla mengambil sendok itu mengulurkannya pada Khalisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments